Mengenai dia yang menenggelamkan seluruhnya sedalam lautan. Menerbangkan angannya setinggi angkasa, hingga melenyapkanya sehilang fatamorgana. Bagaimana bisa dia berdiri tegar dalam angan yang semakin membunuh membabi buta, hingga laksamana tuan pernah bertanya "nona, kau baik baik saja" sial tidak ada fakta yang terucap dari lisannya.
Permainan juga taktik alam bawah sadarnya menyeret hingga dasar paling dalam. Bagaimana mereka mengira bahwa cahayanya seterang rembulan, namun nyatanya redup tertelan sang malam. Sejauh kaki melangkah, sejauh itu pula mengenal insan juga tabiatnya.
Lantas bagaimana dengan porak poranda yang tak henti berbisik "mati saja kau secepatnya!" dengan kurun waktu yang tak sebentar, lantas bagaimana dengan bisingnya isi kepala yang meminta untuk dipenggal. Bagaimana bisa memutus nadi, sedang raga ini tak pernah hidup seakan menikmati fakta yang seharusnya tak disangkal sana sini.
-claudbia
[Blue and Grey]
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey
RandomSecond place til i go to heaven__ "Lembar selanjutnya apalagi nona?" "Jelas semua yang belum saya arsirkan dalam setiap bait yang ku tulis tuan" "Perihal apa lagi kali ini nona?" "Sepertinya aku harus berbalik arah, atau ku bunuh saja sekalian tua...