32. Membebaskan dari rasa takut

956 169 22
                                    

".....antarkan aku keluar gerbang istana dan bawa aku ke ibu kota"ucap (m/n) sedikit membuat Felix terkejut. Apa yang pangeran ini ingin lakukan di luar gerbang istana? Bukankah itu cukup berbahaya bagi tubuhnya yang masih lemah?

Felix dengan tenang meraih tangan pangeran muda itu, menuntunnya berjalan melewati lorong istana yang sepi sembari memperhatikan wajah (m/n) yang terlihat letih dan pucat. "Apa yang ingin anda lakukan dengan keluar di malam hari seperti ini? Saya akan mendapatkan masalah jika membiarkan Anda keluar selarut ini, terlebih tubuh anda masih lemah. Bagaimana jika kita berjalan-jalan di sekitar taman saja?" Kesatria itu bertanya, netra kelabu miliknya tak berhenti memperhatikan sosok (m/n) yang berjalan disisinya. Seorang Baron dengan aura cerah dan aktif kini menjadi pangeran bungsu yang suram.

".....kurasa aku takkan bisa membantahmu Felix, terserah saja. Aku hanya ingin mencari ketenangan. Istana ini mulai berbau busuk dan aku semakin tak tahan berdiam di dalamnya" begitu dingin ia menjawab, apa karena kini ia buta ia menunjukkan sisi yang tak pernah ia tunjukkan? Felix meringis melihat itu dan menghela nafas panjang. Kesatria itu berpikir bahwa sang pangeran masih merasa terpukul dengan kondisinya dan ia hanya bisa merasa iba.

Bagaimana cara Felix tak merasa iba? Melihat pemuda yang awal kehadirannya membawa secuil kehangatan untuk istana ini, pemuda yang di cintai oleh rakyat di negeri ini berubah menjadi sosok yang begitu rapuh dan tak berdaya. Felix meringis tiap kali mengingat fakta itu.

Melewati lorong menuju luar istana, kedua pria itu disambut dengan taman istana yang begitu indah di bawah cahaya sang bulan yang membawa gerlap remang di atas langit bertaburan kelip bintang yang begitu indah. Sayang sekali pemuda yang mendapat gelar pangeran bungsu dan permata kaisar itu tak lagi mampu untuk melihatnya.

Angin semilir berhembus menerpa rambut keduanya, jubah navy di punggung kesatria itu sedikit berkibar, ekor matanya melirik sosok (m/n) yang terdiam tanpa mengatakan apa-apa padanya. Cahaya rembulan jatuh menyinari rambut pirang keemasan sosok (m/n) yang tampak berkibar dengan indah, menari-nari di saat angin bermain di setiap sela helai rambutnya.

"Yang mulia permisi"ucap Felix bergerak mengusap pipi (m/n) dan menyingkap anak rambut yang sedikit berantakan dan menutupi wajahnya yang manis, meraih rambut pemuda itu dan mengikatnya dengan hati-hati. Felix memastikan tak ada helai rambut yang cukup berantakan dan menggangu sosok pangeran di sampingnya ini.

"Sebenarnya saya penasaran mengapa anda bicara bahwa istana berbau busuk seperti itu. Apa ada sesuatu yang mengusik pikiran anda?" Bertanya, Felix kemudian menarik (m/n) dengan lembut agar sosoknya duduk di sebuah bangku taman yang ada disana. Tak ingin pangeran yang masih dalam fase pemulihan itu menjadi kelelahan.

Untuk sesaat hening menyapa mereka, Felix yang bingung harus bicara apa lagi dan (m/n) yang termangu dalam keheningan. Sayup-sayup terdengar suara daun bergesekan, jangkrik yang bersuara dan burung hantu yang terbang di udara. Malam ini terasa agak berbeda, dan Felix mulai merasa ada sesuatu yang membebani perasaannya.

(M/n) Menunduk, pangeran bungsu itu bergeming sebelum akhirnya bersuara "bicaralah tanpa formalitas itu padaku, dan jika kau bertanya mengapa aku bilang istana ini busuk, karena tempat ini memang busuk. Monarki menjijikan, patriarki yang di topang nafsu dan dominasi akan kerakusan kekuasaan. Ini menjijikan, aku bingung kenapa aku masih tahan ada di dalamnya" sepertinya (m/n) sudah muak dan langsung melepas topeng andalannya.

"?! Yang mulia sungguh aku jadi takut saat kau mengatakan hal semacam itu" ucap Felix tersenyum kaku, tak pernah ia membayangkan (m/n) akan mengatakan hal yang mengerikan seperti itu. Membahas monarki, patriarki dan semacamnya adalah hal tabu. Terlebih jika ucapan macam itu di tujukan pada istana.

Berdecih dan terkekeh tanpa emosi, (m/n) menjawab "kau terkejut ya? Inilah diriku yang sesungguhnya Felix. Aku benci pada bangsawan, aku benci pada istana dan semua di dalamnya. Aku tak mengerti mengapa" tangan pangeran itu terkepal erat. Ah, dia tak peduli lagi. Ia ingin mengeluarkan semua uneg-uneg yang membebani hatinya ini.

(M/n) Sadar ia tak konsisten, bukankah sejak awal ia ingin menghindari plot dan fokus pada kondisi rakyat tak berdaya yang tunduk pada monarki istana? Ia sudah melenceng jauh dari tujuannya sejak awal ia bertemu Claude.

"Budak budak yang kelelahan, kelaparan dan tak berdaya bangkit membangun istana, jika mereka menolak atau jatuh kelelahan, cambuk akan meraih punggung mereka." Felix tertegun, kesatria itu akhirnya mengerti. Kehidupannya dan (m/n) itu berbeda. 'aku lupa pangeran pernah melewati masa sebagai gelandangan, entah pemandangan apa saja yang ia lihat' batin kesatria itu sembari meraih pipi (m/n), menangkup pipi sang pangeran dengan hati-hati dan menariknya ke dalam pelukan yang ia sendiri tak tau kenapa ia berikan.

(M/n) Hanya bergeming, tapi ia mulai membenamkan wajahnya di dada bidang Felix saat ia melanjutkan ucapannya "ini menjijikan...manusia dari kasta rendah di anggap sebagai seonggok serangga, di perlakukan tak adil oleh para penguasa. Desa miskin di bakar, bangsawan tertawa mengambil orang lemah untuk di jual sebagai budak. Aku melihat itu...melihat itu...dan aku tak berdaya" air mata mengalir, merembes membasahi kain yang menutupi matanya

Felix dengan sadar mengeratkan pelukannya, menaruh dagunya di atas kepala (m/n) yang mulai terisak dan menangis kencang "AKU INGIN MELINDUNGI MEREKA SEMUA TAPI BANGSAWAN BANGSAWAN ITU MENGUSIKNYA, MEMBUATKU TAK BERDAYA DAN TAK MAMPU MELAKUKAN APAPUN SELAIN MEMBUNUH MEREKA"

"Felix katakan...aku sudah membunuh banyak bangsawan sebelumnya, aku memenggal mereka, aku membuang tubuh mereka ke lautan atau membakarnya. Aku ini pendosa, tapi aku jatuh ke neraka demi rakyat tak berdaya" Felix menggertakkan giginya dengan erat, mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil (m/n) dan berbisik dengan tenang.
.
.
.
.
"Bahkan jika kau membunuh semua orang kolot dan korup itu, takkan ada yang berani menghukummu. Karena kau adalah pangeran bungsu, kesayangan negeri ini, juga permata kaisar kami"

"Hilangkan rasa takutmu itu, aku disini untukmu pangeran"

TBC
Tampaknya arc (m/n) kembali ke tujuan awalnya mulai nampak. Btw jangan lupa mampir ke book Sky or Crown yang versi baru ya say, waktu itu unpublished. Tapi ini udah di publikasikan lagi dengan alur yang lebih presisi.

Entah MC disana bakal jadi atas atau bawah~

Jangan lupa vote nya minna (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sapphire blue - WMMAP x Male Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang