Warna Mimpi [OG]

09 : Sendiri

Hayow!

Jadiiii, biar makin berlogika! Aku memutuskan bikin eps ini, untuk memberi tau pada kalian.

"Apa sih yang terjadi selama 3 minggu sampai Taufan pen bun**r?"

So, siapkan lagu paling sedih yang kamu punya!

--

.

.

.

.

.

--

Sendiri itu harusnya sunyi. Sendiri itu harusnya sepi. Diam itu seharusnya senyap. Diam itu seharusnya hening.

Iya, sendirian berbaring di atas ranjang itu selayaknya sunyi yang menerkam.

Bukan bising yang terus mencari perhatian. Bukan bisik mati yang terus mendorong pada jurang. Bukan alunan melodi yang memaksa jantung dihimpit pedih.

Bukan begitu ....

Bukankah semestinya matanya tekatup-katup lantas terpejam, berlari dalam alam mimpi? Namun, mengapa mata terpejam dan yang berlari kini ialah seonggok air mata?

Kelopak mata itu kembali terbuka sayu, memberi akses bagi mata sapphire menengok langit-langit. Raut muka yang terpahat sangat datar, tidak memberi ekspresi apapun. Tidak mengirim surat tersirat apapun.

Mati saja, Taufan ... mati.

Taufan menggeleng kuat-kuat, ia berbalik. Kini menghadap dinding. Air mata kembali menganak sungai, banjir. Selimut ia tarik dengan susah, meningkup seluruh tubuhnya.

Taufan takut.

Dia takut akan apa yang akan terjadi setelah mati.

Jantungnya menjerit-jerit tiap kepala berpikir apa yang ada setelah kematian.

Napasnya tercekat saat sebuah karma dari kematian yang dipaksa membayangi.

Tapi itu saat harap masih berpendar samar.

Bukan untuk nanti ....

Bukan saat asa benar-benar pupus, bukan saat semangatnya padam; memaksa jiwanya terdorong pada kematian.

Ya ... 'kan?

--

Depresi adalah gangguan mental. Biasanya orang yang mengalami depresi kehilangan minat akan hal yang ia sukai, perubahan nafsu makan, dan merasakan perasaan sedih yang mendalam.

Tidak peduli gender, usia, atau apapun itu.

Mungkin, itu yang dia alami.

Dan ketika ia lelah dan telah sampai ke titik puncak batasnya, maka semua berakhir.

Air mata mengalir tiap malam.

Bukan jarang suara benturan atau barang pecah terdengar dari lantai atas.

Sering pula jerit frustrasi menggema.