Bab 7 :Teman Lama [Revisi]

3.3K 12 6
                                    

Saat Dara pulang dari supermarket, dia melihat seorang wanita yang tampaknya sibuk memindahkan barang-barang di sekitar rumah. Pikiran Dara melayang, bertanya-tanya apakah wanita itu baru saja pindah ke daerah itu.

Namun, sebelum Dara bisa melanjutkan perjalannya, wanita itu tiba-tiba memanggil namanya, "Daraaaa!" Dara terkejut dan membalas, "Ah, Rosa?"

Wanita itu tersenyum dan menghampiri Dara, menyambutnya dengan ramah,
"Iya benar, senang bertemu denganmu lagi."
Mereka kemudian bersalaman, saling bertukar senyuman, seperti dua orang yang bertemu kembali setelah lama berpisah.

Dara dan Rosa melanjutkan percakapan mereka dengan antusias.

"Kita sudah lama tidak bertemu," kata Dara.

"Apa kamu baru saja pindah kesini?" tanya Dara lagi.

Rosa mengangguk "Iya, aku barusaja pindah. Bukankah kamu juga tinggal di sekitar sini? Tapi aku sudah lupa. Senang bertemu denganmu," kata Rosa dengan wajah yang penuh senyum.

Dara menceritakan tentang hubungannya dengan Rosa. Mereka adalah teman sekelas di SMA dan telah menghabiskan tiga tahun bersama di kelas yang sama. Meskipun kepribadian mereka sangat berbeda—Dara adalah seorang introvert sementara Rosa adalah sosok yang ramah dan percaya diri—mereka tetap dekat satu sama lain.

"Ketika aku masih introvert, Rosa sangat ramah dan percaya diri," kata Dara sambil mengenang masa lalu. "Namun, berkat kepribadian Rosa yang luar biasa, kita tetap berhubungan dan tetap berteman baik bahkan setelah lulus sekolah."

Namun, setelah Dara menikah dengan Adrian, hubungannya dengan Rosa mulai merenggang. Dara mengakui bahwa dia sendiri yang menghilangkan kontak dengan Rosa karena fokus pada kehidupan barunya. Tetapi kemudian, tanpa ada kabar atau jejak dari Rosa, Dara merasa seolah-olah dilupakan begitu saja.

Mengenang saat-saat indah bersama Rosa di masa lalu membuat Dara merasa sedih dan merasa kehilangan. Dia bertanya-tanya apa yang telah terjadi dengan Rosa dan mengapa dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak

Rosa menceritakan bahwa sekarang dia sudah menikah, tepatnya satu tahun yang lalu. Dia menjelaskan bahwa alasan dia pindah ke tempat baru adalah karena bisnis suaminya. Dara mendengarkan dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia senang mendengar bahwa Rosa menemukan kebahagiaan dengan menikah, tetapi di sisi lain, rasa penasaran dan kehilangan masih menghantuinya. Rasa lega karena mengetahui keadaan Rosa sekarang juga sedikit meredakan kekhawatiran Dara tentang kepergiannya yang tiba-tiba.

Dara menyambut kabar bahagia tersebut dengan senyum tipis.
"Aku senang mendengarnya, Rosa," kata Dara dengan tulus.
"Tentu saja, pindah ke sini untuk bisnis suamimu pasti merupakan langkah besar. Aku harap semuanya berjalan lancar bagi kalian berdua."

Suara memanggil Dara membuatnya berbalik, dan di sana, dia melihat Adrian. Hatinya berdebar kencang, tidak terbiasa dengan kedatangan tiba-tiba suaminya di saat yang tidak terduga.

"Apakah kamu dalam perjalanan pulang belanja?" tanya Adrian sambil mendekati Dara.

"Oh, kamu sudah di sini," kata Dara, sedikit terkejut. "Bukankah seharusnya kamu pulang malam hari?"

Adrian tersenyum, "Iya, aku tiba lebih cepat dari perkiraan." Dia kemudian mengambil tas belanjaan dari Dara. "Sini, tasmu kelihatan berat. Biar aku bawakan."

Dara merasa sedikit lega melihat Adrian, tetapi juga merasa canggung karena kehadiran tak terduga ini. Dia menyerahkan tas belanjaannya kepada Adrian, merasa sedikit lega bahwa suaminya sudah pulang. Tetapi di dalam hatinya, kekhawatiran tentang apa yang mungkin terjadi jika Adrian mengetahui tentang pertemuannya dengan Steve masih menyelimutinya.

Dara memberitahu Adrian tentang Rosa, teman SMA-nya yang baru saja pindah ke daerah tersebut. Adrian menyambut kabar itu dengan senyum dan mengucapkan salam pada Rosa. Mereka bertiga kemudian melanjutkan obrolan dengan ramah, seperti orang-orang yang saling kenal baik.

Saat mereka terlibat dalam percakapan, Rosa memperhatikan hubungan antara Dara dan Adrian. Dia melihat bagaimana mereka saling tersenyum, saling melengkapi, dan terlihat begitu akrab satu sama lain. Namun, di balik senyuman mereka, Rosa juga melihat sedikit ketegangan yang tidak terucapkan di antara mereka.

Rasa iri mulai menyelinap ke dalam hati Rosa saat dia melihat kebahagiaan yang terpancar dari hubungan Dara dan Adrian. Dia merasa sedikit cemburu melihat bagaimana mereka bisa begitu dekat dan saling mendukung satu sama lain, sementara dia sendiri merasa kesepian dan terpisah dari pasangan yang diimpikannya.

Meskipun begitu, Rosa mencoba menyembunyikan perasaannya dan tetap berusaha menikmati kebersamaan mereka. Dia tersenyum dengan tulus, berusaha untuk tidak membiarkan rasa iri mengganggu kebahagiaan mereka. Namun, di dalam hatinya, perasaan cemburu itu masih menggelora.

**

Malam itu, suasana di dalam rumah terasa hening. Dara duduk di ruang tamu, menemani dirinya sendiri dengan pikiran yang melayang-layang. Cahaya remang-remang lampu ruangan memberikan sentuhan damai di sekitar, tetapi di dalam hati Dara, ada ketegangan yang tidak terucapkan.

Sementara itu, dari kamar mandi, suara gemericik air menandakan bahwa Adrian sedang mandi. Tiba-tiba, suara dering handphone Adrian memecah keheningan. Dara segera mengambil handphone itu dan melihat layar yang menunjukkan panggilan masuk dari seorang bernama Steve. Matanya melebar sedikit kaget saat melihat nama itu.

"Sayang," panggil Dara pelan, memutuskan untuk memberitahu Adrian tentang panggilan tersebut. "Seseorang menelponmu."

Dari dalam kamar mandi, suara Adrian terdengar. "Ah, maaf. Bisakah kamu menjawabnya untukku? Aku sedang mandi," jawab Adrian dengan tenang.

Dara merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Dia merasa ragu, tidak yakin apakah seharusnya dia menjawab panggilan dari Steve. Tetapi, akhirnya, dia mengambil keputusan untuk menjawab panggilan tersebut. Dengan gemetar, dia menekan tombol jawab panggilan.

Dalam hati Dara, keraguan dan kekhawatiran mulai merayap. Kenapa Steve menelpon Adrian? Pertanyaan itu bergumul di benaknya sambil ia mencoba untuk tetap tenang. Dalam pikirannya, skenario-skenario berbeda mulai terbayang.

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang