Cowok kemarin?

155 87 30
                                    

Bismillah.

Kalo ada typo tolong koreksi, terima kasih.

Happy reading, guys!

***

Esok paginya. Aku berjalan di koridor sekolah yang masih sepi. Mata ku menangkap seorang pria yang tak asing, pria itu memasuki kelas yang berada di samping perpustakaan.

"Cowok yang kemaren? Kelasnya di samping perpus? Berarti, sekelas sama kak Ruby dong," monolog ku.

Setelahnya, aku melangkah menuju kelasku.

Baru saja aku duduk di tempatku, Caca menghampiriku dan berkata, "Tumben dateng lama."

Aku menghela nafas, "Ke ruang tata usaha," ujar ku singkat.

"Ngapain?" tanya Caca.

Aku menatap Caca kesal, "Menurut kamu aja, Ca."

"Bayaran?"

Aku hanya berdehem singkat, dan membuka buku LKS bahasa sunda. Sedetik kemudian, Caca menepuk pundakku cukup keras. "Kerjain apa tuh?"

"Bahasa sunda. Kerjain, Ca, gue gak mau kena omelan lagi sama tuh guru. Lagian, yang gak kerjain tugas siapa, yang kena satu kelas. Jadi guru kok sensian," ujar ku kesal.

Caca mengerjapkan matanya berulang kali. Aku rasa, baru kali ini Caca melihatku misuh-misuh.

"Kamu... Baik-baik aja kan?" tanya Caca. "Lagi halangan, ya?" tanya Caca lagi.

Aku menggeleng, "Enggak. Udah cepet, kerjain."

Caca mengambil buku milikku, dan menyalin jawabanku. Aku menelungkupkan wajahku di dalam lipatan tangan. Sungguh, hari ini aku... Badmood.

Brak!

"Sumpah demi apapum, Ca! Tuh orang ganteng banget!" ujar ku setelah menggebrak meja.

Caca mengernyit heran. "Maksud kamu apa? Siapa yang ganteng, aku gak paham, Hil."

"Kamu... Tau, cowok yang kemaren aku tunjuk di lapangan?" tanya ku dan Caca mengangguk. "Dia temen sekelasnya kak Ruby," sambung ku membuat Caca membelalakkan kedua bola matanya.

"Kak Ruby tetangga kamu itu, Hil? Yang kelas dua belas?"

Aku mengangguk.

"Kok bisa?"

Kesal. Sungguh, pertanyaan Caca tidak masuk akal. Ya mana aku tau, aku kan gak tau.

Aku mengendik, "Tau lah, Ca. Capek juga aku ngobrol sama kamu. Gak mudeng-mudeng," ujar ku kesal.

Aku kembali duduk. Detik selanjutnya--

Brak!

Lagi. Aku kembali menggebrak mejaku. Setelahnya, aku kembali duduk dan menelungkupkan wajahku di dalam lipatan tangan.

"Ya Allah, ganteng banget anak orang," gumam ku.

Caca mengernyit, "Siapa sih yang ganteng? Cowok yang kemaren?" tanya Caca dan aku mengangguk pelan. "Setres!"

***

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Aku melangkah menuju kelas kak Ruby.

"Hilwa!" panggilnya. "Kamu pulang duluan aja, ya? Aku bimbelnya agak lama."

Aku mengangguk, "Okey," ujar ku. "eum... Cowok yang kemaren, temen sekelas kamu, ya, kak?" tanyaku.

Kak Ruby mengangguk. "Iya. Kan kemaren aku udah bilang, dia temen aku."

Hilwasya RaidhanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang