🍒 A N O Z 17 🍒

660 64 0
                                    

"Saya menjerat leher saya yang dipenuhi luka kuntum rokok ini di lampu gantung, saya hilang kendali."




"Eung ...."

Gabriel melenguh pelan tatkala merasa keram pada tangan kanannya, ia membuka mata dan melihat seorang anak kecil ... Emiles? Anak yang memanggil 'bang gabby ' mommy?

"Emiles ...?"

Ceklek...

Pintu dikamar mewah itu terbuka, dan terlihatlah seorang pria tampan dengan tangan yang memegang nampan berisi makanan. Pria itu tersenyum lalu mendekat kearah Gabriel dan menyimpan nampan berisi makanan itu di nakas samping tempat tidur, perlahan ia angkat tubuh kecil Emiles agar tidak tertidur diatas tangan Gabriel.

"Minum dulu," Suara berat pria itu, Michaels. Menggalun pelan, ia takut bila suaranya membangunkan Emiles.

Gabriel terdiam, tak membalas perkataan maupun melakukan perkataan Michaels. Sedangkan yang dipikirkan Gabriel adalah ...

"Ini ceritanya Gabby di culik? Ini om-om pedo yang bilang terobsesi sama bang Gabby kan ... Pesona bang Gabby memang bukan main sih. Eh, itu jus mangga? Kayaknya enak tuh, terus apa itu? Bubur ayam? Em ... Mau sih, tapi gengsi ... Masa makan makanan yang dikasih penculik dengan lapang dada. Tapi ... Kayaknya enak ...."

Tanpa sadar gerak gerik Gabriel diperhatikan oleh Michaels, Michaels hanya dapat tersenyum geli melihat raut muka Gabriel yang berubah-ubah hanya dalam beberapa detik. Dia mengelus kepala Gabriel dengan lembut seraya menyuapi Gabriel dengan bubur yang masih hangat itu, Gabriel terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tak sadar akan perlakuan Michaels.

"Minum dulu," Michaels menyodorkan air putih yang berada di nakas ketika bubur itu t'lah tandas, "Kalau sudah habis baru boleh minum jus."

Mendengar ucapan Michaels, Gabriel langsung sadar dan memundurkan kepalanya. Ia tetap dalam posisi itu beberapa waktu dengan raut muka yang lucu.

Michaels tersenyum dalam hati, lucu sekali tingkah Gabriel itu.

"Ingin jusnya? Minum dulu air ini," Senyum terbit di wajah Michaels ketika tangan lentik gabriel mengambil air putih yang disodorkan oleh Michaels. Setelahnya Michaels memberikan jus yang sedari tadi diinginkan oleh Gabriel, "Ingin yang lain?"

Gabriel menggeleng, "Ini dimana?"

Michaels masih dengan senyumnya yang khas berkata lembut, "Rumahku. Kau lupa? Sekarang kau istriku."

"Emangnya boleh laki-laki nikah sama pria?" Tanya Gabriel pada dirinya sendiri, "Kenapa Gabby? Gabby ... tak mau! Gabby tak suka sama Michaels!"

Michaes tertawa pelan, "Kalau begitu akan kubuat kau menyukaiku, bahkan mencintaiku."

"Mommy, udah pacaran sama ayahnya?"

"Emiles? Kemari, duduk dengan ayah," Michaels menepuk pelan pinggiran kasur.

"Enggak! Emil mau bareng Mommy!" Emiles merangkak kearah Gabriel dan membaringkan tubuhnya, menyamping.

Gabriel yang merasa posisi Emiles kurang nyaman akhirnya ia posisikan tubuh Emiles agar tidur terlentang, lalu ditepuk-tepuk pelan kepala anak itu agar lekas tidur.

"Ayah tidur juga! Sini!"

Tanpa ragu, Michaels memberikan dirinya disamping Emiles membuat Emiles tidur ditengah-tengah. Sebenarnya Gabriel merasa bingung dan kesal, tapi karena diberi jus yang enak ia memilih untuk bungkam.

Selepas Emiles tertidur, mereka akhirnya canggung. Emiles yang tertidur tampaknya belum sepenuhnya nyenyak hingga Gabriel maupun Michaels tak bersuara.

Pikiran negatif menghantui Gabriel, ia takut Abang, ibu, serta kakaknya itu khawatir dan marah. Namun suara bariton Michaels membuyarkan pikirannya.

"Jangan memikirkan hal yang tak perlu, kau milikku."

Gabriel tak langsung menjawab, ia masih menepuk-nepuk kepala Emiles. Dirasa Emiles sudah nyenyak baru ia menjawab, "Kenapa Gabby menjadi milik mu? Gabby hanya milik Gabby."

Michaels terdiam, mulutnya sudah terbuka hendak berkata. Namun Gabriel lebih dulu bersuara.

"Kalaupun Gabby cinta sama kamu, Gabby tak mau memberikan 'Gabby' Untuk kamu! Hump!" Pipi tirus itu dikembangkan hingga chubby seperti akan tumpah, MANIS! Gabriel terlalu manis kalau marah.

Michaels terlalu terpaku dengan wajah Gabriel hingga tak mendengarkan racauwan Gabriel.

Michaels tersenyum simpul menyaksikan tingkah Gabriel yang manis saat marah. "Kamu itu selalu membuat hati ini berdebar, Gabby," ucap Michaels dengan nada yang menggalun lembut dalam indra pendengaran Gabriel.

Gabriel berusaha menahan amarahnya, tetapi ekspresi wajah Gabriel mengkhianati perasaannya. "Jangan panggil Gabby! Hanya Gabby yang boleh panggil begitu!" Protesnya, tangan yang sedari tadi menepuk pelan kepala Gabriel mencubit tangan kekar Michaels.

Michaels tertawa pelan, "Baiklah, istriku. Tapi kamu harus tahu, kamu punya tempat istimewa di hatiku."

"I, istri!?" Wajah Gabriel kini seperti kentang rebus, sungguh malu dirinya.

Michaels menahan tawa melihat reaksi Gabriel yang menahan malu. "Istriku?" ucapnya dengan nada lembut sambil menggenggam tangan Gabriel yang mencubitnya tadi.

Gabriel hanya bisa terdiam sejenak, merasa wajahnya semakin memanas. "Tidak fair, Michaels," protes Gabrie, kerutan-kerutan dikeningnta sudah berkumpul, kemarahan dan malu sudah terlihat di wajahnya.

"Apanya yang tidak adil, hm ...?" ujar Michaels seraya mencium lembut kening Gabriel.

"Ah! Terserah! Aku mau ke kamar mandi!!"

"Sayang, kamar mandi bukan yang itu," Sela Michaels. "Yang ini sayang." Tunjuknya pada pintu disamping tempat sandal.

Gabriel ingin membenting pintu, namun ia urung. Takut bila-bila Emiles terbangun karena suaranya.

Michaels tersenyum dan mengangguk mengerti, "Baiklah, istriku yang malu-malu. Jangan terlalu lama, Suamimu ini kesepian!"

• • •

Gabriel telah menghabiskan satu minggu di mansion Michaels. Setiap pagi, ia dengan tekun memasak beragam hidangan lezat untuk menyegarkan hari mereka. Setelah itu, ia membersihkan kamarnya ... Sekaligus kamar Michaels dengan misuh-misuh.

Jika sudah, ia akan mulai ngomel-ngomel tak jelas dan terkadang mengigit pergelangan tangan Michaels. Tapi gigitan itu hanya seperti elusan lembut bagi Michaels, jadi Michaels juga membiarkan Gabriel berbuat sesukanya.

Setelah tugas rumah selesai, Gabriel selalu bermain dengan Emiles. Terkadang Michaels dan Emiles bingung karena Gabriel lebih kekanakan dari Emiles. Gabriel selalu menciptakan tempat persembunyian kecil di dalam mansion, entah menggunakan bantal, selimut, meja, atau apapun yang ada. Bahkan terkadang menjadi pahlawan yang berpetualang atau mengarungi lautan. Emiles sendiri hampir tidak dapat mengimbangi keaktifan Gabriel.

Gabriel juga mengetahui bahwa mansion itu terletak di hutan antah berantah, membuat Gabriel memilih menyerah untuk kabur. Emiles, juga sangat senang dengan hadirnya Gabriel. Meski tak bisa sekolah lagi karena penyakit rendah imun yang dihadapinya, tapi dia tak mengeluh.

Emiles yang tadinya begitu sulit untuk meminum obatnya kini dengan mudah meminum obatnya sejak kehadiran Gabriel, semangatnya untuk hidup meningkat.

Setiap hari di mansion itu diisi dengan tawa dan sorak Sorai, membuat Gabriel merasa bahwa ia telah menemukan tempat di mana dia benar-benar diterima dan dicintai.

Para bodyguard dan maid yang berkerja disana ikut tersenyum setiap kali Gabriel tertawa lepas.

Gabriel juga mulai tidak menggunakan obat-obatan, ia menjadi dirinya sendiri. Tubuhnya yang dipenuhi luka sudah mulai membaik, Gabriel sudah tidak memiliki pikiran untuk menyakiti dirinya sendiri apalagi Michaels yang selalu disampingnya membuat Gabriel merasakan perhatian yang sudah sepatutnya ia dapat.

• • •

Jangan lupa untuk VOTE karena vote itu GRATIS tinggal PENCET bintang di POJOK!
Terimakasih!!

[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang