Marc's POV
"Halo, Adit. Ya. Ya, tentu. Zarra denganku, kamu tenang aja. Ya, siap. Ok. Besok dia balik ke Cordoba. Ya. Dia baik-baik aja, kok. Baru aja makan. Iya, Adit. Oh, iya kan Zarra matiin hp-nya lowbatt sih tadi bilangnya dan sekarang lagi dicharge. Iya, tenang aja. Emang kapan dia harus pulang? Hah, lusa? Oh, ada kuliah. Iya, ok. You're welcome."
Aku pun menutup telpon itu. Adit sangat khawatir akan keberadaan Zarra. Ya, aku bisa paham hal itu. Sangat paham, apalagi Adit itu saudara dekatnya wajarlah buatnya untuk benar-benar menjaga Zarra di negeri yang asing untuknya. Sekarang, aku semakin tenang karena aku bisa menghubungi Adit untuk terus memberitahu apa yang sedang Zarra lakukan, mengingat aku ini bukan siapa-siapanya Zarra.
Tak lama kemudian, Zarra keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan kaus lengan panjangku dan tetap memakai kerudung coklatnya. Matanya memancarkan rasa lelah dan kantuk.
"Mending kamu tidur. Yuk, aku anter ke kamar. Ada kamar kosong di atas."
"Ok."
"Eh, keknya maen PS-nya gak jadi nih kalo liat kamu ngantuk begini. Gapapa?"
"Iya, gapapa. Masih ada lain waktu, kan?"
"Iya. Nah, ini kamarnya. Maaf kalo misalnya kamu gak betah."
"It's okay. Betah-betahin aja lah. Makasih banyak, Marc."
"Sama-sama. Zarra, kamu udah kemana aja di Spanyol?"
"Baru ke Cordoba, Granada, Sevilla, Barcelona, Madrid, dan sekarang Cervera."
"Ok. Ntar kalo kamu ke Spanyol lagi, bilang ke aku. Aku bisa jadi guide buat kamu tanpa pamrih."
"Emang boleh?"
"Iyalah. Aku bakal ajak kamu ke Tarragona, Segovia, Almuñecar, Marbella, Almeria, Toledo, Salamanca, Bilbao, dan kalo kamu mau sekalian kita ke Ibiza."
"Wah, saya suka saya suka..."
"Makannya bilang-bilang kalo mau ke sini."
"Iya."
"Nah, sekarang malah aku yang ngantuk. Aku bobo dulu, ya?"
"Iya. Sleep well, Marc, and have a nice dream."
"You, too. Eh btw pasti kamu banyak nemuin cogan ya di Andalusia?"
"Iya, banyak banget. Mereka terpahat sempurna."
"Terimakasih."
"Buat?"
"Buat muji aku."
"Hah?"
"Iya itu yang cogan terpahat sempurna."
"Kan cowok-cowok Andalusia bukan Catalunya."
"Yah, kek yang belum tau aku aja. Aku keturunan Granada, nih dari kakek."
"Oh, iya. Kan kamu juga termasuk cogan lah, Marc. Udah ah, ntar salfok. Tidurlah tidur wahai sahabat."
"Iya. Besok lanjut lagi ngobrolnya."
"Ngobrolin apa? Cogan sama cecan?"
"Ya, gitu deh. Udah aha gak selesai-selesai ntarnya. Udah sana tidur dan kek biasa. Mimpiin aku ya."
"Kalo gak mimpi kamu gimana?"
"Ya terus pikirin aku. Siapa tau dapet mimpi yang datang dari hati. Ya, gak?"
"Kalo aku tetep gak mimpiin kamu gimana?"
"Ya pokoknya besok kalo aku tanya kamu mimpi apa, jawab aja 'aku mimpi kamu, Marc.' Beres, kan?"
"Iya, deh. Udah sana tidur."
"Jangan lupa tu lampu matiin."
"Iyaaaa."
"Pintunya tutup."
"Iyaaaa."
"Berdoa dulu sebelum tidur."
"Iyaaaa."
"Hp tuh ambil sama charger-annya."
"Iyaaaa. Apa lagi?"
"Pikirin aku."
"Gak mau."
"Ya udah."
"Ya udah."
"Ya udah."
"Hhh ya udah ih sana."
"Berisik."
"Ih, kamu juga yang mulai, Marc."
"Ya, tapi kan ak..."
"Good night."
Zarra pun menutup pintu kamar dengan pelan tapi pasti. Good night, Love.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puente Romano de Cordoba
Hayran KurguDi jembatan ini pertama kalinya aku bertemu denganmu, cinta pertamaku yang tak pernah kubayangkan kisahnya menjadi seperti sekarang setelah penantian yang panjang, aku temukan sejarah yang terpendam, aku temukan impianku yang lama kusimpan, aku mene...