02. New Page (Future AU)

2 0 0
                                    

Kuko masih tinggal di Kuil Kuugenji dengan anak semata wayangnya. Harta teristimewa baginya, hadiah terbaik dari istrinya yang kini sudah tiada. Kurang lebih sudah tiga tahun lamanya Kuko menjalani hari-harinya menjadi single parent, dan selama itu pula ia masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia tahu kalau seharusnya ia merelakan kepergian istrinya ke nirvana sana, pun ia akan dengan lapang dada mengantar istrinya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Namun, bayang-bayang sang istri masih belum kunjung pudar. Rasanya Kuko benar-benar kehilangan, menimbulkan sebuah kekosongan yang begitu besar di hidupnya.

Sang anak yang tengah mengenyam pendidikan sekolah dasar turut terpukul dengan kepergian sosok Ibunya tercinta, tetapi ternyata lambat laun si anak dapat merelakan Ibunya pergi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran Kuko sebagai seorang Ayah sekaligus satu-satunya orang tua si anak yang masih hidup. Sang kakek, Harai Shakkuu yang semakin renta tidak absen dalam memberikan apa yang dapat ia berikan pada keturunannya—baik untuk Kuko atau anaknya.

Di sisi lain, Akemi adalah seorang wanita karir dengan gaji pas-pasan yang menikmati hidupnya dengan melajang. Tidak begitu banyak masalah di hidupnya kecuali ketika ia mendapat cemoohan karena tidak kunjung terlihat mencari pasangan. Kata orang, ini sudah waktunya untuk menikah, memiliki pasangan, dan menjadi Ibu Rumah Tangga. Terkadang Akemi tidak memedulikannya, tetapi bukan berarti Akemi tidak pernah memikirkannya.

Pertemuan Akemi dan Kuko bermula ketika Akemi untuk pertama kalinya memutuskan untuk mabuk-mabukan sendiri di luar. Ayolah, seorang Narahashi Akemi sudah menginjak usia yang cukup untuk meminum alkohol sesuka hatinya. Kala itu Akemi ambruk di jalan dan Kuko—yang saat itu tengah berjalan berdua dengan anaknya—menyelamatkannya. Akemi dibopong, dibawa ke Kuil Kuugenji dan bermalam di sana. Singkat cerita mereka pun saling kenal.

Pertemuan yang membuat Akemi sedikit banyak terkejut. Dimulai dari dirinya yang terbangun dengan baju kerjanya di futon dan kamar yang entah milik siapa, kemudian bertemu dengan seorang biksu yang ternyata sudah memiliki seorang anak manis, hingga dirinya yang entah bagaimana bisa sangat cepat akrab dengan si anak yang diperkirakan usianya belum sampai 10 tahun itu. Jika boleh jujur, Akemi sangat menikmati waktunya bersama keluarga Harai. Oh, ia juga bertemu dengan Harai tertua—Harai Shakkuu—dan beliau sangat ramah.

Ia banyak mengobrol dengan Kuko, lebih tepatnya Akemi bercerita tentang sedikit masalah yang ia hadapi hinga ia memutuskan untuk mabuk-mabukan semalam. Akar masalahnya adalah pekerjaannya atau lebih tepatnya atasannya yang belakangan ini sering kali membebankan pekerjaan tambahan padanya. Akemi mengira dengan ia mabuk-mabukan maka ia akan merasa lebih baik, tetapi tentu saja sebaliknya. Hal tersebut membuatnya terjatuh dalam masalah yang lebih besar apabila saat itu Kuko tidak menemukan Akemi yang pingsan di pinggir jalan.

Setelah bercerita panjang lebar, Akemi mendapat feedback atau bisa disebut sebagai sebuah ceramah singkat dari Kuko. Kata 'ceramah' mungkin terdengar membosankan dan sangat kuno sekali, tetapi Akemi sama sekali tidak memikirkan hal tersebut selama ia mendengar Kuko berbicara.

Kuko sudah hidup lebih dari seperempat abad. Pengalamannya dalam menghadapi berbagai macam orang tentu saja sudah sangat banyak—meskipun tidak sebanyak Harai Shakkuu tentu saja. Bagaimana Kuko melihat permasalah Akemi tidak hanya dari satu sisi, bagaimana Kuko mencoba menempatkan dirinya pada posisi Akemi dan bagaimana Kuko mencoba memberikan saran terbaik untuk Akemi. Semua hal tersebut membuat Akemi tidak bosan memasang telinga untuk setiap kata dari mulut biksu itu.

Lega rasanya setelah mengobrol dengan Kuko. Sedikit beban di pundak Akemi menguap beriringan dengan dirinya yang mulai memiliki ketertarikan dengan Harai Kuko. Saat itu Akemi langsung merasa bahwa orang ini adalah orang yang paling tepat untuk dijadikan tempat untuk mencurahkan isi hatinya. Bagi Akemi yang terkadang sulit untuk terbuka dan jujur perihal masalahnya, Kuko memberikan pengalaman tak terlupakan yang rasanya ingin kembali ia alami jika boleh di kesempatan selanjutnya. Kuko—sebagai orang yang selalu ingin membimbing orang lain ke jalan yang benar menurut ajaran Buddha dan norma-norma kehidupan—dengan tangan terbuka akan terus memberikan tempat terbaik untuk Akemi.

Threads (Harai Kuko x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang