Part 40

13 1 0
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
"Jarak jauh bukan berarti putus hubungan. Jarak jauh hanya mengajarkan kita seberapa pentingnya mereka bagi kta. Dan seorang kakak laki-laki merupakan pengganti dari sosok ayah yang telah pergi"

-Haidar-
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

***
Mereka tinggal menunggu hasil itu datang. Setelah beberapa lama dari rundingan para juri, mereka mengumumkan hasilnya.

"Duh, nervous gue". Haidar terlihat menggerakkan kakinya.

"Udah, tenangin dulu hati Lo. Kita harus percaya sama hasil kita yang tak akan mengkhianati perjuangan kita". Mahen menepuk punggungnya.

Sedikit tenang hati si Haidar kini mereka fokus menonton ke juri yang akan mengumumkannya.

"We don't want to wait long, now we are conveying the results of our assessment." Kata salah satu juri itu.

"And the winner of this competition is... JICAHAIDHEN from Neo Culture High School!! Congratulations to Jicahaidhen and please come up to the stage again". Kata juri itu lagi menyambut kedatangan mereka. Dengan senyum yang terlukis membuat wajah mereka begitu cerah dan berseri.

Setelah mendapat piala mereka mengucapkan terima kasih pada para hadirin disana.

"First, we would like to thank you for your support today until we win this competition again." Kata Cakra dengan gembira.

"And secondly, true to our word, we are now holding a QnA with 10 questions for us." Kata Haidar menyambung Cakra.

Mereka menerima segala pertanyaan dari para hadirin. Tak lain juga para juri dan pembawa acara juga bertanya.

Skip 9 pertanyaan telah usai mereka jawab. Kini pertanyaan terakhir datang dari salah satu penonton + pendukung.

"Please express your questions to us". Kata Mahen tersenyum.

"Actually this is for Cakra ? Is it allowed ?" Kata seorang noona dari barisan penonton itu.

"Oke noona, I'll answer". Jawab Cakra siap menerima satu pertanyaan.

"For the song you performed today, is there a hidden reason ? I heard the lyrics refer to longing for separate fraternities". Tanya noona itu.

"You already answered without me answering, noona". Balas Cakra.

"Really ?" Tanya noona itu masih ragu dengan ucapan Cakra.

"Yes, but actually, with the approval of the Jicahaidhen members, I brought this song to celebrate my brother's birthday who was watching from afar". Sambung Cakra.

"Where is your brother now, Cakra?". Tanya pembawa acara disampingnya.

"He is in Indonesia, our original domicile. I moved here because I came with my father who had business and wanted to experience life here. January 24 is the date my brother was born. He has given me so many gifts, this time I am the one giving him the gift. And to my brother, Happy Birthday, from your younger brother, Cakra Kresna Hariadi". Sambung Cakra kembali.

Para penonton bersorak begitu juga para juri dan pembawa acara bertepuk tangan untuknya.

"We are very grateful to those of you who have loved and supported us all this time until we won this cup again, thank you". Kini Jiendra yang membuka suara setelah melihat Cakra tak kuasa membendung airmata bahagianya.

***
Varrel yang menonton itupun terkejut dan sangat bahagia atas apa yang adiknya ucapkan. Dia tak kuasa menahan senyum lebarnya memandangi layar kaca didepannya.

"Hebat banget sih little dolphin". Kata Keinan juga tersenyum.

"Hum, putra ibu hebat semua". Sahut Kalina.

"Makasih dek, makasih untuk hadiahnya". Lirih Varrel dapat didengar Kalina dan Keinan di sana.

"Selamat ulang tahun kak, maaf ibu ngga ngasih apa-apa ke kakak hari ini". Kata Kalina mengusap punggung putranya.

"Iya Rel, Happy Birthday saudaraku". Sambung Keinan. Mereka saling melontarkan senyuman dan anggukan sebagai balasan dari Varrel untuk mereka.

***
Selesai acara mereka pulang dan lagi-lagi meletakkan piala mereka di samping piala lainnya. Etalase kecil yang kini hampir penuh dengan piala kemenangan mereka. Semuanya mereka jalani tanpa paksaan. Meski pernah ada bencana namun kini mereka mengerti arti dari kebersamaan.

"Sekali lagi Kra, dan etalase ini masih muat kalau untuk satu piala lagi". Haidar menepuk pundak Cakra.

"Baiklah, ayo bersenang-senang". Kata Cakra sebagai balasan dari perkataan Haidar.

Mereka keluar ruangan untuk mencari kesenangan mereka. Sampai di depan suatu tempat mereka berhenti. Mereka turun untuk membeli satu bucket bunga mawar merah lalu mereka pergi bersama.

Kembali mereka berhenti didepan gerbang tempat itu. Mereka turun lalu mulai memasuki gerbang itu dengan ucapan salam. Kemudian berjalan mendekati sebuah batu nisan yang bertuliskan nama lengkap Ravendra.

Mereka berhenti lalu berjongkok disampingnya.

"Hai ayah, Cakra dan sahabat Cakra menang lagi. Ayah ga mau ngasih selamat gitu ?". Kata Cakra sambil mengusap gundukan tanah itu.

"Selamat sore om, bangga banget kan punya putra seperti Cakra ? Sekarang dia ngga selemah dulu lho om, masa ngga mau nemuin Cakra ?". Mahen menyahut.

"Iya nih om Raven. Ngga adil lah masa kita menang ga ada kata selamat, biasanya aja meluk kita kan ya". Haidar sedikit bercanda.

"Hum, Cakra has worked again, uncle. Cakra missed you so much that he was willing to come here at this hour. Don't want to meet ?". Jiendra membuka suaranya.

"Hufftt, ayah menunggu kalian disini kenapa kalian sedih hm ?".

Mereka beralih mendongak melihat bayangan Ravendra datang tepat dibelakang Cakra.

"Ayahh bisa ga sih jangan ngagetin". Kata Cakra lalu memeluk Ravendra.

"Ayah ini kan tinggal bayangan sayang, kapanpun ayah ingin muncul akan ayah lakukan". Balas Ravendra mengusap kepala Cakra lalu merentangkan tangan kanannya tanda ingin memeluk semua sahabat putranya itu.

Jiendra, Haidar dan Mahen berhambur ke pelukan Ravendra. Tak lama pelukan itu mereka lepaskan untuk meminta ucapan.

"Selamat ya untuk kalian. Semangat terus, setelah itu kejar impian kalian. Ayah pamit ya". Ravendra kembali menghilang setelah mengucapkan kalimat singkat itu.

"Hufft ayah ini. Ga bisa kah lama sedikit ?". Cakra memanyunkan bibirnya lalu berjongkok lagi untuk meletakkan bucket bunga di atas makam ayahnya.

"Kalau gitu kami pamit ya yah, kami pulang dulu kapan-kapan kami datang lagi". Mereka lalu berjalan menjauh dari nisan itu. Sebelum pulang mereka menuju situ rumah makan untuk kegiatan yang tertunda.

***
Varrel kembali ke kamarnya duduk di ranjangnya sejenak.

"Selamat ulang tahun kakak".

Varrel mencari sumber suara lalu terdiam ketika melihat bayangan ayahnya berdiri membelakangi jendela kamarnya.

"Makasih ayah". Senyum Varrel pada bayangan Ravendra.

"Semangat terus ya kak, bahagiain ibu, jaga ibu dan penuhi keinginan ibu. Bawa pulang Cakra dan jaga adikmu". Pinta Ravendra mengusap kepala Varrel.

"Aku janji pada ayah". Jari kelingking mereka menyatu. Tak butuh waktu lama segera Ravendra menghilang dari sana.

"Singkat namun berarti". Kata Varrel kini merebahkan dirinya di kasurnya. Dia begitu terlihat menahan kantuk sekarang.

***

Entah bagaimana kelanjutannya simak aja haha

VaKra K.H || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang