Lea ingat saat Yuna kembali bersama Profesor Wael yang lari mendekat saat Lea masih terperangkap dalam perasaan sedihnya. Profesor Wael sempat bertanya-tanya, atau mengucapkan sesuatu yang sudah Lea lupakan. Sekarang, saat akhirnya dia membuka mata, Lea menyadari dirinya terbaring di ruang kesehatan.
"Oh, sudah bangun?" Suara Yuna terdengar ramah saat menyadari kalau mata Lea sudah membuka mata. Tidak berapa lama kemudian, wajah Mina muncul di jarak pandang Lea, tampak khawatir.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Mina.
"Emh," Lea berdeham karena merasa suaranya serak dan matanya terasa berat karena terlalu banyak menangis. Bersamaan dengan itu, Lea menganalisis keadaannya sendiri. Isi pikirannya tidak meramai tadi, perasaannya juga tidak seberat tadi. "Baik. Apa yang terjadi?"
Yuna menunjukkan tiga strip obat yang berbeda kepada Lea.
"Bersyukurlah, aku bertemu Profesor Wael tidak jauh dari ruang rekreas," ucap Yuna.Lea mengeluh, mengenai jenis obat yang Yuna tunjukkan padanya.
"Jauhkan itu," katanya sambil berusaha duduk. "Bagaimana aku bisa ada disini?""Profesor Wael menyuntikmu, sepertinya obat penenang," jawab Mina.
"Oh, sial!" Umpat Lea yang langsung mendapat pelototan galak dari Mina. "Eh, astaghfirullah," ralatnya cepat.
"Kamu harus minum ini. Yang warna merah untuk pagi hari, dan dua lainnya untuk malam hari," Yuna memberikan obat itu pada Lea.
"Lupakan saja, aku tidak akan minum obat itu. Kita tidak tau apa efeknya nanti," sahut Lea.
"Apa maksudmu, sih? Profesor Wael ingin kami memastikan kamu menghabiskan obat ini! Lagipula, memangnya ini obat apa sampai kamu takut dengan efeknya?" Balas Yuna.
"Lupakan obat itu sebentar," sela Mina. "Bagaimana kalau kita pergi liburan?"
"Ya? Tiba-tiba?" Gumam Lea bingung.
"Ini waktu yang tepat untuk menikmati udara pegunungan Southern Stairs! Coba bayangkan! Embun dipagi hari yang menempel fi kaca jendela penginapan, udara segarnya, suara kicauan burungnya. Pasti menyenangkan!" Cerocos Mina.
"Atau pantai di Northern Stairs! Ombaknya sedang besar!" Sambung Yuna, bersemangat.
"Kenapa kalian tiba-tiba membahas tentang liburan? Apa yang profesor Wael katakan pada kalian?" Tanya Lea curiga.
"Profeor tidak mengatakan apa-apa pada kami," jawab Mina, dan Lea tidak berani meragukan kejujurannya.
"Tapi kita bertiga mendapat ijin khusus untuk liburan!" Sambung Yuna, tersenyum lebar.
"Oh, ayolah! Kapan lagi kita boleh membolos bersama begini?" Bujuk Mina. "Kamu boleh memilih tempatnya! Atau mau menjenguk Yaya saja?"
Tubuh Lea otomatis menegang mendengar saran terakhir Mina.
"Ah, oke! Lupakan itu. Kita tidak ingin Yaya khawa--maksudku, mengomel!" Ralat Mina kemudian."Jadi, mau kemana? Southern atau Northern?" Tanya Yuna, menatap Lea lekat.
"Sepertinya aku butuh energi alam," jawab Lea, tersenyum menyesal ke arah Yuna.
"Bukan masalah! Kita akan berkemah kalau begitu!" Jawab Yuna tenang.
"Kita pergi sekarang? Aku sudah meminta ayahku membantu mencarikan tempat kosong!" Mina nyengir sambil menunjukkan ponselnya yang berisi verifikasi pem-bookingan sebuah penginapan.
"Kamu benar-benar luar biasa!" Yuna mendengus tidak percaya, sementara Lea masih tersenyum lemah.
Berarti teman-temannya belum tau mengenai Yaya. Profesor Wael juga pasti tidak mengatakan apapun mengenai kondisi Lea meski semua orang pasti bisa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess
General FictionBuku ke dua The Crown Prince, My Husband. Menjawab segala pertanyaan 'kenapa?' dari buku pertama. In Sha Allah 🙈 "Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Meng...