15

24 16 0
                                    

Happy Reading!!!!

Malika dan Tio duduk pada bangku taman. Tak ada yang membuka suara dari keduanya. Malika masih bertarung dengan pikirannya yang dihantui oleh Rangga yang tiba-tiba muncul kembali setelah 1 tahun menghilang. "Lo mau es krim gak?" Ucap Tio mencoba mengajak Malika berbicara. Malika menatap Tio sebentar sebelum akhirnya mengedarkan pandangannya. "Mau itu," ucap Malika menunjuk pedagang permen kapas.

Tio dan Malika berjalan menuju pedagang permen kapas dengan bentuk-bentuk lucu. Malika memilih bentuk permen kapas yang lucu. "Mau ini," ucap Malika menatap Tio yang juga menatapnya. "Yang bentuk beruang ini satu ya, Pak," ucap Tio pada pedagang lalu duduk pada kursi yang disediakan. Malika masih berdiri melihat bagaimana pedagang permen kapas tersebut membentuk permen kapas menjadi bentuk-bentuk lucu.

"Wah!" Ucap Malika kegirangan menerima permen kapasnya yang sudah jadi.

"Tio, lihat ini lucu," ucap Malika menunjukkan permen kapasnya pada Tio. Tio segera berdiri dan membayar permen kapas tersebut.

"Dimakan, sayang," ucap Tio yang diberi gelengan oleh Malika.

"Sayang, ini lucu," ucap Malika dengan memajukan bibirnya.

"Nanti kempes gimana? Nanti kena angin kalau dibawa pulang," ucap Tio mencoba membujuk Malika.

Malika hanya menunduk menatap permen kapas yang baru 5 menit yang lalu ia beli. "Sini aku fotoin dulu," ucap Tio. Malika menatap Tio, bukan karena akan difoto, namun heran dengan ucapan Tio. "Aku-kamu?" Tanya Malika pada Tio. "Biar romantis," ucap Tio lalu mengarahkan ponselnya pada Malika. Malika berpose dengan cantik menatap kamera ponsel Tio dan menunjukkan permen kapasnya pada kamera. Tio segera mengetik sesuatu pada ponselnya dan mengirimkan foto tersebut pada Arga.

Malika dan Tio duduk pada bangku yang tadi mereka duduki. Malika membuka plastik yang membungkus permen kalas tersebut dan mulai memakannya. "Kamu mau?" Ucap Malika menawarkan permen kapasnya. Tio tersenyum lalu mengambil sedikit permen kapas ditangan Malika. "Makasih, sayang," ucap Tio yang hanya diberi anggukan oleh Malika. Permen kapas Malika sudah habis, waktunya mereka berdua pulang menuju rumah.

Tio menggandeng Malika hingga sampai ke tempat parkir. Tio mengambil motornya dan membayar biaya parkir. "Ayo, sayang," ucap Tio yang lalu diberi anggukan oleh Malika. Motor melaju dengan kecepatan sedang. Menikmati langit malam dengan orang yang berbeda adalah hal yang asing bagi Malika. "Momen yan sama dengan orang yang berbeda," batin Malika memeluk Tio dari belakang.

*****

Motor berhenti tepat didepan rumah Malika. Malika turun dari motor dan memberikan helmnya pada Tio. "Gak masuk dulu?" Ucap Malika yang diberi gelengan oleh Tio. "Udah malem, aku pulang dulu ya, besok aku jemput," ucap Tio mengelus lembut pipi Malika. "Hati-hati," ucap Malika lalu berbalik badan memasuki rumahnya.

Malika membuka pintu rumah yang menunjukkan perabot rumah yang berserakan kemana-mana. "Ada apa, nih?" Ucap Malika menautkan kedua alisnya. Malika melihat beberapa vas bunga yang pecah berserakan kemana-mana. Malika berlari menuju salah satu vas bunga kecil yang sudah pecah bersama dengan bunga mawar yang juga sudah hancur. "SIAPA YANG PECAHIN VAS MALIKA?!" Teriakan Malika menggema bersamaan dengan tangisannya yang pecah.

"Non, tenang, non," ucap Mbok Marni yang datang mencoba menenangkan Malika.

"Ini kenapa, Mbok?" Ucap Malika masih menangis.

"Gak ada apa-apa. Tenang dulu ya, non," Mbok Marni membantu Malika untuk berdiri dan duduk pada sofa ruang tamu.

"Mana Papa sama Mama?" Ucap Malika menanyakan seseorang yang belum terlihat sama sekali. Mbok Marni terdiam, entah apa yang harus ia katakan kepada Malika.

Malika dan Luka [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang