"Jika langit menderu maka hujan turun, dan jika mereka berseru maka aku diam."
-??Angga membuka matanya dengan perlahan. Dia merasa pusing dan lemas, dia tidak tahu di mana dia berada. Dia tidak mengenali kamar yang dia tempati, kamar ini lebih bagus dibandingkan kamarnya.
Kamar itu sangat lusuh dan kotor. Dindingnya berwarna kuning pucat, dengan noda-noda hitam yang menyebar. Lantainya bersih walau banyak retakan, tidak ada sampah-sampah yang berserakan seperti di kamarnya. Langit-langitnya berlubang, dengan sarang laba-laba yang menggantung tapi kamarnya bahkan tidak memiliki langit-langit.
Di kamar itu, ada banyak barang yang tidak pernah Angga miliki. Ada tas yang berisi buku-buku pelajaran, sepatu yang sudah robek, dan rak buku besar yang dipenuhi ratusan buku. Ada juga kasur yang cukup kecil, tapi entah kenapa membawa kenyamanan. Di atas kasur itu, ada bantal yang sudah kusut, selimut yang sudah lusuh, dan boneka beruang yang sudah kotor, namun sangat manis!
Angga memekik girang karena pertama kalinya dia melihat boneka, "Lucu sekali! Apa bapak yang kasih ini ya? Atau aku berhasil kabur bareng bang Dimas?"
Angga merasa bingung. Dia tidak tahu siapa pemilik barang-barang itu, dia tidak tahu mengapa dia berada di kamar itu, dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya tapi mungkin dia akan merasa lebih baik!
Angga bangkit dari kasur, dia berjalan sempoyong menuju lemari baju yang terpasang kaca, dia ingin melihat wajahnya. Dia ingin memastikan sesuatu yang bahkan tidak dia ketahui apa yang ingin dia pastikan.
Angga terkejut ketika melihat pantulan di kaca, Dia tidak melihat wajahnya. Dia melihat wajah orang lain terlebih wajah yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Wajah itu adalah wajah seorang pemuda yang usianya sekitar 17 tahun, Wajah itu memiliki rambut hitam yang panjang, mata biru yang tajam, hidung mancung yang tinggi, dan bibir merah yang tipis. Wajah itu memiliki bekas luka di pipi kanan, tanda lahir di dahi kiri, dan tindik di telinga kanan.
Angga tidak percaya, Dia tidak mengerti. Dia tidak menerimanya! Dia berteriak, "INI SIAPA? INI BUKAN AKU! INI BUKAN AKU!"
Angga memukul kaca dengan keras. Dia ingin menghancurkan kaca itu, namun gebrakan pintu menghalanginya.
Seorang pria berjalan padanya dan dengan tak berperasaan menampar pipinya dengan keras.
Plak!
"Dasar gak guna! Dibikin malah ngelunjak!!"
Tatapan benci itu, tatapan yang biasa ayahnya layangkan pada Angga ketika Angga melewati ayahnya.
Angga mengabaikan pria itu yang mencaci maki dirinya, Angga dari dulu sudah mati rasa bahkan tamparan itu tak terasa di pipinya.
Atau lebih tepatnya tubuh itu?
Ribuan pertanyaan bersarang di dalam otak Angga ingin rasanya Angga berteriak dan berkata, "Aku tidak tahu siapa kamu! Dimana Andre? Dimana bang Dimas?"
Oh! Akhirnya Angga mendapat sebuah petunjuk, Mungkin dia kini telah dijual kepada orang yang bapaknya ajak bicara di dalam telepon, Mungkin orang di depannya adalah pembelinya dan melakukan beberapa eksperimen pada tubuhnya?
"Maaf, tuan." Angga tak berani menatap pria di depannya dan hanya dapat berucap pelan.
Pria itu memandang iba, "Cih!" Dia berdecih lalu pergi begitu saja.
Angga kembali menatap dirinya di depan cermin menatap bekas tamparan yang pria itu berikan yang masih terlihat jelas memerah di pipinya.
Buk..
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUS
Teen FictionDijadikan bungsu kesayangan ✖️ Dijadikan Ibu dadakan ✔️ [OPEN SEASON 2!] [Oh, alur cerita ini begitu lambat ... Dan kisah di mulai pada bab 3, bab 1-2 masih terbilang kisah anak kecil yaitu Angga. Kalian bisa langsung baca 2 Chapter sebelum Bab 3 {M...