Bab 31 : Mendaki gunung

1.2K 9 1
                                    

Keesokan harinya yang cerah, Adrian dan Dara tiba di lokasi pendakian dengan suasana hati yang penuh semangat. Matahari bersinar cerah di langit biru tanpa awan, dan angin sepoi-sepoi membawa aroma segar hutan. Tempat pendakian itu ramai dengan suara orang-orang yang bersiap-siap, beberapa di antaranya memeriksa perlengkapan mereka sementara yang lain berbincang-bincang dengan antusias.

Adrian dan Dara berjalan bergandengan tangan menuju kelompok yang sudah berkumpul. Adrian berhenti sejenak, mengamati sekeliling, lalu mengajak Dara mendekat ke arah sekelompok orang yang tampak mengenakan seragam perusahaan.

"Selamat pagi semuanya!" seru Adrian dengan suara lantang, menarik perhatian semua orang yang hadir. "Terima kasih sudah datang hari ini. Saya ingin memperkenalkan seseorang yang spesial. Ini adalah istri saya, Dara."

Semua mata tertuju pada Dara yang tersenyum lembut. "Halo semuanya," sapanya dengan ramah, "senang bisa ikut serta dalam acara mendaki ini."

Para peserta menyambutnya dengan senyuman dan beberapa tepukan tangan. Suasana menjadi lebih hangat dan akrab. Beberapa orang maju untuk menyapa dan berkenalan dengan Dara, menciptakan suasana persahabatan yang semakin kuat.

Adrian melanjutkan, "Hari ini kita akan mendaki bersama dan menikmati keindahan alam. Saya harap kita semua bisa saling mendukung dan menjaga satu sama lain selama perjalanan ini. Jadi, mari kita mulai petualangan kita!"

Namun, pandangan Dara teralihkan ketika Steve datang. Sosok Steve yang tampan dan karismatik menarik perhatian banyak orang, termasuk Dara. Mereka saling memandang sejenak, mata mereka bertemu dalam kebisuan yang penuh makna. Steve memberikan senyuman yang halus, dan Dara, tak bisa menahan diri, tersipu malu sambil mengalihkan pandangannya.

*******

Saat pendakian berlangsung, Adrian dan Steve berjalan berdampingan, menyusuri jalur yang berkelok-kelok dengan semangat. Pepohonan hijau rimbun mengelilingi mereka, dan suara burung-burung yang berkicau menambah keindahan alam sekitar. Sambil mendaki, Steve mencoba membuka obrolan dengan Adrian, suasana hati mereka berdua kontras dengan keindahan di sekeliling mereka.

"Pak Adrian...," mulai Steve dengan nada hati-hati.

"Ya?" jawab Adrian sambil tetap melangkah maju.

"aku mendengar.... kecelakaan pendakian gunung lima tahun lalu.... ada kemungkinan korban tidak jatuh tewas karena perjalanan," lanjut Steve, matanya memicing sedikit menatap Adrian.

Adrian berhenti sejenak, ekspresinya berubah seketika. "Siapa?!!! Siapa yang mengatakan omong kosong itu? KURANG AJAR!!!" balas Adrian dengan wajah penuh amarah, suaranya menggema di antara pepohonan.

"aku akan menutup mulut orang itu sepenuhnya dan bahkan jika orang itu tidak jatuh , dia akan tetap m4ti" lanjut Adrian

Steve terkejut, ini pertama kalinya dia melihat Adrian marah seperti itu. Adrian lalu mempercepat langkahnya, mendahului Steve untuk mendaki lebih dulu, meninggalkan Steve dengan perasaan campur aduk.

Steve merasakan kekesalan yang mendalam dengan jawaban Adrian. Dia mengepalkan tangannya, amarahnya mendidih di dalam dada. Namun, pandangannya teralihkan ketika dia mendengar suara dari kelompok pendaki lain yang mengajak Dara berbicara di dekat sana.

"Bukankah Pak Adrian mendapat tawaran itu?" tanya salah satu pendaki dengan nada penasaran.

"Haha... aku tidak terlalu mengerti," jawab Dara dengan senyum lembut, berusaha tetap tenang meski sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut.

Tiba-tiba Steve memanggil Dara , "Nyonya."

Dara dan pendaki yang bersamanya terkejut. Pendaki tersebut merasa canggung dan segera beralasan, "Ah, Pak Adrian sudah mendaki duluan, aku harus segera pergi." Dia pun berlalu meninggalkan mereka berdua.

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang