~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
"Ketakutan adalah hal yang biasa, namun dampaknya yang tak biasa hingga ada yang berlarut dalam perasaan takutnya itu"-Kalina-
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~***
"Syukur deh kalau boleh pulang, aku kira sampai akhir bakal dirumah sakit". Kalina tak langsung ke kamar untuk istirahat malah menuju dapur membuka kulkas mencari bahan makanan.
Yaa karena ternyata bahan makanan juga habis terpaksa Kalina pergi belanja. Sebelum kedua putranya pulang ia harus sudah menyelesaikan masakannya.
"Eh bentar, mereka pulang jam berapa sih kira-kira ? Kok aku jadi lupakan gini haha".
Kalina bercanda sendiri sambil mengeluarkan ponselnya. Yang pertama dia cari adalah WhatsApp dan nomor Varrel.
"Kak, pulang jam berapa ? Ada tugas tambahan ?". Kalina mengirim pesan pada Varrel.
Selang beberapa menit Varrel membalasnya.
"Jam 2 siang bu, karena tadi berangkat pagi".
"Oh ya udah kalau gitu". Balas Kalina lalu menyimpan ponselnya kembali.
Kalina sudah berada di supermarket untuk belanja sayuran. Masih ada waktu 3 jam untuk mempersiapkan makanannya. Terlihat dia begitu santai karena pada dasarnya dia memang jago masak. Bak chef yang secepat itu bisa menyajikan makanannya.
Skip sekarang jam 1.45 siang. Kalina tinggal menunggu kepulangan mereka. Dan Kalina berpikir mungkin ini waktu yang tepat untuk menceritakan sesuatu pada putranya yang selama ini dia pendam.
***
Varrel yang tadinya mendapat pesan kini pulang menuju rumah sakit.
"Ibu kenapa ? Ngga biasanya tanya kepulanganku". Tanya Varrel ketika memasuki pintu ruangan kalina.
Namun Varrel terkejut ketika tak mendapati siapapun disana. Segera Varrel menemui suster yang merawat ibunya itu.
"Sus, ibu saya kemana ya ? Kok ngga ada ?" Tanya Varrel panik.
"Ibu Kalina ? Dia sudah pulang dari 3 jam yang lalu, karena dia sudah membaik". Jawab suster itu.
"Oh, oke makasih sus". Varrel berlari dengan senyum bahagianya keluar dari rumah sakit. Keinan yang menyusulnya pun ikut berbalik.
"Loh ? Rel ? Lo mau kemana ?". Tanya Keinan menghentikan langkah Varrel sejenak.
"Ibu dah pulang Kei, ayo pulang hihihi".
Tak bohong dengan perasaan mereka berdua saat ini yang sedang berbahagia. Ibunya yang beberapa Minggu dirumah sakit kini kembali menginjakkan kaki di lantai rumahnya sendiri.
Varrel sedikit ngebut mengendara mobilnya karena tak sabar ingin bertemu ibunya. Benar saja, hanya 15 menit mereka sampai dirumah. Baru saja melangkah melewati pintu sudah tercium aroma lezat makanan yang mereka rindukan juga.
"Rel, ibu Rel, didapur". Keinan menepuk tangan Varrel lalu mereka lari ke dapur.
Boom ! Surprise ! Kalina mendengar langkah mereka berbalik dengan tersenyum manis ke mereka.
"Eh udah pulang para putra ibu". Kalina membentangkan tangannya.
"Ibu kenapa ngga ngabarin ? Keinan sama Varrel bisa jemput kan". Keinan sedikit memanyunkan mulutnya.
"Ho o, ibu nakal ya sekarang". Sambung Varrel sambil tertawa kecil.
"Udah, katanya kangen masakan ibu, sini makan bareng".
Sebelum itu mereka berpelukan erat dengan Kalina. Varrel tak bisa memudarkan senyumannya melihat sang ibu kini sudah aktif kembali.
'ini yang ku mau Tuhan, makasih'. Batin Varrel.
Dilanjut mereka makan bersama. Tak jarang Keinan dan Varrel memuji masakan ibunya.
"Bu, beneran dah sembuh ?". Tiba-tiba Keinan membuka suara.
"Iya sayang, nyatanya ibu udah bisa masak lagi buat kalian". Balas Kalina mengusap kepala Keinan.
"Ibu kalau ngerasa sakit langsung panggil kami aja ya, biar kami yang urus semuanya". Sahut Varrel sembari memakan makanannya.
"Udah, makan yang kenyang, jangan ungkit itu lagi".
Setelah menghabiskan makanan Kalina menyuruh mereka membersihkan diri.
"Kalian mandi dulu abis itu susul ibu ke halaman ya, ibu mau cerita sesuatu".
"Baik Bu". Jawab Varrel dan Keinan mengangguk.
Keinan satu rumah sama mereka karena Kalina yang mengangkat anak itu. Karena waktu sekolah dia tak memiliki siapapun lagi, ditambah ibunya yang pergi entah kemana setelah ayahnya meninggal.
Keinan merasa beruntung menjadi bagian dari keluarga itu karena pelukan hangat selalu dia dapatkan. Keinan bukan hanya sahabat yang mengerti Varrel, namun juga saudara yang akan selalu menemani Varrel sampai kapanpun.
Mereka selesai beberes lalu menyusul Kalina ke halaman rumah yang ditemani oleh beberapa bunga dan semilir angin sore.
"Ibu mau cerita apa ?" Tanya Keinan menatap Kalina.
"Tentang Cakra". Jawabnya singkat.
Varrel yang penasaran itu menatap dalam ibunya dengan serius.
"Dulu waktu tiga bulan hamil Cakra ibu bertemu dengan mantan sahabat ibu. Ibu menjauhinya karena ibu ngerasa dia udah berubah, dulu kami sering bersama namun dia yang begitu punya pacar melupakan ibu begitu saja. Waktu ibu periksa ke dokter terdengar kabar dia keguguran dan ga bisa hamil lagi. Dia nyamperin ibu dan bilang ke suaminya menginginkan bayi yang ada di kandungan ibu". Sejenak Kalina berhenti.
"Lah, mana bisa gitu ? Cakra kan real anak ibu sama om Ravendra kan ?". Tanya Keinan geram.
"Iya, Cakra real anak ibu sama Raven. Dia memintanya karena dulu ibu sering bantu dia dalam keadaan apapun. Bahkan selain dia juga bilang kalau ibu terlalu baik. Dia bilang pada ibu kalau dia akan kembali dan bawa Cakra kalau udah 1 tahun usianya. Ibu takut itu beneran terjadi Kei, Rel, ibu sama sekali tidak membenci Cakra". Kalina tertunduk sedih.
"Ibu tak tahu apa yang harus ibu lakukan, karena kalau ibu ngga ngasih Cakra, dia mengancam kamu yang jadi sasarannya Varrel, tapi ibu percaya kamu sudah bisa jaga diri itulah mengapa ibu memutuskan biar Cakra dibawa ayahmu jauh dari sini". Kalina meneteskan air mata.
"Lalu kemana dia sekarang ? Varrel tak pernah ketemu sama dia". Sahut Varrel serius.
"Dia ada di sekitar sini, kita masih terancam, bahkan berkali-kali kamu hampir kecelakaan tapi untung ada orang yang membantumu, itu ulah dia nak". Kalina mengusap air matanya.
"Seperti waktu SMA itu kah ? Ada mobil yang hampir nabrak Varrel tapi malah Keinan yang kena". Keinan mengerti kalimat Kalina.
"Itu salah satunya Kei, dia tau kalau kamu dekat sama Varrel".
Dua bujang itu tercengang. Mendadak Varrel mengeluarkan ekspresi marah lalu berdiri. Keinan mendongak ke arah Varrel.
"Lo kenapa ?". Tanya Keinan terkejut dengan amarahnya.
"Mau ikut gue ? Lo yang pengalaman di bidang ini, kita tuntaskan masalah ini, gue ga mau ibu terus takut seperti ini". Kata Varrel dengan tatapan jauh ke depan.
Keinan mengangguk. Keinan juga tak bisa lupa kalau dia dulu berandalan.
"Oh, waktunya beraksi". Balas Keinan singkat.
***
Udah dulu deh, mau istirahat haha
KAMU SEDANG MEMBACA
VaKra K.H || END✓
Short StoryDisini hanya kegabutan ya.. Kalau kepo baca aja Tapi sayang, ga ada romance, jujur author sendiri ngga mampu buat yang romance guyss haha Banyak yang kosong karena sebelumnya udah pada baca di sebelah guys, disini adalah pindahan kaya copy paste. Re...