"Udah dibilangin kalo gak bisa turun dari pohon, gak usah sok-sokan manjat pohon. Kan jadi aku yang repot!" omelan Akemi pada seekor kucing di pangkuannya seolah-olah membuat sang kucing dapat mengerti bahasa manusia. Surai dwiwarna milih kucing itu diusap lembut oleh sang empunya.
Hari ini adalah hari yang Akemi tunggu. Hari di mana Kuukou akan kembali ke kuil setelah beberapa hari harus bermalam di Chuuoku dalam rangka mengikuti Division Rap Battle kedua yang sayangnya tidak dimenangkan oleh Divisi Nagoya. Sedih, terlebih Akemi ada di sana ketika hari di mana Divisi Nagoya beradu lirik dengan tim yang mewakili Shinjuku—Matenro. Bad Ass Temple gagal maju ke babak semi final, dan tentu saja gagal meraih kursi pemenang Division Rap Battle kedua.
Selain menonton pertandingan Nagoya melawan Shinjuku, Akemi juga hadir untuk mendukung kakaknya—Sasara—di pertandingan Osaka melawan Ikebukuro. Nasib yang sama ternyata menimpa Divisi Osaka.
Berkat menonton dua pertandingan berturut-turut dengan hasil yang kurang memuaskan, Akemi sempat mengalami badmood hingga enggan keluar dari kamar selama beberapa saat. Ia masih berkomunikasi dan bertukar kabar dengan kakak dan pacarnya untuk saling memberi semangat. Mungkin hal itu pula yang serta merta memberikan alasan Akemi untuk keluar dari zona terpuruknya. Padahal mereka yang harusnya ia hibur, tetapi ia justru merasa seperti orang yang dihibur.
"Mendung," gumamnya. Langit perlahan menggelap, tetapi sosok yang ia tunggu belum kunjung muncul.
Pandangannya beralih pada kucing kecil yang sudah tertidur di pangkuannya dengan nyenyak. Dalam hati ia memanjatkan doa agar Kuukou kembali dengan selamat bersama dengan Jyushi dan Hitoya. Akemi juga berpikir kira-kira kata sambutan seperti apa yang tepat ia ucapkan kepada mereka yang baru saja kembali membawa kekalahan. Mengingat hal itu Akemi menjadi kembali merasa sedih.
"GAK BOLEH!" seru Akemi sedikit keras. Sora—kucing yang dipangku Akemi—bahkan sampai terbangun. "Harusnya gue yang hibur mereka! Masa nanti gue yang dihibur!?" ia mulai meracau seorang diri sampai suara seorang pria paruh baya menyapanya.
"Akemi-chan?"
"A-ah? Harai-san?" Akemi menoleh ke sumber suara. Ia menemukan pria paruh baya yang ia kenal sebagai ayah dari Kuukou berdiri di dekatnya entah sejak kapan. Sepertinya remaja ini terlalu sibuk berbicara dengan diri sendiri sampai tidak menyadari kehadiran orang lain di dekatnya. "Ma-maaf, apa aku terlalu berisik?"
Pria itu hanya tersenyum lembut dan menggeleng. "Kamu mengkhawatirkannya ya?" tanyanya.
Reaksi seperti apa yang harus Akemi berikan jika ditanya seperti ini? Ia tidak dapat menyangkal. Dilihat dari segi mana pun, tentu saja remaja itu khawatir.
"Tenang saja. Anak itu kuat. Dia pasti akan baik-baik saja." Belum sempat Akemi membalas, Harai tertua sudah kembali bersuara.
Lagi-lagi justru ia yang dihibur. "Kemarin ..." Akemi menggantungkan kalimatnya dengan sengaja, memberi jeda untuk menghela napas sejenak. "Kemarin aku dan Kuukou saling mengirim pesan. Aku pikir aku bisa menghiburnya, tetapi justru aku yang dihibur olehnya. Aku juga sempat menghubungi kakakku yang mewakili Divisi Osaka, dan dia juga menghiburku." Suara Akemi saat itu melukiskan perasaan sedihnya yang terpendam. "Rasanya sedikit kesal ... kenapa aku yang harusnya menghibur mereka justru dihibur oleh mereka? Aku kesal pada diriku sendiri karena tidak dapat berbuat sesuatu untuk mereka."
Rasa perih dan sakit yang nyata di dada menyapa Akemi. Kenapa ia hanya dapat menonton tanpa berbuat sesuatu? Kenapa ia tidak dapat membantu orang-orang yang ia sayangi?
"Mereka itu leader, bukan?"
"Eh?"
"Leader itu berperan besar di sebuah tim. Sebagai leader tidaklah pantas mereka menampakkan wajah murung setelah menerima kekalahan. Oleh karena mereka adalah leader, mereka menjadi bahan bakar semangat timnya. Mereka tidak akan dengan mudah memasang wajah kecewa apalagi di depan orang yang telah mendukung mereka sepenuh hati sepertimu." Harai Shakkuu sedikit berceramah dengan harapan remaja di dekatnya ini keluar dari rasa sedih dan kekesalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Threads (Harai Kuko x OC)
Teen FictionPertemuan kita mungkin bukan bagian dari rencana hidup yang pernah terpikir dalam benak, tetapi takdir pertemuan kita sebagai lanjutan dari awal yang tak pasti memiliki kemungkinan. Bahkan, jika kehidupan selanjutnya memang ada, aku masih ingin memu...