08

34 19 0
                                    

Happy Reading!!!

Malika berada didalam kelasnya. Mata pelajaran pagi ini adalah Bahasa Daerah, namun guru pengajar sedang sakit yang mengakibatkan jam kosong. Malika sedang mengerjakan tugas-tugas yang belum sempat ia kerjakan dirumah, sedangkan Ola tertidur dengan menyembunyikan kepalanya dengan kedua tangan.

"La! Bangun," panggil Malika yang membuat Ola tersentak.

"Ada yang nyariin, noh," ucap Malika menunjuk pintu kelas yang sudah berdiri dua lelaki yang salah satunya ia kenal.

Ola memandang sebentar dua lelaki tersebut lalu berdiri menghampiri mereka. Salah satu dari lelaki itu mengatakan sesuatu pada Ola yang Malika sendiri tak tahu. Dua lelaki tersebut sudah pergi dari sana, hanya meninggalkan Ola yang masih berdiri. Ola membalikkan badannya dengan sebuah tas yang entah isinya apa.

"Apa itu?" Tanya Malika penasaran dengan isi tas tersebut.

"Buat lo," ucap Ola memberikan tas tersebut pada Malika.

"Ngapain, nj*r?" Malika terkejut.

"Buka buka," ucap Malika mengambil alih tas tersebut dan membukanya.

Isi dalam tas tersebut adalah beberapa makanan ringan kesukaan Malika. Ada satu buku catatan kecil yang di luarnya bertuliskan.

"Jangan dibuka dikelas, ya. Buka dirumah aja."

Malika kembali memasukkan buku tersebut, namun kali ini didalam tasnya. Malika mengambil satu persatu jajanan yang ada didalam tersebut dan membaginya dengan Ola. Mereka berdua memakan jajanan tersebut dengan sesekali berbincang-bincang mengenai banyak hal.

"Lo tau gak, sih," ucap Ola yang membuat Malika menoleh padanya.

"Tio kalo dilihat-lihat ganteng juga," Ola tersenyum dengan pipi yang memerah. Malika terdiam, tersenyum menatap Ola. "Dia suka Tio?" Batin Malika masih dengan senyumannya.

"Tapi tadi dia lihat dalem kelas terus, siapa ya kira-kira?" Tanya Ola dengan raut wajah yang sedikit sedih.

Malika hanya bisa diam, tak dapat mengatakan apapun. Hatinya seperti ditusuk beribu kali. Tanpa Malika sadari, tangan Malika sudah bergetar hebat. Malika mencoba menenangkan dirinya agar Ola tak tahu. "Ayo, dong," batin Malika mencoba menenangkan dirinya.

"Gue mau ke kamar mandi," ucap Malika pada Ola.

"Sendiri?" Belum sempat pertanyaan Ola dijawab, Malika sudah pergi menuju kamar mandi.

Malika duduk pada kloset didalam salah satu bilik kamar mandi. Ia menangis sesenggukan sendirian tanpa ada yang mendengarnya. "Gue kenapa," ucap Malika pelan, sangat pelan. Malika terus mencoba mengatur nafas dan menenangkan diri. "Gak mungkin, gak mungkin gue suka Tio," ucap Malika masih menangis sejadi-jadinya.

"Siapa di dalem?" Tanya seseorang dari luar sana.

Malika segera menghapus air matanya dan mencuci mukanya. Malika keluar dari bilik kamar mandi dan melihat siapa yang ada diluar bilik. Malika tersenyum pada perempuan tersebut dengan manis. "Lo Malika, ya?" Tanya perempuan itu. Malika hanya mengangguk lalu pergi meninggalkannya sendirian.

Malika memasuki kelasnya dan segera duduk pada bangkunya. "Lo ngapain lama banget," tanya Ola pada Malika yang sudah duduk ada bangkunya. Malika hanya tersenyum kuda pada Ola, "gue ber*k," ucap Malika yang mendapat sebuah pukulan dari Ola. Mereka berdua tertawa bersama dengan Malika yang tak memikirkan perasaannya.

*****

Malika saat ini berada di halte depan sekolahnya. Seperti biasa, ia menunggu Arga untuk menjemputnya. Malika terus memandang ponselnya yang menunjukkan berbagai video lucu yang membuat tertawa terbahak-bahak. Malika sesekali menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan Arga sudah sampa atau belum. "Papa lama banget!" Dumel Malika sendirian.

Tint...

Malika mendongak menatap mobil yang berhenti. Bukan mobil sang Papa, namun mobil yang biasa dikendarai Pak Mamat. Malika menghampiri Pak Mamat yang sudah ada didalam. "Kok bukan Papa?" Tanya Malika setelah masuk ke dalam mobil. "Tuan berangkat ke Bali, non," ucap Pak Mamat yang hanya dibalas anggukan oleh Malika.

Pak Mamat memberhentikan mobil tepat di pekarangan rumah. Malika turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. Malika meletakkan tasnya di sembarang tempat. Malika merebahkan tubuhnya keatas ranjang. "Hari ini lebih capek dari kemarin," ucap Malika lalu memejamkan matanya. Malika tertidur dengan seragam sekolah yang masih dikenakannya.

Malika terbangun dari tidurnya. Mencoba mengumpulkan nyawanya. Malika bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi. Malika membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket. Malika keluar dari kamar mandi dan mengambil gaun putih cantik dari lemarinya. "Gue cantik banget," ucap Malika memuji diri sendiri.

Malika menuruni anak tangga dan menemui Santy yang sudah rapi dengan gaun berwarna cokelat serta Arga dengan jas berwarna abu-abunya. Suasana rumah sangat ramai, begitu ramai. Banyak kerabat serta rekan kerja Arga yang ikut hadir. "Calonnya kapan datang?" Ucap salah satu rekan kerja Arga. "Sedang dalam diperjalanan," ucap Arga dengan senyumannya.

Beberapa menit menunggu. Beberapa orang datang dengan lelaki yang sudah rapi dengan jas berwarna hitam serta tatanan rambut yang tampan. Lelaki yang ditunggu Malika selama 20 menit yang lalu akhirnya datang. Dengan kewibawaannya, lelaki tersebut memasuki rumah Malika dan menghampiri Malika. "Kita bakalan nikah, sayang," ujar lelaki tersebut mengusap surai rambut Malika.

Malika duduk pada kursi pengantin berdampingan dengan lelaki pujaanya serta Arga yang menjadi walinya. "Saya nikahkan anda, Firstio Bramasta bin Herindra Bramasta, dengan anak semata wayang saya, Malika Sanara Argana. Dengan maskawin uang tunai sebesar 10 juta serta emas 24 karat, serta seperangkat alat shalat. Dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya-".

"STOP!" Ucap seseorang dari ambang pintu. Perempuan dengan raut wajah marah menatap kearah Malika, "Ola?". Mereka yang disana berdiri secara serentak melihat siapa yang berteriak.

"Dia gak pantes sama Tio! Yang duduk disana itu saya! Sahra Ola Omara!" Ucap Ola dengan lantang menunjuk Malika yang terkejut.

Malika terkejut dengan keadaan tersebut, benar-benar terkejut. Sahabat dekatnya ternyata adalah orang paling jahat. "Ola?" Ucap Malika mencoba menyadarkan Ola. "Apa?! Gue benci sama lo!" Ucap Ola menyentak Malika. Malika menutup mulutnya dengan kedua tangan, menahan tangisannya agar tak keluar.

"Maksud lo apa sih, La?" Ucap Tio bingung dengan situasi.

"Gue suka sama lo, Tio! Tapi karena cewek mur*h ini, lo jadi nolak cinta gue!" Jelas Ola yang membuat Malika menggeleng tak percaya.

"Apa maksud kamu bilang anak saya mur*h?!" Ucap Santy menyentak Ola.

"Anak tante ini jal*ng! Dia udah ngerebut Tio dari saya! Dia tahu saya suka sama Tio, tapi dia malah nikung saya! Saya gak rela orang yang saya suka malah nikah sama orang lain! Se enggak laku itu kah anak tante, sampai-sampai harus ngerebut cowok saya?!" Ucap Ola dengan nada menekan.

Plak...

Malika terduduk ditempat tidurnya, mimpi buruk apa tadi? Aneh sekali. Keringat Malika sudah membasahi seluruh tubuh Malika yang masih mengenakan seragam sekolah. Malika masih tak percaya dengan mimpinya barusan. "Itu cuma mimpi?" Ucap Malika masih dengan nafas tersengal. Lagi-lagi tangan Malika bergetar kencang, sangat kencang. Lagi dan lagi Malika menangis akibat hal yang belum tentu adanya.

"Maaf, traumaku terlalu hebat."
.
.
.
.
.

Halo! Halo! Halo!

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote, komennya yaaaaa!! Babay!

Malika dan Luka [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang