21

31 10 0
                                    

Happy Reading!!

Suara sirine ambulans memenuhi jalanan Ibu Kota siang itu. Arga yang sedang sibuk dengan berkas-berkas kantornya merasa terganggu karena suara sirine. Arga terus membaca dan menandatangani berkas-berkas yang membuat matanya sakit. Fokusnya terganggu ketika dering ponselnya berbunyi berulang kali. Arga yang merasa terganggu dengan kesal mengangkat telepon tersebut.

"...."

"Iya, saya sendiri."

"...."

"Apa?! Jadi sekarang ada dimana?!"

"...."

"Baik, saya akan segera kesana."

Arga mengambil kunci mobilnya dan segera pergi meninggalkan kantornya. Dengan terburu-buru Arga mengemudi dengan kecepatan penuh. Arga sudah sampai di Rumah Sakit Citra Medika yang diberitahu oleh Polisi di telepon. Arga segera memasuki Rumah Sakit tersebut. "Atas nama Malika?" Tanya Arga pada penjaga meja informasi. "Masih di ICU," Arga segera menuju ruang ICU dimana Malika ditangani.

Santy yang sedari tadi duduk dibangku dengan terus menangis segera mendongak ketika tahu ada seseorang yang datang. "Mana Malika?" Tanya Arga pada Santy yang masih menatapnya.

"Kalau kamu gak bisa jaga anak aku, mending aku aja, Mas!" Ucap Santy di ikuti oleh tangisannya.

"Aku udah jaga dia!"

"Lihat sekarang anak aku di dalam, anak aku belum keluar, Mas Arga," Santy menangis membungkuk dan memeluk lututnya.

"Maaf," Arga menunduk menatap Santy dengan penuh rasa bersalah.

"Anak aku di dalam sana, Mas," Santy terus menangis.

Arga yang tak tega melihat Santy yang berantakan dengan cepat memeluk Santy. Mencoba menenangkan Santy yang terus menangis. "Malika gak bakal kenapa-kenapa, tenang aja," Arga mengusap punggung Santy dalam pelukannya.

*****

Sementara itu, disebuah rumah kecik sepetak. Ada seorang wanita dengan dua anak remaja yang berdiri. Membicarakan sesuatu yang sangat misterius.

"Kalian sudah berhasil," ucap wanita tersebut dengan senyum miring.

"Ini untuk kalian, kalau dia sudah mat*, akan saya beri tambahan," wanita tersebut menyodorkan sejumlah uang pada dua remaja laki-laki dan perempuan tersebut.

"Terima kasih, Tante," ucap dua remaja tersebut secara bersamaan.

Wanita itu pergi meninggalkan mereka berdua di dalam rumah kecil tersebut. Dua remaja itu saling menatap satu sama lain. Mereka tersenyum dengan senyuman miring yang sangat aneh.

"Semoga dia mat*!" Ucap salah satu remaja yang di balas senyuman miring oleh remaja lainnya.

*****

Arga dan Santy masih duduk di depan ruang ICU. Menunggu dokter yang menangani Malika keluar dari dalam ruangan. Arga berjongkok tepat disamping pintu ruangan. Sedangkan Santy duduk pada kursi panjang. Mereka berdua bertarung dengan pikiran masing-masing. Menyalahkan diri mereka sendiri atas semua yang terjadi pada Malika. Entah apa yang Malika lewati ketika mereka sudah tak lagi bersama. Jika Arga tak melakukan hal terlarang itu, mungkin Malika tak akan merasakan semua ini.

Dokter keluar dari ruangan beberapa jam menunggu. Arga segera menghampiri dokter tersebut dengan mata yang memerah.

"Bagaimana anak saya, Dok?"

Malika dan Luka [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang