Bab 1: Kehadiran Yang Membuat Gelisah [Revisi]

42.2K 110 10
                                    

Dara duduk di ujung sofa, napasnya terhela. Kebisingan di luar menunjukkan bahwa Adrian dan beberapa koleganya masih menikmati malam mereka di pesta kantor, sementara Dara menunggu dengan gelisah di rumah.

Dia meraih secangkir teh hangat di meja kopi, mencoba menenangkan diri. Malam ini, dia memilih mengenakan gaun hitam elegan, gaun malam favorit Adrian. Namun, gaun itu membuatnya merasa agak canggung karena terlalu dewasa untuk suasana santai seperti ini.

Ketika suara langkah kaki di koridor semakin dekat, Dara menahan napas. Dia berharap itu Adrian yang akan muncul, tetapi ketika pintu terbuka, yang dia temukan bukanlah suaminya, melainkan sekretaris pribadinya, Steve.

"Maaf, Dara," kata Steve dengan ramah sambil membantu Adrian duduk di sofa. "Adrian agak mabuk malam ini, jadi saya memutuskan untuk membantunya pulang."

Dara tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan ketidaknyamanannya. "Tidak apa-apa, Steve. Terima kasih sudah membantunya."

Saat Adrian tertidur di sofa, Dara mundur ke kamar tidur untuk berganti pakaian. Ketika dia kembali ke ruang tamu, dia menemukan Steve duduk di kursi di seberang meja kopi.

"Apakah Adrian baik-baik saja?" tanya Dara, mencoba memulai percakapan.

Steve mengangguk. "Dia akan baik-baik saja setelah tidur."

Dara tersenyum kecil sebagai tanggapan. Namun, kecanggungan di antara mereka masih terasa di udara. Steve kemudian memutuskan untuk memecah keheningan dengan cara yang agak mengejutkan.

"Gaun yang kamu pakai tadi, sangat cantik," ucap Steve dengan senyum lembut, matanya melihat ke arah Dara. "Tapi sepertinya agak terlalu mewah untuk acara seperti ini, bukan?"

Dara merasa pipinya memanas, sedikit tersinggung dengan komentar itu. "Oh, ya, aku hanya berpikir mungkin itu akan membuat Adrian senang," jawabnya cepat.

Dia merasa dirinya terserang oleh perasaan campur aduk. Bagian dari dirinya merasa terhormat oleh pujian Steve, sementara bagian lain merasa tidak nyaman dengan perhatian yang tak terduga itu.

Ketika Dara kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh, tangan tangguh Steve menangkapnya dengan lembut.

"Aduh...," desis Dara dengan suara gemetar, wajahnya memerah karena malu dan kebingungan.

Steve memegang Dara, matanya penuh perhatian saat menatapnya. "Maafkan saya, Dara," katanya dengan suara lembut. "Saya tidak bermaksud membuatmu terkejut."

Dara menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sendiri dari rasa panik yang menggebu-gebu di dalam dirinya. Dia merasa seperti seorang gadis kecil yang tersesat dalam badai, terpisah dari keamanan dan kenyamanan yang dulu dia kenal.

"S-saya baik-baik saja," gumam Dara, mencoba menolak bantuan Steve. Tetapi pada saat itu, dia merasakan aroma wangi dari tubuh Steve yang menyerang indera penciumannya. Sebuah campuran musky dan maskulin, bau yang menarik dan mengganggu di saat yang bersamaan.

Rasa panik Dara semakin menjadi ketika dia menyadari betapa dekatnya dia dengan Steve. Dia bisa merasakan napasnya hangat di wajahnya, dan detak jantungnya berpacu lebih cepat lagi.

Steve menatap tajam Dara. Steve merasa Dara adalah wanita yang tidak mendapat kepuasan dari suaminya.

Dara memutuskan untuk mengakhiri momen itu secepat mungkin. "Saya pikir Anda sebaiknya pulang sekarang, Steve," ujarnya dengan suara gemetar. "Terima kasih atas segalanya."

Steve melepaskan pelukannya dengan lembut, tetapi matanya masih tetap tertuju pada Dara. "Tentu, Dara. Jika kamu yakin kamu baik-baik saja sendirian, aku akan pergi."

Dara mengangguk cepat, mencoba menutupi ketidaknyamanannya dengan senyum lemah.

"Baiklah, selamat malam, Dara."

Setelah mengucapkan selamat malam, Steve sedikit menggoda Dara. "Kapan saja, tolong beritahu aku, Dara. Aku akan melakukan yang terbaik untuk membantumu," ucapnya.

Kata-kata itu terdengar begitu intim, Dara tidak yakin bagaimana harus menafsirkan maksud sebenarnya di balik ucapan itu. Apakah Steve hanya menawarkan bantuan sebagai seorang sekretaris yang baik, ataukah ada lebih dari itu? Apakah dia merasa bahwa ada sesuatu yang perlu dia bantu, sesuatu yang hanya dia yang bisa bantu?

Dara merasakan kebingungan dan kegelisahan yang meluap-luap di dalam dirinya. Dia ingin menolak tawaran bantuan Steve, tetapi di sisi lain, ada bagian dari dirinya yang merasa tergoda oleh penawaran itu, bagian yang merindukan perhatian dan perhatian yang mungkin tidak lagi dia temukan dalam pernikahannya.

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang