30. Netra yang pudar

1.1K 219 44
                                    

Leorensius menatap para bangsawan dengan wajah angkuhnya, bersidekap dada sembari mendengus cukup keras agar semua bangsawan itu bisa menyadari ketidaksenangan dalam dirinya. Claude sendiri hanya mendengus tipis dan menepuk kepala Leorensius, tak merasa keberatan jika hantu itu berlagak songong di depan semua orang. Pada dasarnya itu memang sifat Anastacius yang asli, dan Claude tak berniat mengomentari lebih.

"Sungguh suatu kehormatan bagi kami bisa bertemu seorang guardian dari Baron Alger, tapi bukankah membawa anak-anak kemari adalah hal yang kurang tepat yang mulia?" Mata Leorensius memicing, ia melirik seorang wanita yang menatapnya sinis dibalik kipas miliknya yang terbuka. Hantu kecil itu mengernyit, tidak, ia tak tersinggung jika ia di sebut bocah, wujud yang ia pakai saat ini memang wujud bocah. Tapi apa yang wanita itu katakan tadi? Baron Alger?! Bukankah semua orang disini tau (m/n) adalah pangeran ketiga yang hilang?! Berani sekali wanita ini masih menyebutnya seorang Baron.

"Kurasa kau salah bicara Rosalia, Baron Alger sekarang adalah pangeran ketiga" ujar Roger melirik wanita itu tajam. Seperti tengah memperingatinya agar tak membuat onar di saat semacam ini.

Rosalia hanya mendengus pelan kemudian berkata "maaf yang mulia, aku sungguh tak tau diri karena menyebut putra ketiga yang di asuh mantan penari jalanan sebagai Baron biasa"

"Apa kau sengaja? Hei, jika kau ingin menghina Claudius, katakan secara terang-terangan. Bahkan ibu angkatnya lebih baik, lebih cantik dari seekor babi ngepet seperti mu. Bercermin lah nyonya, kau pikir aku akan berpura-pura tak mendengar gonggongan anjing jalanan seperti mu? Kemarilah jalang yang hendak merangkak dengan cara kotor, aku akan menginjak mulutmu sekarang" Leorensius berkata dengan mata melotot tajam, mengatakan semua ucapan kasar dan menohok itu tanpa filter yang hampir membuat Felix dan Claude tersedak.

"Apa yang kau-" ucapan Rosalia terhenti, wanita itu tercekat dengan wajah pias saat melihat wajah dingin Claude yang seolah tengah memperingatinya. Apa wanita ini benar-benar bodoh dan lupa? Bukankah Claude dulu mampu mengeksekusi semua bangsawan tanpa mendengar penjelasan mereka saat mendengar (m/n) di kutuk sebelumnya? Jangankan di eksekusi besok, malam ini pun ia bisa mati terpenggal oleh kaisar itu.

Dengan tangan terkepal erat, wanita itu menunduk tak berani mengatakan apapun. Netranya menyorot tajam menatap pada Leorensius yang mendengus remeh dan menyeringai dengan ekspresi jijik di wajahnya.

Merasa jika terus dibiarkan seperti ini akan membuat kekacauan yang jelas tak diminati olehnya, Claude pun mengambil alih perhatian semua orang disana. "Kurasa semua orang yang berkumpul disini sudah tau alasanku mengumpulkan kalian" ujarnya, tangannya menepuk nepuk kepala Leorensius yang tampak mulai tenang, menguap kecil sembari menyender di pelukannya.

Hantu kecil tak tau diri ini memang tak peduli dengan acara di depan matanya, toh tak ada yang bisa menghukum orang mati seperti dia disana.

"Kita semua tau garis besar yang dialami Claudius selama ini, aku juga tak menyangka ia adalah saudara kembarku yang hilang" ujar Claude

'padahal mereka seperti cermin kembar, apa dia tolol?' batin Rose mendengus pasrah.

"Aku berterimakasih kepada Baroness Liyuan karena telah menjaga adikku selama ini, mulai sekarang aku akan memberikan semua hak Claudius sebagai pangeran Obelia yang sesungguhnya" ujar Claude menatap Liyuan yang melakukan curtsy saat namanya terpanggil. "Terimakasih atas kepedulian anda, saya telah menganggap pangeran ketiga sebagai putra saya sendiri, saya telah melihatnya tumbuh dan mekar menjadi bunga yang rapuh namun harum di saat bersamaan. Saya hanya mengharapkan kedamaian bagi hidup putra saya" ujar Liyuan.

Semua bangsawan disana menatap wanita itu dengan ekspresi yang berbeda. Semua orang tau dia hanya orang luar, terlebih lagi mantan budak. Jelas sulit bagi mereka untuk tahan melihat wanita semacam itu mendapat pujian dari keluarga kerajaan. Meski masih ada beberapa yang tak peduli, mayoritas masih tetap menduduki diatas Minoritas.

Mereka kolot, dan itulah alasan mengapa (m/n) benci para bangsawan di era ini.

"Jasa mu begitu besar bagi kerajaan ini yang telah kehilangan pangeran ketiga cukup lama. Karena itu aku akan mengangkat gelarmu menjadi Marchioness mulai dari sekarang, dan Claudius akan mengambil gelar Grand Duke mulai dari sekarang"semua bangsawan disana terbelalak kaget, tidak tidak! Jika itu (m/n) mereka tak kaget, memang seharusnya pemuda itu mewarisi sebuah Dukedom setelah identitas aslinya terbongkar. Tapi Liyuan?! Dia hanya orang asing disana!

"Yang mulia, saya menghormati keputusan anda, tapi bagaimana bisa anda mengangkat seorang wanita asing dengan gelar setinggi itu?" Ujar Roger tak habis pikir.

"Dia bahkan lebih berjasa daripada dirimu, apa kau tak tau malu dengan berkata hal itu? Dasar ubanan" ucap Leorensius menunjuk Roger yang tertohok oleh ucapannya.

Duke itu mengepalkan tangannya dengan erat, tak hanya jabatannya yang kini ada di bawah (m/n), kini ia harus menjaga mulut di depan anak kecil. 'lihat saja, saat Jennete ku perkenalkan pada yang mulia, aku akan menginjak matanya'

'kau tak bisa mengancam ayah dengan putrinya' batin Leorensius seolah mampu membaca reaksi Roger sekarang.

Claude menghela nafas pelan "aku melebarkan wilayah kekuasaan Claudius mulai dari sekarang. Mencakup wilayah Baron Alger lalu Dukedom Rioten sampai Castia. Itu akan menjadi wilayah di bawah naungan adikku mulai sekarang" lagi lagi para bangsawan itu di buat terkejut, bahan wilayah Duchy Alpheus tak sebesar itu! Apa Claude berniat membelah kekaisarannya menjadi dua?!

Baru saja para bangsawan itu akan mulai protes karena sebagian besar wilayah mereka akan tunduk di bawah pangeran ketiga, sampai tiba-tiba Lucas yang muncul melayang di udara tiba sembari berkata "Hei, Claudius sudah bangun. Bisakah kau menghentikan pertemuan tak jelas ini? Aku tak bisa menjelaskannya disini, tapi aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada matanya"

"?!"

"Claudius??"

Tanpa menunggu panjang, Claude pun segera bangkit sembari menggendong Leorensius yang terkejut, bergegas pergi diikuti Felix dan Rose, begitupun Liyuan yang sedikit berlari dengan wajah khawatirnya.

Mereka meninggalkan ruang pertemuan itu dan para bangsawan yang tampak bergosip satu sama lain tentang kondisi yang ada saat ini.

Tapi apa Claude peduli? Jelas tidak. Ia dengan cepat kembali ke sayap istananya, tempat di mana (m/n) sebelumnya terbaring cukup lama.

Dengan cepat ia membuka pintu, netranya terpaku pada sosok pemuda yang duduk dengan tatapan kosong, kedua tangannya bergerak memeluk Athanasia yang tak berhenti mengeluarkan suara bahagia karena ia telah terbangun sekarang. Tangan Claudius tampak gemetar, dari ekspresi yang ia tunjukkan, jelas terlihat ia tengah bingung, panik, linglung dan seperti tengah menahan nafasnya.

"Claudius!" Ucap Leorensius melompat memeluk pemuda itu.

"Putraku.. bagaimana perasaan mu? Apa ada yang sakit?!" Liyuan bergegas menghampirinya, mengusap rambut pirangnya yang panjang dengan hati hati sembari menatap kedua netra sang putra yang tampak kosong dan hampa.

Rose yang biasanya paling antusias justru kali ini terdiam, ia mengernyit menyadari ada sesuatu yang aneh dari kepribadian (m/n) sekarang.

Dengan ragu gadis itu berjalan mendekat dan berkata lirih "(m/n)?"

Mendengar suara Rose, pemuda itu lantas mendongak dengan binar yang sulit di jelaskan di balik matanya. Tidak-, mungkin warna safirnya yang pudar yang membuat sosok (m/n) tampak hampa. Mungkin luka di kornea matanya yang di sebabkan oleh Aethernitas sebelumnya memicu warna safir yang pudar.

"Pangeran? Apa kau butuh sesuatu?" Felix bertanya

(M/n) Hanya menggeleng pelan, ia memeluk Athanasia kecil sembari memejamkan matanya dan berkata lirih "aku...aku tak bisa melihat dengan jelas..semuanya gelap, aku hanya bisa mendengar suara kalian.."

DEG!!

"?!"

TBC
Leorensius otw ngamuk beneran sih ini

Btw hehe, maap baru up~

Jangan lupa vote nya minna (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)

Sapphire blue - WMMAP x Male Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang