12.Istana Ruby

2.3K 375 17
                                    

"kau lancang, cuma kau yang berani menanyakan itu pada seorang kaisar"

"Apa aku tampak seperti aku peduli! Menjauhlah! Aku gerah!"pekik (m/n) kembali meronta dari pelukan Claude yang terasa makin erat. Pemuda itu benar-benar kesal, apalagi melihat binar penuh kemenangan dari mata Claude yang membuat ia ingin mencolok mata kaisar itu dengan korek api panas.

Pemuda itu terus meronta, meski pada akhirnya semua usaha yang ia berikan benar-benar percuma. Di antara ia dan Claude, Claude jauh lebih kuat dalam kekuatan fisiknya. Berbeda dengan Baron malang kita yang hanya bisa mengayunkan pedang sebanyak 15 kali saja.

Dia ini cuma mengandalkan sihirnya ok!

(M/n) tampak cemberut, lagi dan lagi, ekspresinya yang beragam berhasil membuat Claude merasa tertarik padanya. "....apa kau suka teh?"tanya pria itu pada (m/n) yang reflek menggeleng lemah. "Aku suka kopi.."

Claude mengangguk paham, pria itu akhirnya melepaskan pelukannya dan membiarkan (m/n) bernafas lega. "......bersiaplah, kau belum makan selama sebulan ini. Roseana akan mengantarmu ke ruang makan"ucapnya

(M/n) mengernyit tak senang. Kenapa Claude bertingkah seolah gadis bersurai merah itu kesatrianya?! Dia kan kesatria milik (m/n)!

"Rose itu kesatria ku! Kau tak bisa memerintahkannya seenak jidat mu!"

"Ah lihat, mulutmu kembali mengoceh seperti kicauan burung. Diamlah, lagian aku juga tak bisa mengendalikan orang gila itu!"ucap Claude sembari berkacak pinggang.

"Dia tak gila yang mulia! Kau suka sekali menghina orang mentang mentang kau kaisar!"

"Yah, menurutku, Roseana tetap gila"

(M/n) mendengus, pemuda itu menunduk, telinganya tampak bersemu merah meski ia berusaha menyembunyikan itu. "...dia bukan gila, cuman agak ceroboh. Jangan menghina tangan kananku, dia sudah berada di sampingku sejak lama kau tau."ok, Claude cengo sekarang. Jadi begitu cara bermain (m/n)?

Selama ini Claude terus menendang bokong Felix menjauh karena ucapan Rose tentang ingin menjodohkan pria berambut merah itu dengan pemuda di hadapannya ini. Lalu sekarang justru (m/n) lebih tertarik pada Rose yang berkeliaran seperti kucing tak punya dosa?! Tidak boleh! TIDAK BISAAAA! CLAUDE AKAN BERMIMPI BURUK SEUMUR HIDUPNYA!

MEMBAYANGKAN PEMUDA YANG MIRIP DENGANNYA HIDUP BERSAMA ROSE, GADIS PETAKILAN YANG BERANI MELEMPAR SEPATU KE WAJAHNYA ADALAH SEBUAH MIMPI BURUK!!CLAUDE LEBIH MEMILIH MODYAR TERINJAK RUMBLING DARIPADA SEPERTI ITU!

Wajah pria itu tampak suram, ia mencengkram pundak pemuda itu dengan erat dan berkata "tidak jadi, Felix akan menjemputmu nanti"ah si bodoh ini. Sudahlah, aku tak tau harus bereaksi seperti apa lagi_-"

"Tidak bisakah aku tidur saja hari ini? Aku malas untuk menggerakkan kaki ku. Aku mungkin akan mati karena malas"ucap (m/n) mendramatisir, ia membenamkan wajahnya pada bantal sembari mengeluarkan rengekan tak jelas.

"........."kali ini Claude tak bicara, sepertinya ia mulai terbiasa dengan mulut cerewet (m/n) yang penuh keluh kesah.

".....Felix akan menjemputmu nanti. Kau juga harus menjelaskan apa yang kau maksud dengan divine spirit yang sebelumnya"ucapnya lalu bangkit dan menepuk nepuk kepala (m/n) yang mendengus kesal.

'kenapa mereka suka sekali mengelus atau menepuk kepalaku?! Dasar saudara aneh'batin si bungsu yang lupa darimana ia berasal.

Claude pun akhirnya keluar dari kamarnya, meninggalkan (m/n) yang terdiam dalam keheningan. Secuil pikiran usil keluar di kepalanya. Lagian cuma (m/n) seorang yang sangat berani bertingkah seenak jidatnya sendiri pada perintah kaisar.

'lebih baik aku kabur, jalan-jalan sedikit takkan membuat semua orang jantungan kan?'batin orang yang baru bangun dari koma dan baru Claude yang mengetahuinya.

Dengan cepat (m/n) bangkit, kakinya hampir tak mampu menyangga tubuhnya dan terasa seperti jeli yang sangat lemas. "Woah! Aku benar-benar terlalu lama tidur rupanya"gumam pemuda itu memegangi tembok sebagai tumpuan.

Ia menengok kesana kemari dan menyeringai. Lagian ini kamar kaisar kan? Tak ada orang yang berani masuk begitu saja. Jadi dengan segala pikiran untuk kabur sejenak, pemuda itu membuka jendela kamar, menunduk ke bawah dan memastikan tak ada seorang pun pengawal di luar sana sebelum akhirnya melompat tanpa menunggu apa-apa.

Angin kencang berhembus menerpa Surai panjangnya yang berkibar di udara, kedua tangannya terangkat untuk mengikat rambut itu dengan cepat sembari mendarat di atas rerumputan.

Untuk sejenak ia berhenti, mata safirnya mengedar demi memastikan tak ada Felix yang berkeliaran untuk menjemputnya atau yang lebih buruk adalah Claude yang pasti akan mengurungnya di kamar.

Setelah memastikan tak ada dua bom berjalan itu di sekitar sana, (m/n) pun bergegas pergi melewati deretan kebun mawar. Ia sendiri tak tau kenapa ia kesana, ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah sembari bersenandung riang.

"Akhirnya bebas dari kembaran sialan itu"gumam (m/n) menghela nafas lega.

Ia menikmati pemandangan kebun bunga itu, kakinya terus melangkah hingga ia tak sadar kemana langkahnya pergi membawa dirinya.

Matanya mengedar, mengernyit menatap banyak patung wanita seksi dan air mancur di sekitar sana. Wajah pemuda abad 21 itu tampak jijik seketika. Ini sebuah tontonan tak patut tanpa diminta dan sebagai manusia modern yang menjunjung tinggi hukum dan moral, rasanya ia ingin menghancurkan patung patung yang menjadi perusak citra dan harga diri tiap wanita.

Dia memang bukan orang suci, dia bahkan sudah membunuh banyak orang tak peduli gender dan umurnya. Tapi tetap saja, pria yang tak bisa menghargai harga diri wanita dan menjadikan keelokan privasi wanita sebagai karya seni adalah seorang tai.

'jika ku rusak, si bajingan itu akan marah tidak ya? Tapi kalau dia marah, ya aku tinggal marah balik. Kalau emosi, tinggal ku getok pake tongkat Mimi peri'batin (m/n) dengan segala pikiran positifnya.

Mengusir pemikiran positif itu, ia memilih untuk tak membuat ulah saat ini. Nanti saja ia pukul kepala Claude untuk menyingkirkan patung patung biadab ini dari sana.

Dengan berat hati ia melangkah menjauh, melewati kebun mawar yang sebenarnya kurang terawat itu lalu mengernyit tak senang. 'bukankah ini istana? Lantas mengapa tempat ini tak terawat seperti tempat yang lain?'batinnya mengendikkan bahu tak heran.

(M/n) terus berjalan, ia baru sadar bahwa ia keluar dari wilayah istana kaisar setelah melihat satu istana lain berada di hadapannya. Tempat ini meski masih megah, tak bisa disebut semewah istana kaisar. Hanya kastil kecil dengan sedikit pelayan berlalu lalang.

Dengan penasaran ia mulai melangkah memasuki pekarangan, kakinya menapak melewati halaman kecil di depan kastil tersebut.

Para pelayan yang melihat kedatangannya melotot dengan wajah pucat, mengira ia sebagai Claude dan reflek berteriak meminta semua pekerja berkumpul "hei! Cepat berkumpul! Yang mulia mengunjungi istana Ruby!"

"Apa?! Dimana tuan putri?!"

"Baru selesai minum susu!"

"Cepat siapkan tuan putri! Oh astaga! Kunjungan ini sangat tiba-tiba!"

Pekik para pelayan. (M/n) jelas tak mendengar itu dan entah sejak kapan mereka semua sudah berbaris dan membungkuk padanya yang mematung dengan wajah pucat.

Seorang pelayan berambut coklat tampak menggendong seorang bayi perempuan berambut pirang yang menatapnya dengan wajah yang sama sama pucat.

"Salam bagi matahari kekaisaran Obelia"

'MATI AKU!'batin jiwa kecil yang berada dalam tubuh si kecil tuan putri.

Mata safirnya bersitatap dengan mata safir (m/n) yang tersenyum kaku dan mengangkat kedua tangannya sembari tertawa hambar.
.
.
.
"Aku Baron Claudius Von Alger, bukan yang mulia kaisar"

"......MOHON MAAFKAN KAMI PERMATA KAISAR!!"para pelayan yang sigap, tentu saja mereka tau siapa (m/n) disini sekarang.

"JULUKAN APA ITU?!"(m/n) yang histeris sendiri dan Athanasia yang hampir menangis kencang

TBC
Athy: Om om berduit nih, templokin ah~

Jangan lupa vote nya Minna (⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Sapphire blue - WMMAP x Male Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang