Bab 21 : Pertemuan

1.1K 8 6
                                    

Saat tiba di mal, Dara berkata, "Hei, Adrian, tidak perlu ikut belanja juga."

Adrian menjawab dengan lembut, "Eh... kubilang kan tidak apa-apa, sayang."

Dia melanjutkan, "Sudah lama sejak terakhir kali kita belanja bersama."

Mereka akhirnya sampai di toko pakaian.

Adrian menawarkan, "Sayang, pilih yang kau mau." Sambil mendekati baju yang menarik perhatiannya, Adrian menambahkan, "Jangan khawatir dengan harganya. Aku akan membelikannya untukmu..."

Dara mengiyakan, namun dalam hatinya dia bertanya, "Apa yang aku mau?"

Lalu tiba-tiba ia terkejut melihat gaun merah yang terlihat seksi.

Seorang penjual pakaian datang dan bertanya, "Apakah Anda ingin mencobanya?"

Dara melirik ke arah Adrian, dalam hatinya dia berkata, "Apakah ini baik-baik saja? Oke, gaun ini tidak buruk."

Sementara itu, Adrian melihat gaun yang terlihat elegan dan tertutup, lalu berkata, "Gaun ini pasti akan cocok untuk Dara."

Tak lama kemudian, Dara keluar dari ruang ganti mengenakan gaun itu dan bertanya, "Adrian... apakah gaun ini cocok untukku?"

Adrian dengan cepat menjawab, "Can... cantik."

Dara menanggapi dengan cemas, "A... aku cuma ingin mencoba warna yang berbeda, tidak seperti biasanya."

Dia melanjutkan dengan sedikit malu, "Apa tidak cocok?"

Adrian menundukkan kepala sambil memegang kacamatanya, "Gaun ini cocok untukmu." Sambil menyodorkan gaun yang lebih elegan dan tertutup itu, dia menambahkan, "Setelan yang anggun lebih cocok untukmu."

Dara merasa sedikit terpukul dan bertanya lagi, "Apa aku tidak menarik menggunakan gaun ini?"

Adrian memalingkan pandangannya dari Dara, "Gaun itu tidak pantas. Itu tidak cocok sama sekali denganmu."

Dia masih menyodorkan gaun lain, "Co... cobalah ini, lalu kemari lagi."

Dara mendengar perkataan Adrian dengan hati yang hancur. Dia merasa sedih dan kecewa. Dalam hatinya, dia berkata, "Tidak pantas... Bagaimana bisa dia mengucapkan kata-kata kasar itu padaku!!!"

****

Siang harinya, Dara bertemu dengan teman-temannya, Rosa dan Mira.

Mira langsung memuji Dara, "Ya Tuhan... Dara, apa yang kamu pakai? Sayang, kau terlihat seperti malaikat..."

Kemudian dia menambahkan, "Kamu membelinya?"

Dara menjawab dengan sedikit malu, "Ah, maksudmu gaun ini? Yah, suamiku yang membelikannya untukku."

Mira terkesima, "Beneran? Adrian memang orang yang bijaksana."

Rosa hanya menyimak pembicaraan mereka.

Mira terus memuji Dara, "Dia tidak hanya mampu, tapi juga sangat menghormati istrinya... Aku sangat iri padamu..."

Dara menjawab sambil mengangguk, "Ya... aku rasa begitu."

Mira tiba-tiba bertanya, "Bukankah begitu, Rosa?"

Rosa yang sedang minum terkejut, "Apa?"

Mira melirik ke arah Rosa sambil memasang senyum aneh, "Itu benar... Omong-omong, kenapa kita tidak mengadakan pertemuan kecil bersama suami masing-masing?"

Sontak Dara dan Rosa terkejut.

Dara bertanya, "Pertemuan bersama suami masing-masing?"

Mira menjawab, "Ini sudah cukup lama kita tidak pergi keluar bersama."

Dia melirik lagi ke Rosa, lalu berkata, "Lagipula... aku sangat penasaran dengan suaminya Rosa."

Rosa terkejut, "Eh? Yah, tentang itu... suamiku cukup sibuk hari ini... Aku tidak tahu apakah dia bisa ikut atau tidak."

Mira mendesak Rosa, "Ayolah... meskipun sibuk, tidak mungkin dia akan menolak ajakan istrinya, bukan?"

Rosa hanya diam dan menunduk.

Mira kemudian bertanya kepada Dara, "Bagaimana denganmu, Dara? Kamu bisa, kan?"

Dara menjawab dengan yakin, "Iya... aku akan memberitahu Adrian."

Dara tersentak ketika telepon masuk ke ponselnya. Dia berpamitan kepada teman-temannya, "A... aku harus ke toilet dulu..."

Mira menjawab, "Emm... hati-hati."

Ketika Dara berada di toilet, dia mengangkat telepon itu. "Ya... Steve?"

Steve bertanya, "Apa kau sudah makan?"

Dara menjawab, "Sudah... aku sudah sarapan di rumah dan sekarang sedang keluar dengan teman-temanku di kafe."

Dia bertanya balik pada Steve, "Kalau Steve sudah makan?"

"Aku baru saja selesai sarapan dan ingin pergi keluar. Di mana kau sekarang?"

"Karena aku sangat ingin mengobrol denganmu... aku pergi ke toilet."

"Aku mengerti... situasi ini mengingatkanku saat pertama kali kita bertemu."

Dia melanjutkan, "Waktu itu aku sangat ingin bertemu, tapi aku tidak melihatmu. Kupikir kau mungkin sedang di toilet saat itu, jadi aku kesana... lalu aku mendengarmu merintih. Mungkin kau tidak tahu, tapi susah sekali menahan diriku saat mendengar desahan penuh gairah darimu."

Dara merasa sangat malu, "Jadi kau mengetahuinya?"

Steve menggoda Dara, "Jadi sekarang, aku ingin mendengar desahan penuh gairah itu lagi."

"Di... di sini?"

"Tentu... kau tidak mau?"

Dara menaruh ponselnya dan langsung mulai memainkan dirinya sendiri, lalu mengikuti instruksi Steve.

Beberapa saat kemudian...

Dara keluar dari toilet dengan wajah terkejut saat menemukan Mira sudah menunggu di luar.

Mira tersenyum lebar, "Astaga, Dara," lanjutnya sambil menggoda, "kelihatannya kau menikmati dirimu sendiri, bukan?"

Dara terdiam, dan rasa panik mulai menyelimuti pikirannya.

Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang