"Halo tuan, terimakasih t'lah mencintai saya.. terimakasih t'lah Sudi meletakkan nama saya dalam singgasana tertinggi hati yang anda miliki... Tuanku, abdiku cinta yang sudah sepatutnya saya abdi seumur hidup ... Terimakasih, dan maafkan saya."
-Azzah Noz
•
•
•
•
•
•Di dalam ambulans yang bergegas menuju rumah sakit, Diana memegang tangan Gabriel yang lemas. Dia merasakan genggaman tangannya yang lemah dan mendengar gumaman yang hampir tak terdengar. "Gabriel, Ibu di sini," bisiknya, mencoba memberikan kenyamanan.
Gabriel berusaha membuka matanya, berjuang melawan rasa berat yang menyelimuti kesadarannya. "Ibu ... aku ... ," katanya terpotong dengan suara yang serak.
Diana menekan tombol panggilan darurat, meminta paramedis untuk memeriksa Gabriel sekali lagi, "Tolong, dia mulai sadar tapi mengatakan sesuatu!" ujarnya dengan suara yang gemetar.
Paramedis segera merespons, memeriksa vital Gabriel dan memberinya oksigen, "Dia stabil, tapi kita perlu melakukan beberapa tes di rumah sakit untuk memastikan apa yang terjadi," jelas salah satu paramedis.
Sementara itu, di sekolah, Hendrix berlari ke kelas untuk memberi tahu guru dan teman-teman tentang keadaan Gabriel. Semua merasa terkejut dan khawatir, berharap yang terbaik untuk kesembuhan bayi kecil mereka.
Di rumah sakit, Gabriel dibawa ke ruang gawat darurat, di mana dokter dan perawat bekerja cepat untuk menstabilkan kondisinya. Diana duduk di ruang tunggu setelah melakukan registrasi, berdoa dalam diam, sementara Hendrix tiba-tiba bergabung dengannya, dan beberapa anak-anak lain memberikan dukungan pada Diana yang dapat hancur kapan saja.
Jam-jam berlalu dengan lambat, penuh takut, risau dan gelisah, sampai akhirnya dokter keluar. "Gabriel mengalami demam tinggi karena infeksi yang parah, tapi kami telah memberikan antibiotik dan perawatan yang diperlukan. Dia harus pulih dengan baik," kata dokter itu, memberikan sedikit lega kepada Diana dan, "Bisa jelaskan mengapa begitu banyak luka pada tubuh pasien?"
Diana menghela napas lega, air matanya mengalir bebas. "Terima kasih, dokter," ucapnya, sambil memeluk Hendrix.
"Mari, ikuti saya nyonya." Dokter itu memandang Diana dengan tatapan iba dan najis.
"Tant-"
"Gak papa ... Kalian tunggu disni ya," Diana berkata dan mengikuti dokter keruangan lain.
Diana mengikuti dokter ke ruangan yang lebih pribadi, langkahnya berat dengan kekhawatiran yang baru muncul. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang bergema di dinding-dinding steril rumah sakit.
Suana terasa mencekam.
Dokter itu menutup pintu, menoleh kepada Diana dengan ekspresi serius, "Nyonya, luka-luka yang kami temukan pada tubuh Gabriel tidak biasa. Beberapa tampak lama, sementara yang lain lebih baru. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan penganiayaan," jelas dokter dengan nada yang hati-hati, "Seperti cambukan, tusukan, bahkan sedikit mengenai organ dalam. Saya akan bertindak lebih lanjut jika memang terjadi penganiayaan."
Diana merasa napasnya tercekat, matanya memandang dokter itu dengan kebingungan dan ketakutan, "Tidak, itu... itu tidak mungkin," katanya, suaranya gemetar. "Gabriel adalah anak yang baik, dia... dia tidak akan terlibat dalam hal-hal seperti itu."
Dokter itu meletakkan tangannya di bahu Diana dengan lembut. "Kami memahami ini mungkin sulit, tetapi kami perlu memahami situasi ini untuk bisa memberikan perawatan terbaik bagi Gabriel. Apakah ada sesuatu di rumah yang mungkin menyebabkan ini? Apakah dia pernah berbicara tentang masalah di sekolah atau di tempat lain?" Dokter itu cukup memahami jika ada hal yang disembunyikan oleh Diana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUS
Teen FictionDijadikan bungsu kesayangan ✖️ Dijadikan Ibu dadakan ✔️ [OPEN SEASON 2!] [Oh, alur cerita ini begitu lambat ... Dan kisah di mulai pada bab 3, bab 1-2 masih terbilang kisah anak kecil yaitu Angga. Kalian bisa langsung baca 2 Chapter sebelum Bab 3 {M...