Yuhu ... Tolong share cerita ini pada yg lain ya. Agar makin banyak yg tau tentang cerita ini.
Vote and coment 🙏
Happy reading guys 🥰❤️
.
.
."Seorang laki-laki yang berani berbuat kasar sama perempuan. Itu sama aja kaya banci."
Deg.
Jelas, perkataan yang di lontarkan oleh Randy, benar-benar membuat El tersulut emosi hingga kedua tangannya mengepal kuat.
Tanpa perkataan apapun, kep*lan tangan kanan El langsung saja melayang tepat di pipi Randy.
"Stop!"
Tapi, secara tiba-tiba suara teriakan datang tak jauh dari mereka. Hingga membuat El pun mengurungkan niatnya untuk menghantam pipi Randy. Ia menurunkan tangannya kembali dan merendam emosinya.
"Kalian tau, ini di sekolah. Bukan di ring tinju!" Tegas salah satu guru yang kini Sudah Berdiri tepat di dekat mereka.
Sontak, keduanya pun langsung tertuju kearah Pak Selamat, selaku Guru BK di sekolah Abdi Bangsa ini. Beliau berdiri di tengah-tengah mereka.
"Kalian sudah tau kan, kalau ini adalah sekolah. Tempat kalian menuntut ilmu. Bukan ring tinju tempat kalian adu jotos."
Keduanya menunduk, tapi El tetap sesekali melirik kearah Randy dengan tatapan matanya yang tajam seraya membantin.
'Nggak ada yang boleh deketin Luna, satu orang pun. Terutama Randy. Gue akan hajar siapapun yang berani deketin Luna sekalipun itu teman terdekat gue.'
"Bapak rasa kalian sudah tau dan paham, akan hukuman apa yang akan kalian terima. Maka dari itu, cepat kalian ikut bapak sekarang ke ruang BK," tegas Pak Selamat.
Pak selamat segera berbalik. "Untuk yang lainnya. Kalian bubar."
Seketika itu pula, para murid yang berada di sana pun bubar, sedangkan El dan juga Randy berjalan mengikuti Pak selamat, masih dengan melirik kearah Randy.
El memberi peringatan dengan kepalan tangannya yang tertuju kearah Randy, sedangkan Randy yang melihatnya tak merespon apapun.
Clara yang masih berada di sana. Ia mengatur nafasnya beberapa kali, karena bingung dengan situasi seperti ini.
Dirinya hanya ingin tahu, dimana keberadaan Luna, tapi justru membuat El dan Juga Randy di hukum.
"Gue harus gimana sekarang." Gumamnya.
"Yaudahlah, kalau gitu sekarang kita cabut." Ajak Fandy.
"Nanti dulu." Cegah Raka yang menarik Fandy, hingga membuat sang empunya menghentikan langkahnya.
"Kenapa?"
"Lo nggak penasaran sama cewek yang namanya Luna itu? Kenapa sampai buat mereka berdua berantem," bisik Raka.
Fandy terdiam sejenak, ia mengerutkan keningnya. "Bukannya El udah bilang semalam kalau tuh cewek kan, jal*ngnya dia."
Raka menggelengkan kepalanya. "Lo tau kan, El nggak pernah kaya gitu. Lo nggak usah percaya dengan perkataan dia yang kaya gitu. Sekarang fokus aja, siapa sebenarnya Cewek bernama Luna itu. Apa mungkin pacarnya?"
Fandy terdiam sejenak, pandangannya tertuju pada siswi yang bersama mereka tadi yaitu Clara, yang hendak Pergi dari tempat itu.
Dengan cepat, Fandy langsung berlari kecil, hingga menghentikan langkahnya tepat di depan gadis berambut sebahu itu. Raka yang melihatnya pun berkerut alis, bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL Luna
Teen FictionBagaikan burung dalam sangkar emas, merasa terperangkap namun enggan untuk pergi. Hal tersebut, sama seperti yang di alami oleh Ersya Aluna Mahendra, yang menjalani hubungan toxic dengan kekasihnya, Elvano Pranadipta. "El, aku sakit." "Gue nggak ped...