12. Childhood Friend? (Yokai AU)

3 0 0
                                    

Segerombolan anak kecil terlihat tengah berbincang sambil berkumpul di salah satu titik taman bermain. Salah seorang dari mereka tampak begitu antusias kala menceritakan kisah yang ia dapatkan dari kakeknya. Semuanya bermula dari sebuah kuil tua di puncak bukit yang letaknya berjarak sekitar satu kilometer dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Memangnya benar kalau di sana angker?" seorang lainnya mengaju tanya dengan suara lirih; menggambarkan ketakutan yang dialaminya.

Yang ditanyai mengangguk pasti. "Iya! Kakekku yang mengatakannya padaku."

Ada sekitar enam sampai tujuh anak kecil yang memasang telinga mendengarkan kisah dari si anak dengan kisah menarik nan menyeramkan tersebut.

"Kakekku bilang kalau kuil itu dulunya adalah kuil yang megah dan cantik, tapi tidak terlalu banyak yang datang ke sana. Suatu hari kuil itu terbakar, dan karena kesulitan untuk mendapatkan bantuan akhirnya kuil itu habis dimakan api! Anehnya, kuil itu tetap kokoh berdiri meskipun isi di dalam kuil sudah hangus terbakar." Cerita singkat itu berhasil mengambil perhatian semua teman-temannya. Dari raut wajahnya sangat tergambar rasa penasaran yang besar.

"Jadi kuilnya masih ada?" salah satu anak melempar tanya.

Si anak pembawa cerita menyunggingkan senyum yang justru mengundang tanda tanya. "Itu yang ingin aku bicarakan dengan kalian." Matanya menatap seluruh pasang manik warna-warni di sana. "Kudengar belum ada lagi yang berani untuk mendatangi kuil itu karena katanya kuil itu sekarang dijaga oleh roh halus. Bahkan di puncak anak tangga menuju kuil sengaja ditempeli kertas doa agar roh halus di sana tidak dapat mengganggu orang yang lewat di bawah tangga kuil."

Semuanya hening membayangkan betapa menyeramkannya kuil tersebut. Sebuah kuil megah nan cantik yang kemudian berubah menjadi kuil penuh misteri dengan bumbu-bumbu horror yang melengkapinya. Beberapa dari mereka mulai terlihat pucat karena takut.

"Bagaimana kalau kita bertaruh?"

"Bertaruh?"

"Siapa yang berani sampai ke puncak tangga kuil dan menyentuh kertas doa itu, maka dia yang akan menang!"

Tiga detik diisi dengan keheningan yang disusul dengan teriakan penuh ketakutan yang didominasi oleh para gadis kecil yang ketakutan. Beberapa anak laki-laki terlihat ketakutan dan ada pula beberapa dari mereka yang mencoba untuk terlihat berani. Kurang lebih inilah keadaan yang diinginkan anak yang membawa cerita kuil di puncak bukit ke teman-temannya.

Kuil Kuugen yang hingga saat ini tidak lagi pernah dikunjungi siapapun dikarenakan oleh keadaannya yang sudah terbengkalai membusuk di puncak bukit. Kuil yang dahulu terkenal dengan kecantikan dan kemegahannya, suasana kuil yang begitu menenangkan dan beberapa biksu yang beraktivitas di kuil menjadi pemandangan indah pada masanya. Hingga pada satu titik semuanya musnah termakan si jago merah, mengganti suasana pembawa ketenangan dan kebahagiaan menjadi sebuah tempat yang kebanyakan orang hindari.

"Akemi ikut 'kan?"

"Eh?"

Sebagian dari diri Akemi yang ingin terlihat sebagai anak perempuan paling keren di sana mendorongnya untuk turut serta bersama tiga anak laki-laki yang akhirnya memutuskan untuk menaiki tangga kuil. Takut, tetapi ia ingin terlihat keren dibandingkan dengan teman-teman perempuannya yang lain. Berharap setelah pulang dari kuil ia akan dipuji oleh teman-temannya karena menjadi satu-satunya perempuan yang ikut.

Empat anak kecil itu akhirnya sudah sampai di depan tangga kuil menuju Kuil Kuugen. Daun-daun kering yang jatuh dari tangkainya berserakan sepanjang anak tangga menambah kesan menyeramkan. Namun, sudah tidak ada lagi jalan untuk kembali.

"Kenapa diam saja? Kalian takut?" anak yang sebelumnya membawa cerita tentang kuil ini mengompori sedikit setelah melihat reaksi teman-temannya yang bahkan belum menginjakkan kaki di anak tangga.

Threads (Harai Kuko x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang