"Pada dasarnya manusia itu sama. Egois."
•
•
•
•
•Padahal kehidupan di mansion terus berjalan dengan beragam kejutan dan kebahagiaan dari Gabriel dan Emiles, kehidupan mereka begitu bahagia tanpa kehadiran Michaels. Namun, pagi ini, kebahagiaan itu hilang seketika.
Michaels tiba-tiba membawa kabar yang terbilang diluar nalar, "Gabby, sayang ... Kamu hamil!"
Gabriel yang tengah menyuapi Emiles terdiam sejenak, mencerna berita tersebut dengan campuran antara kaget dan panik. Gabriel tak langsung menjawab. Ia memilih fokus menyuapi Emiles hingga suapan terakhir. Dan baru setelah Gabriel membuka suara, "Benarkah? Tahu dari mana?"
"Ciri-ciri itu ada padamu! Lihat saja perutmu yang membuncit, putingmu membesar, lalu ... Mungkin akan keluar susu dari sana. Sayang."
Gabriel melihat perutnya, sedikit membuncit memang. Dan tadi apa Michaels bilang? Puting? Apa itu?
"Apa itu puting?" Gabriel menatap lekat Michaels.
Michaels tersenyum dan menyentuh puting Gabriel yang mencuat dibalik kasus hijau bergambar Patrick yang dikenakannya, "Ini puting. Tempat bayi makan."
"Oh, ipple ... Bayi memangnya makan dari sini?" Emiles berkata sembari menatap puting Gabriel lekat, ia baru tahu.
Michaels tersenyum lembut, dirinya mengangguk dengan bahagia. "Ya, Emil sayang. Nanti Emil coba hisap, pasti keluar susu."
Emiles segera memeluk Gabriel dengan penuh kasih sayang. Mereka berdua saling memandang, Emiles sangat senang karena akan memiliki adik bayi. Sedangkan Gabriel tak tahu harus merespon apa.
"TUNGGU! GABBY KAN PRIA T.U.L.E.N!!", Gabriel berteriak, ia baru sadar akan sesuatu. "Gabby gak mungkin bisa hamil!"
"Bisa."
"Enggak!"
"Bisa!"
"Enggak!!"
Emiles, yang berada dalam pelukan Gabriel, melihat kedua orangtuanya dengan penuh antusiasme. "Ibu, Ayah, apa yang terjadi? Kalian main bisa-enggak-bisa-enggak ya?" tanyanya dengan polos.
Michaels tersenyum dan mendekati Emiles, memeluknya erat. "Emiles, kamu akan memiliki adik kecil yang lucu," ujarnya dengan lembut.
Emiles berseri-seri, "Emil tahu kok! Emil kan menjadi kakak yang baik untuk adik kecil!"
Michaels tertawa melihat kegirangan Emiles. Mereka kemudian duduk bersama-sama di ruang keluarga, merencanakan masa depan mereka yang akan segera bertambah dengan kehadiran bayi yang ditunggu-tunggu.
Sedangkan Gabriel hanya dapat tersenyum simpul, "Kan bang Gabby cowok ... Terus kok bisa perutnya tiba-tiba ada bayi? Cara masukin ya gimana? Kok bisa bayi tumbuh dalam perut, kan di dalam perut enggak ada makanan. Terus kenapa kalo ipplenya Gabby di isap akan keluar susu?" Ah ... Biarkan saja Gabriel sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Gabriel ingin tidur saja, jadi ia lebih memilih untuk melangkahkan kakinya ke kamar untuk tidur.
Baru saja ia merebahkan tubuhnya, Emiles tiba-tiba datang dan membuka kaos yang dikenakan oleh Gabriel. Emiles menatap lekat-lekat nipple pink milik Gabriel yang mencuat, lalu tanpa aba-aba Emiles menjilati nipple pink itu.
"Hnng ...." Gabriel melenguh panjang, "Emil, apa yang kamu lakukan?"
Emiles memandang wajah Gabriel yang sedikit memerah, "Kan tadi ayah bilang dari sini akan keluar susu. Emil mau coba."
Gabriel juga penasaran, apa benar akan keluar susu?
"Coba hisap. Keluar enggak?" Tanya Gabriel dan diangguki oleh Emiles.
Emiles membenarkan posisinya, lalu menghisap kuat nipple pink milik Gabriel. Gabriel merasakan perih dan nikmat (?) secara bersamaan, nipple nya menjadi begitu sensitif sejak Michaels sering memainkannya.
"Hump! Ibu, susunya enggak keluar!" Emiles berkata dengan nada sedikit bergetar, matanya sudah berkaca-kaca.
Gabriel terdiam, ia juga bingung. Lalu tangannya mengelus kepala Emiles dan memeluk tubuh kecil Emiles agar tidur, "Mungkin susunya keluar cuma buat bayinya aja."
Emiles terdiam, tangan kecilnya memilih memainkan puting Gabriel. Gabriel terengah, ada perasaan aneh pada bagian putingnya yang dimainkan oleh Emiles.
Michaels masuk kedalam kamar dan tidur menyamping di sebelah kanan Gabriel, lalu tangan besarnya ikut memainkan puting Gabriel. Gabriel memilih abai pada awalnya, namun entah kenapa tubuhnya malah memanas.
"Kalian berdua, diamlah!!!" Gabriel menyentil dahi Emiles dan Michaels, "Kalian pikir gak sakit apa!"
• • •
Minggu pertama kehamilan Gabriel diisi dengan kunjungan rutin ke dokter kandungan untuk memastikan bahwa kesehatannya dan bayi mereka berada dalam kondisi prima. Michaels selalu menemani Gabriel ke setiap kunjungan, memberikan dukungan moral dan fisik yang bahkan dirinya berusaha tak menyentuh Gabriel.
Dokter itu sebenarnya bingung, Gabriel tak hamil namun Michaels berkata dengan kukuh jika Gabriel hamil. Gabriel yang terbilang polos nyerempet bego malah berpikir ia benar-benar hamil.
Michaels terkadang pergi di pagi hari dan pulang ketika sore, entah apa yang dia lakukan.
Di samping itu, Gabriel juga menerima banyak nasihat dari ibu-pekerja di mansion itu, termasuk bodyguard yang terbilang sudah menjadi ayah. Mereka memberikan tips dan saran tentang perawatan kehamilan, serta memberikan dukungan moral kepada Gabriel yang baru saja menjadi ibu. Para pekerja agak bodoh, mereka beranggapan kalau Gabriel adalah perempuan tomboy yang ingin menjadi pria. Apalagi di dukung dengan ciri fisik Gabriel yang sedikit ... Seperti wanita. Tingginya, berat badan, sikap, dan bahkan rahangnya pun halus.
Gabriel juga selalu tiba-tiba mulai merasa cemas dan gelisah. Ia merasa tertekan dengan tanggung jawab baru sebagai ibu, serta perasaan khawatir akan masa depan yang akan datang pastinya. Sayangnya ia tak memiliki obat yang biasanya Gabriel asli makan untuk menenangkannya. Jadi Gabriel memilih untuk mencoret-coret tembok kamarnya dengan paku ketika panik dan cemas melanda.
Michaels, yang peka terhadap perubahan suasana hati Gabriel, berusaha keras untuk menyembuhkan Gabriel. Michaels itu gila, licik, dan ... Manipulatif.
"Gabriel, aku di sini untukmu. Kita akan melewati semua ini bersama-sama lalu menjadi keluarga bahagia. Aku harus sering meremas payudaramu agar menjadi lebih besar, jika kecil susunya yang keluar juga sedikit. Tenanglah." ujar Michaels dengan lembut, mencoba mencari kesempatan dalam kesempitan.
Gabriel menatap Michaels dengan mata penuh rasa kesal, "Ye, gede. Mica, sejak kapan laki-laki dapat mengeluarkan susu? Itukan hanya perempuan."
Michaels tersenyum dan mencium lembut kening Gabriel, "Selama punya payudara besar susu dapat keluar."
Gabriel mengangguk. Dia masih 10 tahun, jadi jangan salahkan Angga yang masih belum mengerti tentang gender. Apalagi Angga tidak pernah sekolah dulunya membuat ia tak pernah bersosialisasi dengan anak-anak mesum tukang nonton bokep di Twit*er/×.
Sementara itu, Emiles begitu senang. Setiap hari ia akan membuat puisi untuk adik kecilnya yang ... Memang tak pernah ada. Ia juga memberikan dukungan kepada Gabriel, bocah itu menjadi sangat posesif. Bahkan ketika Gabriel berdiri saja ia akan memanggil ayahnya itu. Ia selalu berusaha membuat Gabriel tertawa dengan kelucuannya, serta membantunya dengan segala hal yang ia mampu.
"Mama, jangan khawatir. Emil akan menjadi kakak yang baik untuk adikns Emil," ujar Emiles dengan penuh keyakinan seperti pemuja fanatik setan.
Gabriel tersenyum, "Makasih ya, Emil. Gabby tahu Gabby pasti bisa mengandalkan Emil."
•
•
Jangan lupa untuk VOTE karena vote itu GRATIS tinggal PENCET bintang di POJOKTerimakasih ...
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUS
Teen FictionDijadikan bungsu kesayangan ✖️ Dijadikan Ibu dadakan ✔️ [OPEN SEASON 2!] [Oh, alur cerita ini begitu lambat ... Dan kisah di mulai pada bab 3, bab 1-2 masih terbilang kisah anak kecil yaitu Angga. Kalian bisa langsung baca 2 Chapter sebelum Bab 3 {M...