14

26 16 0
                                    

Happy Reading!!!

Malika masih duduk disebelah Arga. Memerhatikan mata Arga yang juga menatapnya dengan intens.

"Iya kan, Lika?" Ucap Arga memastikan kembali ucapannya tadi.

"Iya, Papa," Malika menundukkan kepalanya.

"Jaga jarak sama Rangga."

"Iya, Papa."

Arga berdiri dari duduknya dan pergi memasuki rumah dan meninggalkan Malika sendirian. Malika masih menundukkan kepalanya. Rasanya ia ingin membantah. Tak mau munafik, Malika masih senang jika bertemu dengan Rangga. Malika masih merasakan bahagia ketika berbicara dengan Rangga. "Maaf, Pa. Lika masih sayang sama Rangga."

Malika memasuki rumahnya. Menghampiri Santy yang sedang berkutat di dapur. "Eh.. anak Mama udah pulang," ucap Santy mencium kening sang anak. "Mama masak apa?" Tanya Malika melihat masakan yang masih belum matang. "Ayam goreng bawang," Santy melanjutkan menggoreng ayam-ayam yang masih didalam wadah.

Malika menaiki anak tangga menuju kamarnya. Malika mengunci kamarnya dari dalam agar tak ada yang masuk ke dalam kamarnya. Malika membuang tas ranselnya ke sembarang arah. Malika duduk pada lantai, bersandar pada ranjangnya. Ia menyembunyikan kepalanya dengan menekuk lututnya. "Maaf, Pa," hanya itu yang Malika ucapkan. Tak ada yang dapat Malika ucapkan selain itu.

Malika mengangkat kepalanya. Menatap fotonya dengan Arga yang terletak diatas nakas. Lalu beralih menatap laci nakas tersebut. Malika beranjak dari duduknya membuka laci yang entah apa isinya. "Ternyata emang masih disini," ucap Malika mengambil secarik kertas serta sebuah foto. Kertas yang berisi surat terakhir dari orang tersayang Malika serta fotonya dengan orang tersayang. Malika tersenyum menatap foto manis tersebut. "Kita lucu ya, Rang? Love you forever, Karangnya Nara."

Malika segera memasukkan foto-foto tersebut kedalam laci setelah ia mendengar pintu yang diketuk dari luar. "Iya, sebentar!" Ucap Malika yang beranjak membuka pintu kamar. "Ada apa, Pa?" Ucap Malika menatap Arga yang berdiri diambang pintu. "Makan, sayang," ucap Arga mengusap rambut sang anak laku beranjak pergi. Malika segera menutup kembali pintu kamarnya dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

*****

Malika duduk pada salah satu kursi meja makan. Memakan makanannya bersama kedua orang tuanya serta pembantu dan sopir rumahnya. "Pa, Ma! Lika nanti pergi beli alat buat tugas kelompok ya," ucap Malika masih dengan mulut yang penuh dengan makanan. "Yang di mulut habiskan dulu, Lika," ucap Santy yang hanya diberi senyuman oleh Malika. "Dianter siapa?" Tanya Arga pada Malika yang masih lahap dengan makanannya. "Tio," ucap Malika antusias. "Paling nanti jalan-jalan dulu, ya kan, Mas?" Ucap Santy menggoda Malika yang membuat pipi Malika merah merona.

Makanan Malika sudah habis. Malika berada di kamarnya, memilih baju yang akan ia kenakan. "Ini udah pernah dipakai," dumel Malika masih bingung dengan pakaiannya. "Ngapain, nak?" Ucap Santy membuka pintu kamar Malika. Malika segera menghampiri Santy untuk meminta saran baju yang cocok untuk dirinya. "Mama, Lika pakai apa nanti?" Ucap Malika dengan wajah cemberutnya. Santy segera menuju tumpukan baju yang tadi dikeluarkan oleh Malika. Santy memilih pakaian yang cocok dengan anaknya untuk dipakai. "Ini bagus, sayang," ucap Santy menunjukkan rok berwarna cokelat serta kemeja berwarna cream.

Malika mencoba pakaian yang dipilih oleh Santy didalam kamar mandi. "Ma, lihat," ucap Malika menunjukkan penampilannya. "Cantik, sayang," ucap Santy dengan senyuman. Malika tersenyum pada sang Mama, berterimakasih karena telah membantunya. "Makasih, Mama," ucap Malika lalu memeluk sang Mama. Santy keluar dari kamar Malika, membiarkan Malika mempercantik dirinya. Malika mengambil beberapa alat make up untuk memoles wajahnya agar terlihat sedikit lebih menarik dari biasanya.

Setelah semuanya selesai, Malika keluar dari kamarnya. Malika menemui kedua orang tuanya yang sedang menonton TV bersama. "Papa, Mama," sapa Malika yang lalu duduk disebelah Arga. "Anak Papa cantik ya, mau jalan-jalan sama mas pacar ya?" Goda Arga yang membuat Malika menepuk bahunya. "Mana Tio?" Ucap Arga pada Malika. "Habis ini, Pa. Nah! Itu," ucap Malika pada Arga bersamaan dengan bel rumah yang berbunyi.

Malika segera menuju pintu rumah untuk membukakan pintu. "Halo, sayang," ucap Tio pada Malika. Tio memasuki rumah dengan Malika yang berada dibelakangnya. "Halo, Om, Tante," ucap Tio mencium tangan Arga dan Santy.

"Mau kemana?" Tanya Arga dengan wajah datar menatap Tio.

"Katanya Malika mau ke toko," ucap Tio menatap Malika yang duduk disebelahnya.

"Siapa tahu kamu mau ngajak anak saya macam-macam."

"Eits.. jangan salah, Om. Saya ini termasuk kedalam list orang-orang paling baik di Indonesia," Tio membanggakan diri.

"Halah, lambemu," ucap Arga melemparkan bantal sofa kearah muka Tio.

"Udah, ayo," ucap Malika yang sedari tadi diam.

"Gak sabaran banget kamu, Lika," ucap Arga menatap Malika dengan tatapan aneh.

"Papa diem gak?" Ucap Malika lalu pergi keluar rumah.

"Mending cepet samperin, dari pada tantrum duluan, Yo," ucap Arga yang langsung dilaksanakan oleh Tio.

Tio menghampiri Malika yang sudah menunggu disebelah motornya. "Sabar dong, sayang," ucap Tio yang mendapat pukulan keras pada bahunya. "PAPA! MAMA! LIKA BERANGKAT!" Teriak Malika lalu menaiki motor Tio. "Gak baik kayak gitu," ucap Tio yang tak dihiraukan oleh Malika. Tio melajukan motornya, menuju toko alat sekolah yang dimaksud Malika.

*****

Malika turun dari motor setelah motor terparkir dengan rapi. Malika berjalan didepan Tio untuk memasuki toko tersebut. Tio mengambilkan keranjang belanja dan membawanya untuk Malika. Malika berjalan menyusuri setiap lorong toko tersebut dan mengambil barang-barang yang ia perlukan untuk dimasukkan kedalam keranjang belanja. "Sayang, ini bagus," ucap Tio menunjukkan pulpen dengan boneka beruang di atasnya. "Kayak anak kecil aja lo," ucap Malika yang mendapat cengiran dari Tio.

Mereka kembali menyusuri lorong toko tersebut. Malika terus fokus pada rak-rak yang ada disana. Malika berhenti ketika melihat dompet yang jatuh dari tas seorang wanita paruh baya yang ada didepannya tadi. Malika mengambil dompet tersebut dengan tujuan untuk mengembalikannya kepada sang pemilik. "Tio, dompet ibu itu," ucap Malika menunjuk wanita paruh baya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Malika dan Tio menghampiri wanita tersebut menepuk pelan bahu wanita itu.

"Bu, permisi," ucap Malika.

"Eh.. iya?"

"Ini dom-"

"Malika?!" Ucap wanita tersebut memotong ucapan Malika dan langsung memeluk Malika.

Malika tertegun, masih tak percaya dengan siapa yang ia lihat. "Tante nyariin kamu," ucap wanita tersebut. Tio yang berada dibelakang mereka berdua hanya bisa menautkan alisnya menatap bingung wanita tersebut.

"Kamu tinggal dimana?"

"Kamu pasti kangen sama tante kan, Malika?

"Tante nyariin kamu selama ini, Malika," Malika masih diam mematung tanpa menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut wanita tersebut.

"Tante mau kamu sama Rangga balikan,"Tio yang sedari tadi diam dengan spontan menarik Malika dari pelukan wanita tersebut.

"Ini pacar saya, jadi gak akan pernah balikan sama Rangga," ucap Tio dengan tatapan marah pada wanita tersebut.

"Jatuh cinta hanya sekali, selebihnya hanya melanjutkan kehidupan saja."
.
.
.
.
.

Halo!! Jangan lupa vote, komen dan share ya! Babayy!!!

Malika dan Luka [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang