10

38 18 0
                                    

Happy Reading!!!

Malika menyusuri koridor sekolahnya dengan senyuman manisnya. Hari ini Malika begitu semangat mengawali hari Senin dengan begitu semangat. Malika sudah tak sabar untuk memberi tahu semua orang bahwa dirinya sudah resmi menjadi kekasih seorang Tio. Lelaki yang selama 1 bulan ini menjadi teman curhatnya. Lelaki yang 1 bulan lalu dikenalkan oleh Papanya. Entah apa yang akan terjadi jika dulu Malika benar-benar menolak tawaran Arga.

Malika duduk pada bangkunya yang kosong. Sepertinya Ola belum juga datang. Malika mengeluarkan buku pelajarannya dan mengerjakan tugas yang semalam belum sempat ia kerjakan. Malika menuangkan tinta pulpen pada setiap baris buku tulisnya. "Yah! Habis," ucap Malika melihat pulpen yang ia pakai sudah habis. Sialnya, ia tak membawa pulpen cadangan.

Malika mengedarkan pandangannya mencoba mencari teman sekelasnya yang mungkin Malika kenal. "Sana!" Ucap Malika memanggil Sana - Teman sekelasnya. Malika menghampiri Sana yang masih duduk pada bangkunya. "Ada pulpen gak?" Tanya Malika yang lalu di angguki oleh Sana. Sana mengutak-atik isi dalam tasnya dan mengambil pulpennya. Malika kembali pada duduknya setelah menerima pulpen dari Sana.

"Ayo, anak-anak! Segera menuju lapangan untuk melaksanakan upacara," ucap seorang guru dari central.

Malika yang belum sempat menyelesaikan tugasnya segera menutup bukunya dan mengambil topinya didalam tas. Malika keluar dari kelasnya sendirian. Ola belum juga datang, sepertinya ia terlambat. Malika berjalan menuju barisan teman-teman sekelasnya. Ia berbaris pada barisan paling belakang karena datang terlalu lama.

Malika mendengus karena keringatnya yang terus bercucuran. "Panas banget!" Dumel Malika mengibaskan rambutnya kebelakang. "Udah dingin?" Ucap seseorang dari barisan samping Malika. Malika menengok pada orang tersebut dan tersenyum manis. Tio berdiri tepat disebelah Malika agar tubuhnya yang tinggi dapat menghalangi sinar matahari yang mengenai wajah Malika.

"Nanti ke kantin gue jemput, ya?" Ucap Tio yang hanya di angguki oleh Malika.

*****

Saat ini, seperti yang diucapkan Tio tadi. Malika dan Tio berjalan berdampingan menyusuri koridor sekolah. Tak sedikit yang membicarakan mereka berdua disepanjang jalan. Namun, keduanya tak menghiraukan itu semua. Malika dan Tio telah sampai di dalam Kantin. Malika memilih tempat duduk sementara Tio memesan makanan. Malika duduk pada salah satu meja kantin dan menunggu Tio sambil memainkan ponselnya. Malika mengetik sesuatu pada ponselnya.

Malika:
La, kenapa gak masuk lagi?

Ola:
Gak papa

Ola:
Lagi gak enak badan aja

Malika:
Ya udah

Malika menutup ponselnya karena Tio yang sudah datang dengan sebuah nampan berisi dua makanan ditangannya. Tio dan Malika menikmati makanan mereka dengan duduk berdampingan.

"Nanti pulang bareng gue," ucap Tio.

"Gak mau, gue mau ke rumah Ola dulu," tolak Malika yang mendapat gelengan dari Tio.

"Nanti gue anter, gak ada penolakan," ucap Tio lalu kembali menikmati makanannya.

Makanan mereka berdua sudah habis. Mereka masih bercengkrama dimeja kantin tanpa beranjak sedikitpun. Mereka tertawa bersama, sesekali juga mereka bercerita pengalaman mereka. Malika tersenyum manis menatap Tio yang dengan antusias menceritakan masa-masa SMP nya dulu. Ternyata masa-masa SMP orang yang ia kenal sangat lebih baik dari masa-masa SMP nya dulu. Ia tak dendam dengan semua orang di masa lalunya, namun trauma yang mereka berikan masih mengikuti Malika kemana pun.

"Ayo, balik!" Ajak Tio membuyarkan lamunan Malika.

Malika berdiri mengikuti langkah Tio didepan. Ia memegang ujung kemeja Tio dan berjalan dibelakang Tio. Senyum Malika luntur ketika rasa dihatinya sangat perih. Sangat berbeda dengan tadi pertama ia bersama Tio. "De javu," Malika memejamkan matanya, masih memegang ujung kemeja Tio. "Lo kenapa?" Tanya Tio yang menyadari Malika memejamkan matanya.

"Gak papa!" Ucap Malika terkejut dengan panggilan Tio.

Tio hanya menatap Malika, merasa janggal dengan tingkah sang kekasih. "Gue tahu lo de javu, Ka," batin Tio dengan wajah datar menatap Malika. "Gue duluan, ya!" Ucap Malika lalu memasuki kelasnya. Tio membalikkan badannya dan pergi menuju kelasnya.

*****

Malika duduk pada halte sekolahnya. Menunggu Tio yang mengambil motor di parkiran. "Ayo!" Ucap Tio setelah sampai didepan Malika. Malika menghampiri Tio dan segera menaiki motor. "Nanti beli buah-buahan dulu, ya," ucap Malika yamg di angguki oleh Tio. Tio mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang, karena jalan raya yang padat. Sekitar 15 menit motor melaju, Tio berhenti tepat didepan penjual buah segar. Malika segera turun dan memilih buah-buahan yang akan ia bawa untuk Ola.

Malika segera menghampiri Tio dan menaiki motor setelah selesai membeli buah. Tio kembali melajukan motornya menuju rumah Ola. "Lo tahu rumah Ola?" Tanya Malika yang mendapat gelengan dari Tio. Malika segera menunjukkan kemana Tio harus pergi. 20 menit berada diperjalanan, dan saat ini motor berhenti tepat didepan rumah Ola. Malika turun dari motor yang diikuti oleh Tio. Malika mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Pintu terbuka menampilkan Mama Ola yang sepertinya baru saja dari dapur.

"Nak Malika, masuk masuk," ucap Mama Ola mempersilahkan Malika dan Tio untuk masuk.

Malika dan Tio menunggu di sofa ruang tamu. Selang beberapa menit, akhirnya Ola datang dengan kompres di dahinya. "Lo kebiasaan kali kesini gak bilang dulu!" Omel Ola pada Malika lalu duduk didepan Malika dan Tio. Ola menatap Tio sekejap sebelum menatap Ola dengan alis yang dinaikkan. "Gue tadi dianter dia," ucap Ola santai. Ola hanya mengangguk meskipun ia sebenarnya penasaran, mengapa harus Malika diantar oleh Tio.

"Ini buat lo," ucap Malika menyodorkan satu plastik hitam berisi buah-buahan yang ia beli tadi.

"Repot-repot lo," ucap Ola menerima buah pemberian Malika.

"Sekali-sekali," ucap Malika dengan senyuman manisnya.

"Lo Tio, ya?" Tanya Ola pada Tio. Tio hanya mengangguk tak memberi suara apa pun.

"Ngomong, Yo! Lo gak lagi di interogasi," ucap Malika menyenggol tangan Tio.

Tio tak menanggapi ucapan Malika dan masih diam seribu bahasa. "Kalian pacaran?" Ucapan Ola tersebut membuat Malika dan Tio menoleh padanya. "Santai, lo berdua gak usah ngeliatin gue kek begitu," ucap Ola merasa aneh dilihat seperti itu. Tio segera mengalihkan pandangannya dari Ola dan menatap Malika. "Iya," ucap Malika yang diberi gelengan keras oleh Tio.

"Enggak, gue gak pacaran sama dia," ucap Tio.

Malika menatap Tio dengan dahinya yang mengerut. Apa dia bilang? Tidak?. Malika diam, benar-benar sakit. Malika hanya tersenyum menatap Ola dan mengangguk mengiyakan ucapan Tio tadi. "Kenapa?" Tanya Malika pada dirinya sendiri.

Saat ini Malika dan Tio berada diperjalanan. Mereka sudah pulang dari rumah Ola. Tak ada yang membuka suara sama sekali. Tio yang fokus dengan jalanan, serta Malika yang bergelut dengan pikirannya. Malika masih bertanya-tanya mengapa Tio berbohong pada Ola, padahal sebenarnya ia ingin sekali memberi tahu Ola tentang hubungannya. Motor berhenti tepat didepan pagar rumah Malika. Malika turun dari motor dan membenarkan roknya.

"Gue duluan," hanya itu yang diucapkan Malika. Malika memasuki halaman rumahnya dan menutup pintu pagar. Tak menghiraukan Tio yang masih menatapnya dengan tatapan datar. "Gue gak mau pacaran sama orang yang belum selesai sama masa lalunya."

"Aku bisa jadi pemenangnya, tapi kalau masa lalu kamu masih ada, aku gak bisa apa-apa."
- Firstio Bramasta -
.
.
.
.
.

Halo! Jangan lupa tinggalin jejak, ya! Babay!!

Malika dan Luka [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang