Hari ini seperti biasa Akemi datang awal ke sekolah. Suasana pagi yang dingin terasa meskipun ia berada di tengah kota—yang tergolong cukup sibuk. Memang sudah menjadi kebiasaan Akemi untuk tidak menyantap sarapan di rumah, sehingga ia akan membeli sarapan—seperti roti—di sekolah. Keuntungannya adalah di pagi hari seperti ini stok makanan yang dijajakan masih banyak, sehingga hampir tidak mungkin Akemi kehabisan pilihan sarapannya.
Biasanya Akemi selalu membeli sebungkus roti isi di kantin, tetapi pagi ini ia melihat salah satu stan di kantin yang menjajakan bakpao dengan berbagai macam isian.
"Yang ini udah ada yang pesen, Dek. Itu yang belum," ujar sang penjual sambil menunjuk satu kotak semi-transparan yang berisi satu bakpao dengan isian yang Akemi inginkan.
Tanpa pikir panjang Akemi segera mengulurkan tangannya untuk menggapai sarapannya, tetapi tangan orang lain sudah terlebih dahulu menyentuhnya. Akemi dan pemilik dari tangan itu saling bertatapan. Sial, gue kalah cepet.
Dalam hati Akemi sudah terpikir bahwa pagi ini ia akan sarapan dengan roti isi—lagi—sebelum akhirnya laki-laki yang menyentuh sarapannya itu bertanya, "Lu mau?"
Menurut lo??
Akemi memasang cengiran di wajahnya. "Iya, hehe."
"Ooh." dia mengangguk dan mengambil bakpao isi cokelat incaran Akemi. "Ini harganya berapa, Bu?" tanyanya.
"Lima ribu, Dek."
Anjir gue kira dia mau ngalah.
Masih pagi Akemi sudah ingin misuh-misuh. Namun, ia menahan niatnya itu dan hendak beranjak pergi untuk membeli roti isi di stan sebelah.
"Oi, mau kemana? Lu gak mau?" tanya laki-laki perebut sarapan Akemi.
"Bakpaonya cuma sisa satu," jawab Akemi.
"Nih," ujar si laki-laki sambil memberikan separuh dari bakpao hangat di tangannya. "Mau kan?" lanjutnya.
Akemi mengambilnya secepat kilat. "Mau," jawabnya. "Eh, ini gue bayar setengah—"
"Gak usah, makan aja."
"Makasih!"
"Yoi. Gue duluan ya," ujarnya sambil berlalu pergi.
Gue dateng pagi buat nyari sarapan bukan nyari gebetan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Threads (Harai Kuko x OC)
Teen FictionPertemuan kita mungkin bukan bagian dari rencana hidup yang pernah terpikir dalam benak, tetapi takdir pertemuan kita sebagai lanjutan dari awal yang tak pasti memiliki kemungkinan. Bahkan, jika kehidupan selanjutnya memang ada, aku masih ingin memu...
