03. Perpisahan (Vampire AU)

1 0 0
                                    

"Kuko, kau mau kemana?" tanya Akemi yang tanpa disan

gka berhasil menangkap sosok vampir yang sudah dua tahun lamanya menginap di rumahnya baru saja akan pergi. Mungkin bukan hal baru jika Kuko terkadang pergi keluar dari rumah Akemi di tengah malam, tetapi kali ini berbeda. Kuko pergi dengan semua barang miliknya.

Sosok dengan warna kulit pucat itu berbalik melihat manusia yang sudah dua tahun belakangan menolongnya kabur dari pemburu vampir yang memang sedang gencar dalam melakukan aksinya. Tidak dapat dipungkiri lagi, manusia di hadapannya ini tidak ingin dirinya pergi.

"Tetaplah di sini bersamaku. Kau akan baik-baik saja di sini. Aku janji—"

"Hey, manusia. Berhentilah membuat janji yang tidak dapat kau tepati."

Akemi terdiam melihat tatapan tajam dari lawan bicaranya. Memang benar ia tidak dapat menjamin Kuko akan seratus persen aman jika tetap tinggal dengannya, tetapi apa lagi yang harus ia katakana agar Kuko tidak pergi?

"Dengar, aku tidak memungkiri utang budiku padamu tidak sedikit, tetapi hal itu tidak akan membuatku untuk tidak pergi."

Kuko memang begitu. Selalu begitu. Jika tekadnya sudah bulat, bahkan kiamat pun tidak dapat menghentikan aksinya.

Jadi ... ini adalah perpisahan ... ya?

"Lagipula, cepat atau lambat aku akan tetap pergi dari sini."

Apa yang harus ia katakan? Ia tidak ingin berpisah, tetapi di sisi lain ia tidak dapat melakukan apa-apa. Bagaimana pun juga ia hanya manusia biasa.

Berat sekali rasanya. Mengapa berpisah dengan seorang vampir sepertinya dapat terasa seberat ini? Dadanya terasa semakin sesak seiring waktu berlalu. Membayangkan hari-harinya akan ia lalui sendirian lagi sama seperti sebelum kedatangan vampir ini. Pandangannya mulai kabur karena kelenjar air matanya mulai aktif.

Akemi mengangguk dan menundukkan kepala guna menyembunyikan air matanya yang akan segera tumpah membasahi wajahnya. Namun, Kuko tahu itu. Ia mendekati manusia yang sudah mengisi hidupnya selama dua tahun terakhir. Waktu yang Sangat singkat bagi vampir sepertinya.

"Tetaplah hidup sampai kita bertemu lagi, Akemi."

"Kita ... akan bertemu lagi ...?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Aku janji." tangan dingin miliknya mengusap air mata yang membasahi pipi Akemi.

Air mata semakin deras mengalir. Tangan dingin itu Akemi genggam untuk terakhir kalinya—mungkin.

Sengaja si vampir mendekatkan wajahnya dengan wajah lawan bicaranya. "Lain kali, biarkan aku mencicipi darahmu juga."

Akemi tersenyum lemah. "Asal jangan sampai kau membunuhku."

-END-

Threads (Harai Kuko x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang