Bab 6: Rasa bersalah [Revisi]

10.4K 19 3
                                    

Saat pagi tiba, Dara terbangun dari tidurnya yang dalam. Pemandangan di sekitarnya masih kabur saat ia mencoba untuk memahami apa yang terjadi semalam.

Namun, saat ia meraih handphone yang tergeletak di samping tempat tidurnya, gelombang rasa bersalah dan kepanikan langsung membanjiri dirinya. Terlihat beberapa panggilan tak terjawab dari Adrian. Dara merasa jantungnya berdebar kencang ketika menyadari bahwa ia telah mengabaikan suaminya semalaman penuh.

Dara segera bergegas untuk bersiap pulang ke rumah sebelum adrian tiba di rumahnya.

Dara terkejut ketika Steve tiba-tiba muncul dari kamar mandi. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang tegang.

"Steve..." desis Dara dengan suara yang gemetar, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.

Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, Steve mendekatinya dengan cepat, membuat Dara merasa tertekan oleh kehadirannya yang mendadak.

saat Steve menyentuhnya, suara bisikannya membuatnya merinding.
"Apakah kamu mencoba meninggalkanku sendirian?" ucap Steve dengan nada kecewa, Lalu Steve menyentuh lubang kemaluan Dara, mengingatkannya pada kenikmatan yang mereka lakukan semalam.

Steve berbisik dengan suara yang penuh godaan.
"Tadi malam kamu sangat menikmatinya kan?" bisiknya, menciptakan getaran yang membingungkan di telinga Dara.
"Kamu cukup pemalu, Nyonya," lanjutnya, dengan nada yang menggoda.

Dengan hati yang berdegup kencang dan pikiran yang kacau, Dara merasa tertekan oleh dorongan dan godaan yang semakin kuat dari Steve. Namun, dia tahu bahwa dia harus menegaskan batasnya.

"Bisa saja kamu berubah seperti tadi malam," lanjut Steve, menambahkan lapisan ke dalam godaannya.

Dengan mantap, Dara menolak dan menyuruh Steve berhenti.
"Ah, jangan lakukan ini, tolong, Steve. Kita tidak seharusnya melakukan ini. Kemarin hanyalah kecelakaan," ucapnya dengan suara gemetar, berusaha keras untuk mengakhiri.

Steve melanjutkan dengan penuh keyakinan.
"Apa kamu yakin itu hanya kecelakaan? Satu-satunya yang bisa memuaskan Nyonya, aku pikir itu aku," ucapnya dengan suara penuh dengan keyakinan.

Sementara itu, tangannya meraba-raba payudara Dara dengan kasar, Dara merasakan denyutan panas yang meluap-luap di seluruh tubuhnya.

Namun, dengan hati yang berdebar kencang dan pikiran yang kacau, Dara mencoba untuk tetap tenang dan kuat.

"Maaf, Nyonya, tapi aku tidak bisa membiarkanmu pergi seperti ini," lanjut Steve dengan suara yang penuh dengan ketegasan.

Steve terus menggodanya.
"Aku siap untukmu kapan saja," tambahnya dengan nada yang penuh godaan.

"Aku akan menekanmu, tidak akan berhenti sampai kamu memohon padaku," bisik Steve tepat di telinga Dara, suaranya penuh dengan keinginan yang liar.
membuat Dara merasakan getaran panas yang melanda dirinya.

Namun, dalam keadaan yang terombang-ambing antara hasrat yang menggelora dan rasa ketidaknyamanan yang mendalam, Dara merasa terjebak dalam situasi yang semakin memanas.

"Aku akan membuat lubang sempitmu menangis dengan senang hati. Aku akan menghancurkanmu, sesuai keinginan hatimu," lanjut Steve, mengungkapkan niatnya dengan tegas.

Dara tidak tahan lagi, dan tanpa sadar, dia mendesah dengan lembut.
"ahh"

Namun, dalam keheningan yang mencekam, suara itu terdengar begitu jelas.

"B-Berhenti!!!" ucap Dara dengan suara yang gemetar sambil mendorong Steve

Dengan terkejut, Steve menatap Dara, mencerna kata-katanya dengan hati yang penuh dengan kebingungan. Dara, dengan suara yang gemetar, menegaskan kembali keputusannya.

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang