Part 46

12 1 0
                                    

***
Dua hari Cakra menemani ibunya di rumah sakit. Cakra juga sempat pulang untuk mandi dan berberes. Masih setia dengan boneka lumba-lumba itu Cakra tertidur duduk disamping Kalina yang juga memejamkan mata. Esoknya Varrel memberi tahu Cakra bahwa dia mulai kuliah besoknya. Cakra mengangguk meski terkejut dengan begitu cepat Varrel memasukkan Cakra ke kuliahnya.

Seminggu berlalu dengan Cakra kuliah kondisi Kalina semakin memburuk. Stadium akhir untuk kanker hatinya tak bisa lagi disembuhkan. Kini Kalina pasrah dengan dirinya.

"Adek udah tepatin janji, dan aku juga udah. Kini terserah padaMu Tuhan, aku tak kan lagi protes". Kalina bergumam sambil melihat langit-langit kamar itu.

Ketika Varrel masuk ibunya tak bisa menahan sakit itu lagi. Mau gimanapun hanya donor hati yang bisa menyembuhkan. Namun mereka tak mendapatinya dalam waktu dekat.

Kalina kritis. Nafasnya tak teratur. Yang bisa Varrel lakukan hanya mengabari Cakra, sementara Keinan berusaha keras bagaimana caranya untuk Kalina bisa pulih. Namun semua usahanya sia-sia. Setibanya Cakra disana Keinan terkejut ketika sang ibu berangsur membaik.

"Loh ? Cakra ? Ibu membaik dek, ibu membaik Rel". Seru Keinan ketika melihat Kalina dengan nafas normal.

Tiga saudara itu sedikit senang dengan kembalinya Kalina. Sekejap Kalina membuka mata melihat satu-satu putranya.

"Cakra.." lirih Kalina memanggil putra bungsunya.

"Ibu..". Cakra berhambur kepelukan ibunya.

"Adek,, makasih udah tepatin janji buat pulang ke pelukan ibu. Dan ibu udah tepatin janji buat nunggu adek disini. Adek semangat terus dan jadi anak lebih kuat lagi bersama kakak ya". Kalina mengelus kepala putra bungsunya.

"Maksud ibu apa ? Cakra baru pulang kenapa ibu ngomong gini ? Ibu ga suka Cakra pulang ?". Cakra menatap sayu Kalina.

"Tuhan ingin ibu sama ayah dulu dek. Maafin ibu ya". Balas Kalina dengan nada rendah.

"Ib-IBUU!!!". Teriak Cakra ketika suara monitor disamping ibunya berbunyi nyaring dan terdapat garis datar panjang disana.

Kalina telah menutup mata untuk selamanya. Dan keinginan Kalina terwujud, yaitu meninggal di pelukan putra bungsunya, Cakra. Kedua kalinya bagi Cakra menyaksikan orang tersayang menghembuskan nafas terakhir. Tak mudah bagi Cakra melihatnya namun Tuhan lebih menyayangi ortunya.

20 Oktober 2022. Kalina menyusul suaminya dengan janji yang telah dia tepati. Selamat bergabung dengan Ravendra, Kalina Arsanti.

Cakra tak menangis sedikitpun, karena baginya menangis hanya sia-sia. Tak kan bisa mengembalikan Kalina untuknya.

Skip pemakaman Kalina selesai. Kini mereka pulang kerumah masih berduka dengan Cakra yang terus dipeluk Varrel. Keinan mengambilkan air minum untuk keduanya. Sampai dihadapan Varrel, Cakra sedikit bertanya.

"Kak, kenapa Tuhan tidak membiarkan Cakra sama ibu dulu ? Kan Cakra masih rindu sama ibu". Lirih Cakra di pelukan Varrel.

"Adik kecil, Tuhan lebih sayang ibu dan ayah. Tuhan ingin mempertemukan mereka. Mereka yang abadi tak pernah terganti. Pada kenyataannya ibu masih mengharapkan ayah". Jawab Varrel berusaha menenangkan Cakra.

"Ayah juga mengharapkan ibu. Buktinya surat perceraian itu sama sekali ga ditanda tangani oleh ayah". Balas Cakra.

"Nah itu Cakra ngerti. Mungkin Tuhan ingin kita belajar hidup mandiri. Dan Tuhan itu maha baik sayang, dengan disatukan ayah dan ibu disana mereka akan lebih bahagia lagi. Dan Cakra, jangan rapuh ya dek. Kakak tau Cakra ngga selemah itu. Buktinya juga hampir dua tahun Cakra hidup sendiri tanpa ayah. Karena itulah Tuhan ingin Cakra bisa mengerti kehidupan". Balas Keinan menepuk punggung Cakra.

"Makasih kak udah dukung Cakra selama ini. Okelah, Cakra akan baik-baik saja sama kalian". Cakra memeluk kedua kakaknya bergantian. Mereka tersenyum ketika Cakra sudah membaik.

Esok harinya entah mengapa Cakra belum bangun padahal waktu sudah menunjukkan jam 7 pagi. Varrel memasuki kamar Cakra dan alangkah terkejutnya dia mendengar Cakra mengigau.

"Ibu,, ibu sudah sehat kan.." kata Cakra masih memejamkan mata.

"Ibu jangan khawatir, kakak disini jaga Cakra". Kedua kalinya Cakra bergumam.

"Dek". Varrel menggoyangkan tubuh Cakra namun tak ada jawaban. Varrel memegang dahi Cakra dan terasa panas.

"Astaga! Dek ? Kamu demam ?! KEINAN! CEPAT KEMARI!!!" Teriak Varrel memanggil Keinan. Segera Keinan berlari dari dapur ke kamar cakra.

"Kenapa Rel ? Cakra kenapa ?". Keinan panik dan memegang dahi Cakra.

"Astaga! Demam. Kompres dulu Rel, gue beliin obat sekarang". Keinan secepatnya pergi membeli obat untuk Cakra sementara Varrel melakukan anjuran Keinan.

"Dek bertahan ya, jangan sakit gini". Kata Varrel sambil mengompres Cakra.

Tak lama Cakra mulai membuka mata dan merasa sakit di salah satu bagian tubuhnya.

"Kakak.." lirih Cakra.

"Kenapa dek ? Butuh apa ?". Tanya Varrel namun Cakra menggelengkan kepala.

"Cakra pusing, dan disini sakit banget". Cakra memegang tubuh atas perut bagian kanannya.

"Hati ?? Engga engga, mungkin hanya kram dek, nanti juga sembuh. Kak Keinan bentar lagi pulang bawa obat". Cakra mengangguk lalu memejamkan mata berusaha untuk tidur.

Tak lama kemudian Keinan datang membawa obat dan bubur untuk sarapannya.

"Dek, sarapan dulu yuk". Kata Keinan mendekati Cakra.

"Kakak beli apa ?". Tanya Cakra sambil mengalihkan posisinya untuk duduk.

"Cuma bubur. Kalau demam lebih baik makan bubur dulu, dan ini obat demam untuk adek". Balas Keinan dan Cakra hanya mengangguk.

Cakra memakan bubur itu dengan disuapi Keinan. Beberapa suapan Cakra mengangkat tangannya tanda ingin berhenti makan. Cakra merasa sakit di bagian yang sama yang ditunjukkan pada Varrel.

"Dek ? Kamu kenapa ?". Keinan sedikit panik dengan kondisi Cakra.

"Akkhh!! Kak.. sa-kit ba-nget.. aakkhhh". Cakra terus memegangi bagian atas perutnya itu.

"Rel, biar gue cek di rumah sakit ayo bawa dia". Kata Keinan. Dengan cepat Varrel menggendong Cakra menuju mobilnya untuk pergi ke rumah sakit.

"Ka-kak.." panggil Cakra dan mereka berdua menanggapinya.

"Kenapa ?". Tanya Varrel yang memeluknya.

"Ssshhhtt.. sa-kit kak.. sa-kit ba-nget". Kata Cakra yang terbata-bata.

"Sabar dek, kita segera sampai". Keinan membalasnya.

"Eungghhh". Cakra masih memegangi atas perutnya itu sambil sedikit mengerang.

Selang 5 menit mereka sampai dan masuk ke ruang pemeriksaan. Cakra terkadang meringis kesakitan namun Keinan berusaha tenang untuk memeriksanya. Keinan terkejut atas apa yang terjadi dengan cakra.

"Rel.." lirih Keinan melihat ke arah Varrel.

"Ada apa ? Cakra kenapa ?". Tanya Varrel panik.

"Cakra Rel. Kanker hati stadium 2". Keinan sedih dengan kenyataan itu yang tak bisa diubah.

"Apa ? Lo ga salah kan Kei ? Lo beneran periksa dia kan ?". Varrel menggoyangkan tubuh Keinan dengan menyentuh kedua bahunya.

"Beneran Rel, gue serius. Pemeriksaan yang gue lakuin ini hasilnya". Jawab Keinan

"Kak.." panggil Cakra yang mendadak dibelakang mereka.

"Jangan sedih, Cakra juga ngga ingin ini semakin parah". Kata Cakra.

"Jadi sebelumnya kamu udah tau ?".

***

Lanjutan ?

VaKra K.H || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang