Part 32

10 2 0
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
"Tak ada yang lebih membahagiakan kecuali orang tersayang stay disamping kita"

-Cakra-
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

***
Cakra melenguh perlahan membuka mata namun dia tak mendapati Jiendra disampingnya. Hanya ada boneka dan..
Ada brankar tambahan disamping Cakra. Penglihatannya belum begitu jelas, kini Cakra duduk dan mengusap matanya agar cepat bisa melihat jelas.

Cakra menghadap brankar itu. Dia terkejut dengan wajah yang dia tatap saat ini.

"Ayah..?" Lirih Cakra memastikan.

"Ayahhh". Panggilan Cakra tampak dihiraukan Ravendra.

Terlihat Ravendra menggerakkan bola matanya didalam sana. Seperti ingin bangun.

"Ayahh". Sekali lagi Ravendra mendapat panggilan.

Dengan dahi yang diperban dan hidung dipasangi selang pernafasan Ravendra membuka matanya. Menatap putranya sambil tersenyum.

"Adek udah bangun hm ? Tadi Jie pamit mau pulang, katanya mau ganti baju". Kata Ravendra pelan.

"Ayah.." Cakra memeluk sang ayah dibalas dengan usapan kepala dari Ravendra.

"Cakra khawatir banget ayah. Cakra ga punya siapapun disini. Ayah cepet sembuh". Cakra menangis diatas tubuh Ravendra.

"Ayah disini sayang". Ravendra masih tersenyum melihat logat putranya.

"Jangan gini lagi ayah. Ayah harus hati-hati". Sahut Cakra.

"Apapun untuk putra ayah akan ayah lakukan, sekalipun meski nyawa ayah yang harus direnggut. Dan maafin ayah ya, karena ayah kita ngga jadi pulang". Ravendra sedih.

"Engga, ga papa ayah, masih ada lain waktu". Jawab Cakra mengusap pipi ayahnya.

"Jie pulang jam 5 tadi waktu kamu masih tidur. Ayah pindah kesini tengah malam. Ayah kira kamu masih terbangun ternyata sudah tidur. Om Brian mau membangunkan mu namun Jie tidak memperbolehkannya. Kata Jie ini surprise buat kamu". Ravendra tertawa kecil.

"Isshh Jie memang selalu gitu". Cakra memanyunkan bibirnya.

"Udah, sekarang ayah udah disini. Cakra bisa temani ayah sepuasnya. Tapi ingat, pas sekolah tetap sekolah ya, belajarnya juga harus rajin". Ravendra mencubit pipi Cakra.

"Iya ayah, Cakra tau kok. Tapi ayah juga harus cepat sembuh". Balas Cakra.

"Iya". Ravendra kembali tersenyum dan tertawa dengan putra bungsunya.

***
Varrel yang memang sudah bangun itu duduk di tepi kasurnya. Memikirkan kondisi ayahnya yang belum ada kabar dari Cakra. Varrel masih merasa risau. Hatinya belum sepenuhnya tenang.

Keinan tiba-tiba datang menghampiri Varrel ke kamarnya.

"Wehh udah bangun Lo ?". Tanya Keinan bercanda.

"Dari tadi". Balas singkat Varrel.

"Murung gitu, kenapa ?". Keinan masih bercanda.

VaKra K.H || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang