Bab 15 : Kecewa [Revisi]

872 8 3
                                    

"Tunggu sebentar," ujarnya dengan suara yang hampir tercekat di tenggorokannya.

Setelah menghela napas panjang, ia memandang tajam ke arah Steve. "Kita harus berhenti sekarang. Aku sudah tahu, dari awal sampai sekarang... aku serius," gumamnya, suaranya penuh dengan rasa penyesalan.

Dengan tangan gemetar di atas dadanya, ia menambahkan, "Kita berdua tahu bahwa kita tidak akan bertahan lama. Aku tidak bisa melanjutkan ini, aku tidak akan bahagia." Matanya kembali menatap tajam ke arah Steve, mencari kepastian.

"Sudah jelas akhirnya. Aku yakin ini tidak benar, jadi mari kita akhiri dengan cepat," ucapnya, suaranya bergetar dengan keputusan yang diambilnya.

Dara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri,

"Aku punya rumah yang harus dijaga, dan kau punya pekerjaan," lanjutnya, mencoba menemukan kekuatan dalam kata-katanya yang akhir.

"Kita tidak bisa mengkhianati Adrian seperti ini," ucapnya dengan suara yang hampir tercekat oleh emosi.

"Tolong... tolong," pintanya, tetapi sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Steve dengan cepat menghentikannya, meraih lengan Dara dengan tangan gemetar.

"Nyonya!" Steve menyela, mencoba menghentikan kata-kata Dara.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Dara berteriak, matanya memancarkan ketakutan dan keputusasaan.

Namun, segera kemudian, Mira tiba di pintu masuk, melihat keadaan tersebut dengan kebingungan yang jelas. Mira, yang masih memandang dengan kebingungan, melihat pertukaran tatapan antara Dara dan Steve.

"Apa yang terjadi disini?" teriaknya, membuat suasana semakin tegang. Dara dan Steve secara refleks melepaskan genggaman mereka, terlihat seperti orang yang tertangkap basah.

Dara buru-buru mendekati Mira, mencoba menutupi situasi dengan cepat.

"Ti-tidak ada sama sekali," katanya dengan nada panik,

"Kenapa kamu datang kesini?" tanya Dara kepada Mira

Mira masih mengamati mereka dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Aku hanya ingin mampir sebentar," jawabnya, tetapi pandangannya tidak bergeser dari Steve,

"Btw, siapa dia?" katanya, menunjuk langsung pada Steve.

Dara, sedikit gugup, memperkenalkan keduanya, "Mira adalah temanku," ucapnya, menunjuk Mira,

"Dan ini adalah... Sekertaris Suamiku," lanjutnya, wajahnya berubah tegang saat menyebut profesi Steve

Steve menjawab dengan sikap yang formal, "Senang bertemu denganmu juga, Bu."

Mira, meskipun masih agak bingung dengan situasi, menjawab sopan, "Oh, ternyata kamu sekertaris Adrian. Senang bertemu denganmu juga."

Setelah mendengar itu, Steve memutuskan untuk pergi terlebih dahulu, mencoba mengurangi ketegangan yang terasa.

Mira sedikit curiga saat melihat sikap Dara dan bertanya, "Sekertaris, cukup menarik, bukan? Apakah itu dia? Dia sangat berbeda dengan Adrian?"

Dara, mencoba untuk menjaga ketenangan, menjawab, "Maaf?"

Mira masih bertanya dengan nada menggoda, "Maksudku....Rasanya seperti apa dia di tempat tidur, apakah agak kasar?"

Kemudian dia melanjutkan,"Jadi, kamu suka pria seperti itu?"

Dara menjawab dengan malu dan mengenggam tangannya, "Apa yang kamu bicarakan, Mira? Kamu sepertinya salah paham."

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang