Part 14

9 1 0
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
"Selalu tersenyumlah Cakra, gue, Haidar dan Jiendra ada disini untuk Lo, jangan terlalu larut dalam kerinduan, bukan tak bisa, waktu selalu mengerti dan akan menjawab perasaanmu nanti. Bersabarlah".

-Mahen-
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

***

Kini Cakra berusaha tidur dengan memeluk boneka barunya, boneka lama juga menemaninya. Semua boneka dia tata dengan rapi di ranjangnya.

Terdengar suara pintu kamar terbuka. Cakra yang tadinya membelakangi pintu kini beralih menghadap pintu melihat siapa yang datang.

"Hum ? Ayah ? Ada apa". Tanya Cakra pada Ravendra yang mendekatinya.

"Engga ko, selama ini kamu hebat dek, menahan rindu yang mendalam dan memberi ayah hadiah di setiap semester, sekarang adek mau apa lagi hm ?".

Cakra berpikir untuk jawaban yang tepat. Cakra tak ingin membuat ayahnya marah lagi.

"Eumm,, boleh Cakra ikut kelas musik ? Baru ada kemarin, di tempel di Mading sekolah". Cakra mengalihkan pikirannya dan teringat ekskul musik di sekolahnya.

"Boleh, tapi ingat ya, harus bisa bagi waktu untuk belajar dan bermusik, oke?". Syarat Ravendra sederhana.

"Baik ayah, makasihh". Cakra memeluk ayahnya lalu tidur di pangkuannya. Tak butuh waktu lama Cakra terlelap karena usapan lembut dari ayahnya di kepala.

"Maafin ayah ya dek, bukan ayah ngga mau pulang tapi ayah belum siap bertemu mereka". Bisik Ravendra didepan telinga putranya. Cakra sama sekali tak terusik dengan bisikan itu.

Skip paginya. Cakra kembali ke sekolah memasuki gerbang sekolah. Biasanya wajahnya ceria namun kali ini dia diam tanpa ekspresi. Sampai pada akhirnya Haidar datang.

"Pagi Cakra". Sapa Haidar seperti biasa.

"Hum, pagi juga". Balas Cakra singkat.

"Eh, kenapa Kra ? Kok murung gitu masih pagi lho". Tanya Haidar penasaran.

"Eumm.."

"Pagi kalian". Sapa Mahen dari belakang mereka.

"Pagi juga". Balas Cakra dan Haidar serentak.

"Hum ? Kenapa Cakra ? Mau cerita ?". Tanya Mahen berusaha menenangkan Cakra.

"Ke kelas dulu aja yok". Ajak Haidar dan mereka mengangguk.

Jiendra yang melihat itu langsung peka namun tak ingin mengusik mereka. Karena hanya Jiendra lah yang sama dengan Cakra. Rindu yang belum bisa terobati itu masih menghantui. Ingin sekali Jiendra memeluk Cakra namun adanya Haidar dan Mahen membuat dia mengurungkan niatnya.

Mereka sampai dikelas lalu duduk di bangku masing-masing.

"Mahen, boleh peluk gue ga ? Bukan karena homo tapi..." Kalimat Cakra terpotong.

"Sini Cakra, kalau Lo bisa tenang sini, Haidar bantu gue gih".

Mahen membentangkan tangannya agar Cakra masuk dalam pelukannya. Disusul Haidar yang memeluknya dari belakang Cakra. Pelukan itu begitu nyaman dan Cakra malah meneteskan air mata.

"Cakra ? Kenapa ?" Tanya Mahen sedikit takut.

"Kapan ya gue ketemu kakak sama ibu ? Apa rindu gue selama ini ga dijawab sama Tuhan ?".

Terdengar isakan Cakra masih dalam pelukan Mahen. Haidar melepaskan pelukannya lalu duduk di bangkunya kembali.

"Cakra, Lo anak baik, pinter, bukan Tuhan ga mau jawab tapi Tuhan tau yang terbaik buat Lo. Kita juga tau ko om Raven sayang banget sama Lo, coba pikir dulu, kalau om Raven tinggalin pekerjaan lalu tiba-tiba resign atau dipecat nanti siapa yang bisa bayar sekolah Lo ? Hidup Lo masih panjang Cakra, gue yakin Lo bisa kok ketemu mereka". Haidar berusaha menenangkan Cakra dengan tepukan lembut di punggung Cakra.

Siapa sangka Jiendra mendengar semua itu didepan kelasnya. Jiendra juga merasa sedih untuk perasaan Cakra. Namun mendadak Jiendra masuk ke kelas Cakra dengan senyumnya yang bertujuan untuk Cakra melupakan kesedihannya.

"Cakra ?". Jiendra mengejutkan Mahen dan Haidar.

"Cakra, ada Jiendra, udah, berhenti dulu nangisnya". Mahen perlahan melepaskan pelukannya.

"Hum ? Jie ? Why come here ?" Tanya Cakra sambil mengusap air mata.

"There's just a music class, and you like music, do you want to join ? I want to register later during the break". Kata Jiendra membawa kertas yang dia ambil dari Mading sekolah.

"I just told my daddy yesterday, and he gave me permission, so I'll register later". Balas Cakra kembali membuat senyuman di wajah Jiendra.

"I also joined". Mahen menyambung mereka.

"You forgot about me ? I also thought about it carefully and I also want to join that class". Haidar juga menyambung.

"This is fun, we can form a band". Jiendra membalas mereka dengan senangnya.

"That's true, but let's join classes first and then form a band, okay?". Mahen membalas perkataan Jiendra.

"Okey. I want to go back to class now, bye-bye". Pamit Jiendra pada mereka.

"Hum, bye-bye". Balas Cakra diikuti lambaian tangan oleh Mahen dan Haidar.

"Manis banget dia, udah tampan, jago vocal, ternyata manis juga, tapi akun sosmednya privat, ga ada yang tau". Haidar angkat bicara.

"Lah ? Berarti cuma gue yang tau disini ?" Balas Cakra sedikit heran.

"Ya secara kan Lo temen deketnya disini elah". Balas Haidar.

"Oh hehe" tawa kecil Cakra pagi itu menenangkan Mahen dan Haidar.

'tolong seperti ini terus Kra, jangan larut dalam kerinduan'. Batin Mahen memahami perasaan Cakra.

Kelas pun dimulai dengan dua pelajaran. Selesai itu bel istirahat berbunyi, mereka keluar kelas menuju ruang musik. Tak lupa mereka menghampiri Jiendra didepan kelasnya. Sampai di ruang musik ada kakak kelas yang bertanggung jawab mengurus kelas musik itu. Nama mereka dicatat lalu diberi instruksi untuk berkumpul sepulang sekolah. Mahen dan Haidar begitu santainya mengiyakan.

Cakra dan Jiendra langsung mengeluarkan ponsel dari saku celananya mengubungi ayah mereka. Cakra dan Jiendra meminta izin untuk pertemuan sore ini. Mata Cakra dan Jiendra terlihat senang ketika ayah mereka mengizinkan.

Sorenya mereka mengikuti pertemuan itu untuk berkenalan. Setelah setahun ekskul itu mati akhirnya terbuka kembali meski peminatnya sedikit.

"Now, introduce yourselves". Kakak kelas itu membuka suara menyuruh mereka berkenalan.

***

Skip. Lanjut part selanjutnya

VaKra K.H || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang