Suka K-pop

63 40 5
                                    

Bismillah.

Happy reading!

***

"Jangan pernah ubah diri kamu demi bisa narik perhatian Raidhan, Hil. Tetep jadi kamu yang suka India."
-Ruby Anneta Sharen.-

Malam ini. Aku dan kak Ruby akan memutari seluruh kota bekasi, tidak, aku bercanda. Maksudku, kami akan jalan-jalan sembari mencari jajanan berlemak yang membuat kami kian gemuk.

"Ayok," ujar ku menepuk pundak kak Ruby. Gadis itu sibuk dengan ponselnya dengan dahi yang menukik.

"Sebentar, Hil. Ini si Raya ngechat aku marah-marah. Gak jelas banget," ujarnya.

Gadis itu meneruskan kegiatannya sampai kurang lebih lima menit lamanya. Ya, aku berdiri di sisi motor kak Ruby selama lima menit. Kak Ruby menaruh ponselnya di kantong hoodienya.

"Ayo, naik!" ujarnya.

Aku yang penasaran menatapnya. "Dia chat apa?" tanya ku.

Kak Ruby berdecak. "Naik aja, nanti aku ceritain. Gece," ujarnya. Dan aku dengan cepat menaiki motor gadis itu. Lumayan juga, kaki ku terasa ngilu akibat lima menit terdiam memandangi gadis yang asyik membalas pesan itu.

Kak Ruby pun melajukan motornya pelan. Tak berselang lama, gadis itu pun buka suara yang diawali dengan kekehan. "Kocak banget. Ngechat tiba-tiba ngamuk."

"Ngamuk kenapa?" tanya ku heran. Gadis ini senang sekali membuat teka teki, ya? Padahal, aku sudah sangat penasaran.

"Dia bilang, katanya ada yang ngadu ke dia, kalo aku ngatain dia Sasimo, suka ngejar cowok, gitu lah. Terus, yang ngadu juga bilang, katanya, aku yang kasih tau Rama kalo dia yang kasih bingkisan di hari valentine waktu itu. Padahal kan, aku cuma nebak, eh gak taunya tebakan aku bener," papar kak Ruby panjang lebar.

"Selain cerita sama aku, kamu cerita sama siapa lagi?" tanya ku lagi.

"Gak ada sih," ujarnya. "paling tuh, kamu sama Dherin."

Dahiku berkerut. "Kak Dherin yang disukain kak Rama?" tanya ku diangguki kak Ruby.

"Tapi, gak mungkin dia sih, Hil. Soalnya kan, dia aja gak deket sama Raya," ujar kak Ruby seakan tahu isi pikiranku.

Ah entahlah, siapapun yang mengadu domba kak Ruby. Aku yakin, ia hanya manusia iri.

***

Kak Ruby menatap kosong kearah depan. Matanya sembab, dan hidungnya merah. Aku hanya diam menunggu kak Ruby tenang.

Gadis itu menarik nafas dalam. "Kamu tau gak sih, Hil. Kemaren malem, yang kita abis main itu. Si Sasya ngechat aku. Dia minta maaf gitu, pokoknya aneh deh. Aku pikirnya dia begitu karna mau lulus--"

"Iya kali mau lulus, kak," potong ku.

Kak Ruby menggeleng kuat dan terkekeh. "Dengerin dulu," ujarnya membuat aku mengangguk. "terus, tadi pas di sekolah, Raya nyamperin aku. Disana juga ada Lily, Hil. Parahnya lagi, yang bilang soal bingkisan valentine itu Sasya, Hil."

Aku terdiam. Sumpah demi apapun, gadis bernama Sasya itu, gadis yang tidak tahu diri. Kak Ruby sering menceritakan tentang kak Sasya. Mereka dekat sedari kelas sepuluh. Bahkan, kak Ruby sudah menganggapnya saudara. Tapi sekarang? Entah ada masalah apa gadis itu dengan kak Ruby.

"Mana dia segala akting, pake nanya 'Ruby kenapa' bikin tambah kesel kan," ujarnya.

"Mukanya banyak banget, kak," ujarku diakhiri kekehan kak Ruby. Aku berpikir sejenak, lalu bertanya. "Belakangan ini, kamu deket kan sama kak Raidhan?"

Kak Ruby menatap ku. "Aku rasa juga karena itu, Hil. Soalnya, waktu itu aku kan pulang bareng sama Raidhan. Padahal, aku udah sengaja jaga jarak sama Raidhan, pengen jaga perasaan Sasya juga aku. Eh si Raidhan nya malah kayak sengaja banget bilang 'Ayok' nya pas didepan si Sasya."

Aku meringis pelan. "Aku gak ngebayang sih, sesakit apa digituin."

"Apa? Kamu mau ngadu domba aku juga?!" tanya gadis itu dengan melotot.

"Mata mu!" kesal ku. "AFKAR!" pekik ku pada adik ku yang berumur tiga tahun.

Afkar mendekati kami. Dengan tiba-tiba, pria kecil itu berkata. "Kak Luby, kak Hilwa jelek, ya? Kak Hilwa halus pake liptik! Bial kak Laidhan syuka!" ujar Afkar.

Aku mendengus sebal. Sedangkan kak Ruby, tertawa renyah.

Pagi harinya. Aku mendapat notifikasi chat dari kak Ruby. Gadis itu mengirimkan sebuah foto, yang aku sendiri tidak tahu isinya apa. Aku membuka foto itu, dan kaget melihat tangan kak Ruby yang memerah. Aku tidak tahu gadis itu melakukan hal apa pada dirinya sendiri.

***

Aku sudah pulang dari sekolah. Dan, ya, setelah berganti pakaian, aku langsung melangkah menuju rumah kak Ruby. Aku masuk ke dalam rumahnya dan menatap kak Ruby. "Kamu ngapain?" tanya ku.

Gadis itu menyengir lebar. Huh, sangat menyebalkan. "Cakar, gigit, pukul," ujarnya.

Aku membelalak. "Beneran gila, ya?" tanya ku kesal.

"Aku udah capek banget, Hil. Aku diem aja, aku tetep salah, ya," ujarnya.

Aku terdiam. Terkadang, aku heran dengan orang-orang yang terus-terusan menyalahkan kak Ruby, menghujat kak Ruby, atau bahkan mengadu domba kak Ruby dengan orang lain. Sebenarnya, dia itu tidak bisa bersaing dengan kak Ruby atau bagaimana? Selalu saja iri dengan kak Ruby. Seakan, kalah sebelum perang. Orang-orang itu lebih memilih menghasut orang lain untuk membenci kak Ruby.

Kak Ruby menepuk pahaku. "Kamu tau gak?" tanya kak Ruby dan aku menggeleng. "Raidhan suka cewek korea."

Aku menghembuskan nafas kasar. Bibirku mengerucut ke depan. Aku yakin, siapapun yang melihatku saat ini pasti akan merasa ingin muntah.

Aku mendesah kecewa. "Yahh. Aku kan sukanya India, kak," ujarku sedih.

Kak Ruby kembali menepuk pahaku. "Jangan pernah ubah diri kamu demi narik perhatian Raidhan, Hil. Tetep jadi kamu yang suka india," ujarnya. Ah, lihat, gadis ini begitu baik kan? Ya, walaupun terkadang menyebalkan. Tapi, sifat menyebalkannya itu lah yang membuatnya asik. "Terus juga, kalo di depan Raidhan tuh ya biasa aja gitu loh," saran kak Ruby.

Aku termenung. "Emang aku kalo ketemu kak Raidhan, menurut kamu gimana?" tanyaku.

"Hm ... Biasa aja sih. Paling tuh, diem, terus nunduk. Tapi pas udah gak keliatan batang idungnya, kamu baru jingkrak-jingkrakan kayak orang gila," ujar kak Ruby.

Aku meringis pelan. "Aku gila juga, ya, kalo dipikir-pikir."

"Baru nyadar, mba?" ujar kak Ruby diakhiri kekehan kami berdua.

***

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak berupa vote dan komen sebanyaknya.

Hilwasya RaidhanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang