16.Sainganku putriku?

2.6K 370 24
                                    

_____

Tangisan Athanasia berhasil mencuri perhatian mereka semua. Terutama Claude yang mengernyit dengan wajah masam. Bagaimana tidak? Karena mulut sialannya yang latah menyebut putrinya sendiri sebagai curut kecil, ia berhasil mendapatkan hadiah penuh kasih dari (m/n) yang dengan segenap ketulusan hati menggebug kepala sang kaisar Obelia tersebut hingga mendapat benjol bertingkat yang lebih tinggi dari mahkota miliknya.

Kau bertanya bagaimana nasib para bangsawan lain yang sebelumnya terjebak drama absurd ini? Yah, mereka baik-baik saja kok. Cuman, sejak (m/n) menggeplak kepala kaisar mereka, mereka memilih kabur sebelum terkena lebih banyak masalah. Claude yang kerasukan saja sudah di anggap masalah besar. Apalagi Claude yang tantrum plus ngambek karena di gebug adik tersayang?

Jadi demi segenap kewarasan mereka yang tersisa dan demi menemui Eren Yeager untuk melakukan konsultasi mental yang kemungkinan akan lebih menjatuhkan mental mereka, para bangsawan itupun kabur lewat pintu depan.

Claude sih sudah lupa dengan urusannya pada mereka. Yang jelas musuh bebuyutannya selain Rose sudah mulai memasuki radar di sekitarnya.

Pria yang menjabat sebagai kaisar Obelia itu duduk di meja makan, paling sudut dengan kedua tangan menumpu pada dagunya. (M/n) Duduk di hadapannya, dengan Rose yang berdiri tak jauh di belakangnya sementara Felix ada di belakang Claude. Dua Robane bersaudara tampak kukuh berdiri di sisi tuan mereka.

Tapi tatapan tajam Claude membuat suasana menjadi agak tegang bagi mereka. Tapi tidak bagi (m/n) yang nilai kepekaannya bahkan lebih anjlok dan dalam daripada palung Mariana.

Dan tatapan tajam itu mengarah pada seucul manusia mungil, berambut pirang, bermata biru safir yang tengah tertawa dengan lugu di pelukan (m/n) yang menggelitik perutnya. Bayi yang sialnya adalah putrinya sendiri!

"Hahahahaha!"Tawa Athanasia. Sepertinya ia sudah menemukan tameng baru. Terbukti dari tingkah kurang ajarnya yang mulai muncul di depan Claude saat ia berada di dekapan pamannya. Athanasia mah mana peduli? Asal dia tau pawang Claude siapa dan asal pawang ayahnya itu ada di pihaknya. Jangankan Claude, besok mungkin Muzan ia tampar.

(M/n) Tersenyum. Meski tau jiwa Athanasia adalah jiwa orang dewasa yang telah melewati usia remaja, tapi melihat keimutan bayi itu, ia jadi tak kuat. Pemuda itu menduselkan pipinya pada pipi gembul sang tuan putri yang tertawa lepas. Jelas Keduanya sama-sama mengabaikan Claude yang meremat garpu miliknya hingga bengkok bahkan patah menjadi dua. Mungkin setelah ini ia akan menggerogoti piring hingga habis.

"Aww, lihatlah wajahmu yang menggemaskan itu tuan putri, aku mungkin bisa memelukmu tiap hari"ucap (m/n) sembari membenarkan posisi Athanasia, membiarkan anak itu duduk di pangkuannya sembari menikmati biskuit bayi miliknya.

"Ku pikir ini makan siang kita?"ucap Claude berusaha menutupi kedongkolan dalam dirinya.

(M/n) Melirik dan mendengus pelan "apa kau akan melarang putrimu sendiri? Aku baru tau putrimu ada di istana jelek seperti itu. Bahkan kastil giok ku terlihat lebih baik, dasar tak tau kasih sayang"cibir (m/n).

Dan itu membuat Felix kembali ketar-ketir. Kenapa pemuda manis di depannya itu sangat berani menjawab ucapan kaisarnya yang terkenal sebagai tiran edan ini sih?!

Claude menghela nafas panjang, pria itu menurunkan garpu dan sendok di tangannya yang tampak bengkok sebelum akhirnya meraih sendok baru untuk mulai memakan makan siangnya.

Mata safirnya masih setia menatap tajam pada Athanasia yang mulai memunculkan lebih banyak sisi kurang ajarnya.

Bayi itu melirik Claude saat ia sibuk duduk di pangkuan (m/n), dengan logat lugu seolah tak memiliki dosa, ia mengarahkan jari tengah nya yang mungil pada sang ayah yang tersedak karena ulahnya "UHUK-"

Sapphire blue - WMMAP x Male Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang