🍒 A N O Z 9 🍒

1.4K 99 4
                                    

When two people love each other

"Reza."

Saya berucap dengan sedih dan tatapan mata sayu. Hari ini benar-benar hari terburuk bagi saya, saya merasa hancur dan tidak pantas bahagia.

"Iya?" Balas Reza seraya berhenti. Ia menoleh padaku dan matanya menjadi sedih, "Ada apa dengan anda? Mengapa anda terlihat begitu murung?"

"Dear, malaikat seperti anda tidak bisa bersama saya di sini."

Reza mengerutkan keningnya, mulutnya ternganga ingin berucap namun saya tidak sengaja menyelanya. "Saya salah! Maaf! Jangan tinggalkan saya! Maaf! Maaf! Saya-"

Plak!!

Reza menampar saya dengan cukup keras, "Saya tidak akan meninggalkan anda, ataupun merelakan anda."

"Saya takut ... Maaf ... Maaf ...." Pikiran ini berkecamuk, saya tidak dapat menahan kecemasan saya. Saya takut hilang kendali dan melukai Reza, penderitaan ini benar-benar membunuh saya perlahan. Apa saya benar-benar tak dapat bahagia?

Reza menarik saya kedalam pelukannya dan mencium pucuk rambut saya dengan lembut, "Tak perlu takut."

"Saya lemah dan rapuh. Semua orang berkata jika saya tak pantas mencintai ataupun dicintai karena orang yang saya cintai selalu menderita, Saya takut, takut, takut, takut, takut, takut, takut!!!"

Reza berbisik tepat disamping telinga saya, "Maaf saya tak bisa menjadi apa yang anda butuhkan."





Di sudut apartemen yang ramai, Gabriel duduk sendirian, menyaksikan teman-teman yang tertawa dan bercanda. Suara tawa mereka menggema di dinding, namun tidak ada yang mengarah kepadanya. Gabriel merasa seperti bayangan, hadir namun tak terlihat.

"Gabriel berubah," bisik Marvel ketika dia lewat. "Dia tidak seperti dulu lagi. Aku tak suka."

Kata-kata itu menusuk lebih dalam daripada luka fisik yang pernah dia alami. Gabriel mencoba untuk tidak memperdulikan, untuk tetap tersenyum, tetapi senyumnya telah kehilangan kehangatannya.

"Yo gab! Abis dari mana lu?" Tanya Hendrix seraya merangkul pundak Gabriel.

"Dari atas. Kamu mau kemana?"

"Main futsal, oh! Kayaknya gw bakal jarang kesini lagi deh." Hendrik berkata sambil melangkah menjauh dari Gabriel.

"Eh? Kenapa?" Gabriel ikut melangkah.

"Gapapa." Jawab Hendrix.

Langkah Hendrix menjauh, sedangkan Gabriel hanya dapat menatap kepergian Hendrix dari belakangnya. Ia tak tahu harus apa.

Dia berjalan ke dapur, tempat dia dulu merasa berguna bagi ayahnya, tempat dia dulu bisa membuat orang lain bahagia dengan masakannya. Sekarang, dapur itu terasa asing, dan makanan yang dia buat tidak lagi menarik perhatian siapa pun.

Ketika menjadi Angga, Bodyguard ayahnya pasti ada disampingnya sambil bertanya atau membantu. Kini? Ia sendirian.

Angga tak suka. Ia benci sendiri.

"Aku lebih baik dipukul daripada di diami begini." Pikir Gabriel.

Gabriel berdiri di sana, di tengah keheningan, dan membiarkan air mata jatuh bebas. Tidak ada yang melihat, tidak ada yang tahu. Dia menyeka air matanya, mengambil napas dalam-dalam, dan memaksa senyum kembali ke wajahnya. Seperti yang biasa dilakukan Gabriel (asli).

[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang