Bab 13 : Kekecewaan dara [Revisi]

1.2K 8 4
                                    

Dara memberikan oral dengan sangat intens, menggunakan gerakan yang penuh gairah dan kelembutan. Setiap sentuhan dan jilatanannya membuat Adrian tidak tahan. Ia merasakan kenikmatan yang luar biasa, hampir tak mampu menahannya. Dara menggabungkan keahlian dan kasih sayangnya, memastikan bahwa momen itu menjadi luar biasa bagi keduanya.

"Apa rasanya enak?" Dara bertanya sambil melirik Adrian yang sedang kenikmatan.

"Ya....tapi... aku merasa tidak enak padamu" ucap Adrian sambil menahan kenikmatan

Dara tidak menghiraukan ucapan adrian , justru ia semakin bergairah untuk melumat batang suaminya,

Dalam hati dara "aku merasa lebih baik,faktanya kamu bisa melakukan hal yang menarik , menjadi lebih kasar , tarik rambutku , pukul pantatku , kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau padaku , seperti yang dilakukan Pria itu"

Dara terkejut dengan pemikiran itu. Sementara ia berusaha memusatkan perhatiannya pada Adrian, bayang-bayang Steve masih menghantuinya. Suaranya bergema di dalam pikirannya, mengingatkannya pada kata-kata penuh hasrat yang pernah diucapkan Steve.

"Nyonya, apa aku tidak memberitahumu? Hanya aku yang bisa memuaskanmu," kata-kata itu terus berputar di kepalanya, menambah keraguan dan kebingungan dalam dirinya.

Dara semakin terangsang oleh bayangan Steve dalam pikirannya. Meskipun ia berusaha memfokuskan perhatiannya pada Adrian, hasratnya terus bergelora. Saat Adrian memberi peringatan bahwa ia akan mencapai puncaknya, Dara dengan penuh semangat mengucapkan kata-kata yang mengejutkan.

"Kamu bisa mengeluarkan di mulutku," desisnya tanpa ragu.

Adrian terkejut dengan permintaan itu. Pikirannya berkecamuk, mencoba memahami apa yang terjadi dengan Dara.

"Apa ini? Ini tidak seperti Dara yang aku kenal," gumamnya dalam hati, sambil mencoba menahan diri agar tidak terbawa oleh kebingungan dan keheranan.

"Tapi nanti wajahmu..?" tanya Adrian

Dara merespons dengan antusias saat Adrian mengungkapkan kekhawatirannya.

"Tidak apa, keluarkan semuanya," jawabnya tanpa ragu.

Adrian mengikuti permintaannya dengan semburan yang memenuhi wajah Dara. Sensasi itu membuat Dara terkejut, tapi pada saat yang sama, ia merasakan kepuasan yang aneh

Dara terlihat sangat menikmati , dia bertanya pada adrian "Apakah ini tidak cocok untukku"

Adrian terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan kata-kata. "Tidak, Dara. Itu tidak masalah bagiku. Aku hanya terkejut, itu saja."

dia sadar bahwa dia telah melampaui batas. Perasaan canggung dan malu melintas di benaknya, tapi di sisi lain, bayangan hasrat dan keinginan terus menghantuinya.

"Aku bodoh!!!"

****

Dara merasa sesak saat ia memasuki dapur yang sunyi, suara langkah kakinya terdengar menggema di ruangan itu. Cahaya redup dari lampu di langit-langit menyelubungi ruangan, menciptakan aura keheningan yang menenangkan. Namun, keheningan itu hanya meningkatkan kekacauan di dalam pikirannya.

Dengan berat hati, ia memegang gelas kaca di atas meja dan menuangkan air dingin ke dalamnya. Suara gemeretak es di dalam gelas mengingatkannya pada ketegangan yang baru saja terjadi di kamar tidur.

Dara mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, tetapi bayangan Steve dan perasaan cemasnya semakin terangkat di benaknya.

"Dara," gumamnya pada dirinya sendiri,

"Apa yang terjadi padamu? Mengapa pikiranmu terus memikirkan Steve? Ini tidak bisa terus berlanjut seperti ini."

Tetapi bagaimanapun juga, ia tidak bisa mengusir bayangan itu dari pikirannya. Tidak adil bagi Adrian, suaminya yang baik, untuk terus diselimuti oleh ketidakpastian yang berasal dari pikiran Dara.

tiba-tiba Adrian dari belakang memeluk Dara

Dara merasa hangat saat pelukan Adrian melingkari tubuhnya. Setetes kelegaan mengalir di dalam dadanya saat ia mendengar suara yang begitu dikenal. Ia berbalik memandang wajah suaminya dengan tatapan penuh rasa syukur.

"Adrian..." bisik Dara, suaranya hampir tak terdengar, tersapu oleh kelembutan pelukan suaminya. Adrian yang menatapnya dengan penuh kasih, mulai menjelaskan apa yang terjadi. Dara merasa lega mendengar penjelasan Adrian, merasa dipahami, meskipun hatinya masih dipenuhi rasa bersalah.

Kata-kata Adrian membangkitkan kehangatan di hati Dara. Ia merasakan ketenangan yang lama hilang kembali menyebar di dalam dirinya. Kata-kata Adrian tentang kesenangan fisik membuat Dara merenung. Ia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terletak pada kenikmatan sesaat.

"Denganmu, aku merasa utuh," ucap Dara, tatapannya bertautan dengan mata Adrian.

"Aku akan berusaha menjadi lebih baik, untukmu dan untuk kita."

Adrian tersenyum lembut. "Aku menyukaimu apa adanya, Dara. Kita akan melewati ini bersama-sama, apapun yang terjadi."

Dara merasa kebingungan dan sedih. Meskipun mendengar kata-kata Adrian yang penuh kasih, hatinya masih terombang-ambing di antara perasaan bersalah dan keinginan untuk berubah. Ia berharap bahwa keputusannya untuk mendekati Adrian akan membawa perubahan yang diinginkannya, namun kini ia merasa seperti berada di tempat yang sama.

"Dalam kebingungan ini, aku berpikir bahwa aku telah membuat pilihan yang benar," gumam Dara dalam hati. Ia merasa terjebak dalam lingkaran yang sama, di mana keinginan untuk berubah bertabrakan dengan rasa bersalah dan keraguan. Segala usahanya tampaknya tidak membawa perubahan yang diharapkannya.

****

Siang itu, matahari bersinar cerah di langit biru, menambah kesan hangat di udara. Angin sepoi-sepoi seakan membawa aroma bunga-bunga yang mekar di taman-taman kota. Cuaca yang cerah menambah semangat bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan.

Dara, yang sedang berjalan di trotoar kota, merasakan sinar matahari yang menyengat namun menyenangkan di kulitnya. Di tengah teriknya matahari, dia bertemu dengan Rosa, teman lamanya dari masa SMA. Saat mereka bertemu, suasana menjadi hangat dengan senyuman yang terukir di wajah keduanya.

"Sudah lama tidak bertemu," sapa Rosa dengan hangat, memecah keheningan yang tercipta.

Dara terkejut melihat pakaian yang dikenakan Rosa. Tanpa sengaja, ia melihat bahwa Rosa mengenakan pakaian yang sama dengan yang pernah dilihatnya saat berada di kantor Adrian. Rasa tidak nyaman dan kebingungan mulai menghampiri Dara. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih dalam di baliknya?

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang