Yuhu ... Aku up lagi nih, maaf banget upnya lama heheh.
Ajak yang lain untuk ramaikan Cerita ini yuk, agar aku makin semangat up-nya 😉Vote and coment 🙏
Happy reading guys.
.
.
"Lo yakin, El bakal ngelindungi Lo?"Pertanyaan Clara yang sepontan, membuat Luna dengan cepat berkerut alis. "Maksudnya?"
"Elvano Pranadipta. Siapa yang nggak kenal sama dia. Salah satu dari penyumbang dana terbesar di sekolah ini. Termasuk dengan dua temannya, yaitu Fandy dan Raka. Ketiga Siswa itu suka buat onar. Sering tawuran dan pokonya langganan BK lah."
"Tapikan El berprestasi di sekolah ini," sahut Luna yang tak terima jika sang kekasih di cap buruk seperti itu.
"Iya gue tau. El pintar dalam bidang olahraga, terutama basket dan voly. Raka pintar dalam bidang ilmu sains dan Fandy pintar dalam bidang perdebatan. Ketiga siswa itu memang punya prestasinya masing-masing. Mungkin itu yang jadi salah satu alasan, kenapa sekolah ini masih mempertahankan mereka, Selain orang tua mereka penyumbang dana terbesar di sekolah ini."
Luna terdiam, ia tak menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh Clara. Baginya El tetap orang baik yang selalu ada untuknya.
Gadis cantik dengan rambut panjang itu membenarkan posisinya menghadap ke depan.
Clara yang melihat ekspresi dari Luna, sepertinya ia tak menyukai dengan perkataannya barusan, maka dengan cepat ia pun mencoba untuk meminta maaf.
"Luna, sorry. Kalau perkataan gue tadi, ada yang buat Lo kesinggung. Gue nggak bermaksud untuk ngatain El kaya gitu "
Luna Tersenyum tipis. "Iya, nggak papa, kok."
Clara mengangguk kecil. "Em ... Kalau gitu, kita bisa jadi teman baik?"
Pertanyaan itu dianggukan kecil oleh Luna dengan senyuman manis di wajahnya.
Begitupun dengan Clara yang merasa lega karena sudah meminta maaf pada Luna.
Tak lama, guru pun datang yang membuat seluruh murid di kelas itu duduk di bangkunya masing-masing.
Kring ....
Bel berbunyi, kini jam telah menunjukkan pukul 14.30. waktunya untuk pulang bagi seluruh siswa-siswi di SMA Abdi Bangsa.
Luna segera membereskan alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tas. Begitu juga dengan murid lainnya. Mereka bergegas keluar dari kelas Setelah guru keluar terlebih dahulu.
"Ayo Lun, kita keluar," ajak Clara yang baru bangkit dari posisinya dengan memakai tas ranselnya.
"Em duluan aja Cla. Nggak papa."
"Lo mau nungguin El?" Tanyanya yang di balas anggukan kecil oleh Luna.
Clara menghelah nafasnya dengan anggukan kecil. "Yaudah, hati-hati ya. Gue duluan." Pamitnya yang dianggukan oleh Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL Luna
Teen FictionBagaikan burung dalam sangkar emas, merasa terperangkap namun enggan untuk pergi. Hal tersebut, sama seperti yang di alami oleh Ersya Aluna Mahendra, yang menjalani hubungan toxic dengan kekasihnya, Elvano Pranadipta. "El, aku sakit." "Gue nggak ped...