Bab 32 : Tertangkap Basah?

1.6K 9 5
                                    

Malam itu, suasana kota dipenuhi cahaya lampu dan hiruk-pikuk kendaraan. Rosa berjalan sendirian, menenteng belanjaan tas yang sangat banyak. Dia bergumam pada dirinya sendiri, "Aku tahu uang sebanyak ini sangat mudah didapatkan. Seharusnya aku mengincar direktur lebih awal. Aku jadi tidak kekurangan uang."

Sambil memegang dagunya, Rosa merenung, "Jangan sampai Adrian tahu."

Saat sedang melamun, pandangan Rosa tertuju pada sesuatu di sisi jalan. Di sana, dia melihat Dara dan Sekretaris Adrian bersama-sama, tampak akrab. Rosa berhenti sejenak, memperhatikan lebih seksama. Dia melihat Steve yang baru saja mengantar Dara ke rumahnya.

Dalam hati, Rosa berpikir, "Wanita itu bukannya Dara? Dan laki-laki di sebelahnya... Sekretaris?"

Rosa lalu tersenyum mencurigakan, "Aku mulai curiga."

Rosa menyimpan informasi ini dalam benaknya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kecurigaannya mulai tumbuh, dan dia tahu ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan dari situasi ini. Malam itu, Rosa merasa seperti menemukan sebuah rahasia besar yang bisa mengubah banyak hal.


******


Sesampainya di rumahnya, Rosa masih memikirkan apa yang baru saja ia lihat. "Apa yang terjadi di antara mereka? Apakah mereka... apakah mereka mungkin melakukan itu?" gumamnya dengan penuh kecurigaan. Tiba-tiba, Rosa tertawa keras. "Berpura-pura menjadi wanita suci tapi ternyata diam-diam melakukan dengan sekertaris suaminya sendiri. Ternyata kau orang seperti itu."

Kemudian Rosa semakin kesal dan menghantam meja dengan keras. "Kau selalu terlihat sok polos, seorang wanita yang tidak bisa dibandingkan denganku. Jelas kau wanita munafik!" Rosa berkata dengan marah. Pikirannya kembali pada perasaan kesal yang ia rasakan selama ini. Mengapa Adrian, seorang ketua dan wakil perusahaan yang luar biasa, memilih Dara? Yang paling membuatnya kesal adalah melihat Dara terlihat sangat indah dan bahagia saat itu.

"Tapi sekarang dia malah selingkuh? Dan orangnya adalah sekertaris suaminya sendiri. Dasar rubah betina!" Rosa mengutuk dengan penuh kemarahan.

Rosa bertekad untuk menggunakan informasi ini. Dia tahu bahwa rahasia ini bisa menjadi senjata untuk menghancurkan Dara dan mengambil alih posisinya. Perasaan puas dan dendam membara di dalam hatinya, dan dia mulai merencanakan langkah selanjutnya dengan penuh tekad.

Sesampainya di rumah, Rosa masih memikirkan apa yang baru saja ia lihat. "Apa yang terjadi di antara mereka? Apakah mereka... mungkin melakukan itu?" Pikirannya terus berputar-putar sampai tiba-tiba ia tertawa keras, "Berpura-pura menjadi wanita suci, tapi ternyata diam-diam melakukan dengan sekretaris suaminya sendiri. Ternyata kau orang seperti itu."

Kemudian, Rosa semakin kesal dan menghantam meja dengan kuat. "Kau selalu terlihat sok polos, seorang wanita yang tidak bisa dibandingkan denganku. Jelas kau wanita munafik." Rosa masih teringat perasaan kesalnya kenapa Adrian, yang merupakan salah satu ketua dan wakil perusahaan yang luar biasa, memilih Dara. Yang paling membuatnya kesal adalah melihat Dara terlihat sangat indah dan bahagia saat itu.

"Tapi sekarang dia malah selingkuh? Dan orangnya adalah sekretaris suaminya sendiri. Dasar rubah betina!" Rosa berkata dengan penuh kebencian.

"Di balik topeng polosnya... itu semua hal memalukan dan Adrian tidak tahu. Kau sendiri yang menghancurkan kebahagiaanmu, Dara. Kau benar-benar tidak punya hak untuk bahagia. Tunggu dan lihat, aku pasti akan mengambil kebahagiaanmu menjadi milikku," Rosa mengucapkan kata-kata itu dengan tekad.

Rosa lalu tertawa puas, merasa bahwa ia akhirnya mendapatkan cara untuk merusak hidup Dara. Matanya bersinar penuh dengan dendam dan rencana, yakin bahwa ini adalah kesempatan emasnya untuk membalas dendam dan mengambil alih posisi yang selama ini ia impikan.

***

Di kamar tidur yang diterangi cahaya lampu meja, Adrian duduk di atas ranjang, tenggelam dalam bukunya. Setiap halaman yang ia balikkan menciptakan irama tenang di ruangan itu. Dara berbaring di sampingnya, memandangi wajah Adrian yang sesekali tersenyum tipis saat membaca.

"Terima kasih sudah berpartisipasi dalam aktivitas pendakian gunung bersamaku," ucap Adrian. "Kau pasti merasa bosan..."

Dara segera menjawab, "Tidak... aku bersenang-senang," meskipun dalam hatinya ia menambahkan, "walaupun aku bersenang-senang bersama Steve."

Adrian menatapnya, "Benarkah? Baguslah, semua orang juga memujimu."

Mendengar itu, Dara tiba-tiba teringat ucapan Steve bahwa banyak karyawan dan staf kantor yang melihatnya dengan mata cabul. Dia bahkan membayangkan jika dirinya melakukan hal-hal yang lebih dengan mereka. Perasaan campur aduk menguasainya.

"Aku akan menantikan acara selanjutnya," jawab Dara, berusaha menyembunyikan pikirannya.

Adrian menutup bukunya dan menatap Dara. "Oke, tapi aku harap kau memperhatikan pakaianmu lain kali. Kau mengerti maksudku, kan?"

Mendengar itu, Dara terkejut. Dia memalingkan badan, membelakangi Adrian dengan wajah sedih. "Oke, aku akan memperhatikan hal itu lain kali," ucapnya pelan. "Aku pergi tidur dulu."

Adrian melirik Dara dengan tatapan sedikit berbeda dari biasanya.


Sekertaris SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang