19

26 15 3
                                    

Happy Reading!!!

Malika duduk ditepi pantai dengan semilir angin yang menerpa wajah cantiknya. Menikmati angin dimalam hari serta bintang yang bertaburan di langit. "Mama kemana?" Ujar Malika dengan air mata yang membasahi pipinya. Malika tersenyum menatap sebuah keluarga kecil yang sangat harmonis. Seperti keluarganya dulu, keluarga harmonis penuh kebahagiaan. Malika tersentak ketika tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang.

"Sendirian mulu lo," ucap Rangga yang duduk disebelah Malika.

"Perasaan lo selalu ada dimana-mana," celetuk Malika dengan kekehannya.

"Biar jagain lo," Rangga tersenyum menatap Malika yang masih menatap bintang.

"Bosen di rumah, udah gak senyaman dulu," ucap Malika dengan senyum kecut.

"Lo masih punya rumah yang lain," ucapan Rangga membuat Malika menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Gue masih jadi rumah lo, Nar," Rangga menatap Malika dengan lekat.

Malika mengalihkan pandangannya dari Rangga. Benar adanya jika Rangga masih menjadi rumah pulangnya. Tidak ingin munafik, Malika masih sangat sayang pada Rangga. Rasa sayang ini seperti abadi dalam hati Malika. Rasa sayang yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

"Mau jalan-jalan?" Tanya Rangga.

"Ayo," Malika berdiri dari duduknya dan pergi bersama Rangga.

Tak peduli bagaimana perasaan Tio saat ini. Tio tidak akan bisa menggantikan sosok Rangga bagi Malika. "Maaf, Tio," batin Malika berjalan beriringan dengan Rangga. Malika dan Rangga sudah sampai di tempat parkir. Mereka berangkat entah kemana tujuannya. Malika duduk sedikit menjauh dari Rangga. Menjaga jarak dengan Rangga adalah cara agar tak ada salah paham.

*****

Malika duduk pada ranjangnya. Menatap ponselnya yang belum juga ada notifikasi dari Tio. "Kamu kemana aja, Yo," gumam Malika menatap room chat nya dengan Tio. Malika mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya. Mencoba menghubungi Tio terlebih dahulu. Namun, usahanya tak mendapat respon apapun. "Kamu kemana, Yo. Aku kangen," Malika melempar ponselnya kesembarang arah.

Malika menangis dengan semua yang terjadi di dalam hidupnya. Tak ada tempat pulang yang benar-benar tempat pulang. Bahkan rumah yang selalu menjadi tempat pulang sudah hancur begitu saja. "Kenapa selalu kayak gini," ucap Malika ditengah tangisannya. "Mama kemana, Ma," Malika terus menangisi kisah hidupnya yang selalu saja seperti ini. Tak ada yang berubah setiap tahunnya. Seperti sudah mendapat kutukan, hidupnya selalu hancur setiap tahun.

Tio:
Besok pagi aku ada urusan, kamu minta anter sopir ya

Malika menatap sekilas pesan yang terkirim dari Tio. Selama seharian Malika menunggu pesan dari Tio. Namun, hanya satu kalimat yang dikirimkan. Malika hanya membaca pesan tersebut tanpa membuka dan membalasnya. Menurutnya, semua orang yang ia temui hari ini sangat membuat lelah. Energinya terkuras penuh seharian ini, membuat dirinya butuh tempat bersandar. Untung saja Rangga datang mewarnai hidupnya yang penuh rasa sakit ini.

*****

Pagi ini, Malika berangkat bersama Arga. Jok mobil yang biasa ia pakai, kini di pakai oleh wanita yang tak punya adab. Dengan bayi yang terus menangis di gendongannya membuat Malika semakin geram.

"Lo bisa jaga anak gak, sih?!" Ujar Malika sudah kesal dengan suara bayi.

"Setiap hari anak lo itu nangis doang, bahkan tengah malem. Gue sampai gak bisa tidur gara-gara anak lo."

Malika dan Luka [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang