Part 17

171 8 0
                                    

"Jose sudah menyiapkan mobil untuk kita. Kita cuma harus nyari tempat yang bisa bikin kita tenang."

"Tempatnya di mana, Marc?"

"Nanti juga kamu tahu."

Mobil silver terparkir agak jauh dari pintu masuk Alhambra. Ada seorang lelaki di jok pengemudi yang langsung aku yakini itu adalah Jose.

Jose keluar dan memberikan kunci mobil ke tangan Marc. Lalu mereka berbincang sebentar dengan bahasa Spanyol.

"Zarra, senang bisa bertemu denganmu. Pertama kali aku melihatmu saat kamu bertemu Marc di Sepang," sapa Jose sambil menjabat tanganku. Aku mengiyakan.

"Ayo, Zarra. Kita pergi berdua. Jose pulang ke hotel pakai taxi," jelas Marc.

"Ok. Hasta la vista, Jose," ucapku.

"Hasta la vista."

Aku masuk mobil silver itu dan duduk bersebelahan dengan Marc. Dia mengingatkanku untuk menggunakan sabuk pengaman. Aku merasa agak aneh duduk di sebelah kanan karena lajur yang digunakan di sini berbeda dengan di Indonesia.

"Zarra, masih ingat obrolan kita dulu di sini?"

"Tentang matahari itu, kan?"

"Iya. Lebih tepatnya tentang cinta. Mantanku itu seminggu yang lalu meminta bantuanku. Berupa uang. Selalu uang. Untuk pacarnya yang baru."

"Terus, kamu kasih?"

"Ya engga lah. Keenakan banget dia. Seharusnya dia malu akan kelakuannya selama ini. Dia deketin aku kalau ada maunya aja. Aku bingung gimana caranya dia masih bisa terhubung sama aku. Akun instagramnya udah aku blok. Pokoknya semua data tentang dia udah aku hapus. Dan aku udah berkali-kali ganti handphone."

Mukanya memerah dan alisnya seakan mau bersatu. Tangannya mengepal stir lebih kuat dari sebelumnya.

"Jangan pernah jawab panggilan dari dia atau apapun yang ada hubungannya dengan dia. Dia bener-bener gak bisa bersyukur sampe selingkuh sama Andrew padahal dia udah punya kamu. Apa sih kurangnya kamu?"

"Zarra, kalimat terakhirmu. Nadanya kayak nanya ke aku. Aku gak tahu harus jawab apa, biar kamu aja. Aku pengen denger pendapat kamu tentang kekuranganku."

"Gak ada, Marc. Kamu sempurna."

"Gak ada manusia yang sempurna. Aku punya haters itu artinya ada hal dalam diriku yang mereka gak suka. Jujur aja walau itu pahit."

"I love all the things you do. I'm not your hater, I'm-you know your fan."

Aku memalingkan wajah ke jendela. Menatap pepohonan yang aku lewati. Berusaha untuk menyembunyikan isi hatiku.

Marc, please pretend I'm more than just friend.

Aku tahu di luar dingin sekali dan salju turun lagi. Ketika mereka sampai di tanah, mereka mencair tanpa bisa menolaknya.
Dari sini, aku bisa mendengar mereka berkata, 'ada satu lagi kisah cinta dua anak manusia.'

"Zarra, genggam tanganku. Aku gak mau tanganku kedinginan. Aku tahu tanganmu itu hangat," ucapnya sambil meraih tanganku.

"Begini lebih baik," ujarnya.

"Ya, begini lebih baik," timpalku.

Aku memerhatikan tangannya yang menggenggam tanganku dengan erat. Ada kehangatan yang menjalar ke sekujur tubuhku dan sengatan listrik di nadiku. Kali ini tak seperti kebanyakan orang yang merasa ada kupu-kupu di perut mereka. Tapi, aku merasakan ada piston yang bekerja di lambungku dan oli yang melumasi dinding lambung daan ususku.

"Kamu udah pernah pegang salju?" Tanya Marc.

"Belum. Emangnya kenapa?" Tanyaku sambil menoleh kepadanya. Tatapan kami bertemu.

Kami.

"Kalau kamu berhasil memegangnya, apa yang bakal kamu lakukan?"

"Gatau. Mungkin, akan aku lempar atau aku oleskan ke pipiku."

"Gak akan ngucapin sesuatu?"

"Sesuatu? Apa contohnya?"

"Aku selalu bilang dalam hati, 'salju tolong tuliskan cerita cinta yang indah saat aku bersamanya.' Agak jijik sih ya tapi aku spontan bilang gitu dalam hati."

Dia tertawa renyah serenyah snack rasa keju kesukaanku. Tapi yang ini lebih enak. Dan indah.

"Kalo kamu gimana? Kamu mau bilang apa?"

"Salju, aku mencintainya terlalu dalam. Perasaan ini indah tapi seperti sebuah dongeng."

Dan akhirnya kami sampai di tempat yang dimaksud Marc.

Sebuah dataran tinggi yang menampakkan seluruh kota Granada dari ketinggian. Ini benar-benar indah dan luar biasa. Marc tak melepaskan tangnku dan tersenyum kepadaku.

Aku harap ini nyata bukan bagai dongeng.






Puente Romano de CordobaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang