When the night approached two crazy people ...
Azzah menatap wajah Reza yang terkikis angin, ia begitu senang memperhatikan wajah tegas nan dayu sang sahabat, "Kepada segala keindahan, tak peduli Dari mana anda berasal, tak peduli Apa status anda, tak peduli apa jenis kelamin Anda. Anda adalah rumah bagi saya." ujar Azzah, "dan saya tak suka ada penghuni lain di rumah saya."
Reza terkekeh, "kau gila." Balasnya sembari menyentuh rambut hitam azzah yang diterpa angin.
"Saya memang gila. Tapi tidak segera anda."
"Saya tak gila, hanya kurang waras." Reza tertawa keras. Azzah yang hatinya ikut bergetar akhirnya tertawa dengan lantang seolah menantang malam, ia mengiringi tawa Reza.
•
•
•
•
•Setelah beberapa menit melajukan mobilnya. Marvel berucap dengan pelan, "Adek."
"Iya?"
"Kamu ingin belajar tentang dunia kan?"
"Eum ... Ya?" Gabriel menatap wajah tampan Marvel yang tengah mengemudi di sampingnya.
"Gimana kalau kita mulai dangan hal-hal kecil," kata Marvel, sambil mengeluarkan buku berbalut bungkus kado berpola bulan-bulan kecil dari tasnya, hebat sekali ia karena mengeluarkan buku ketika mengemudi. "Ini buku tentang bintang-bintang dan galaksi. Abang pikir buku ini cocok dengan Adek yang mau belajar tentang dunia."
Gabriel menerima buku itu dengan tangan gemetar, matanya berbinar. "Keren! Pitanya lucu sekali," katanya, suaranya penuh semangat.
Marvel tersenyum, "Dan malam ini, kita akan melihat bintang-bintang dari balkon apartemen baru kita. Bagaimana?"
Gabriel mengangguk antusias. "Iya-iya! Aku mau liat bintang sama Abang."
Entah kenapa, Marvel merasa jika orang yang berada di sampingnya bukanlah Gabriel. Mulai dari sikapnya yang dewasa namun tutur katanya seperti anak kecil, hingga pengetahuan dasar yang harusnya teringat jelas oleh Gabriel malah tidak diketahui sama sekali olehnya.
"Kenapa?" Tanya Marvel pada dirinya sendiri.
Hingga, hampir 30 menit perjalanan mereka sampai di halaman depan Apartemen mewah bintang 4 itu. Mereka berdua berdiri, berjalan kembali ke kedalam, di depan pintu apartemen baru itu Gabriel menemukan sebuah teleskop yang sudah disiapkan Marvel untuknya namun Gabriel sendiri tak tahu benda apa itu.
Apartemen itu berada cukup dekat dengan bukit dekat sekolah Gabriel, membuat suasana yang tenang dan asri. Jika berjalan kaki, dari apartemen ke sekolahnya membutuhkan waktu sekitar 25-30 menit.
Saat mereka tiba, Xavier dan Dika sudah menunggu di balik pintu, senyum mereka lebar dan tangan mereka terbuka. "Selamat datang di rumah baru, Gabby!" seru mereka bersamaan.
Apartemen itu terasa hangat dan menyambut, dinding-dindingnya dipenuhi dengan foto-foto kenangan mulai dari Gabriel SMP hingga mereka bertemu dan bersama, Lukisan-lukisan yang pernah dibuat Gabriel kecil, barang-barang yang pernah di rusak bahkan dibuang keluarganya pun ada disana. Angga atau Gabriel berjalan perlahan, menyentuh setiap benda dengan rasa ingin tahu dan kekaguman.
Sedih hatinya. Dia iri, sungguh.
"Kalian... kalian semua melakukan ini untukku?" tanyanya, matanya berkaca-kaca. Bukan karena bahagia, namun karena iri, sedih, dan kecewa.
"Ya, ini semua untukmu," jawab Marvel, memeluknya dari belakang. "Ini adalah awal dari kehidupan baru kita."
Gabriel tidak bisa berkata-kata, ingin sekali ia pergi keluar dari sana dan berteriak pada dunia. "Aku juga ingin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUS
Teen FictionDijadikan bungsu kesayangan ✖️ Dijadikan Ibu dadakan ✔️ [OPEN SEASON 2!] [Oh, alur cerita ini begitu lambat ... Dan kisah di mulai pada bab 3, bab 1-2 masih terbilang kisah anak kecil yaitu Angga. Kalian bisa langsung baca 2 Chapter sebelum Bab 3 {M...