Bismillah.
Tandai jika ada typo.
Happy reading!
***
Malam minggu. Aku sedang melakukan aktivitas ku sebagai jomblo. Ya, merebahkan diri, mendengarkan lagu, dan menghalu. Hahah, 3M yang meresahkan.
Ting!
Notifikasi ponsel ku, membuat aku menghentikan aktivitas ku. Ternyata, kak Ruby.
Mendapat pesan tersebut, aku buru-buru mengganti pakaian ku. Lalu, melangkah menuju rumah kak Ruby. Benar saja, mata gadis itu sembab, dan hidung gadis itu memerah karena menangis.
"Kamu kenapa?" tanya ku.
Kak Ruby masih terisak pelan. "Aku capek, Hil. Kenapa harus ke temen lagi?" ujarnya.
Dahiku mengernyit. "Maksud kamu? Aku gak ngerti."
"Si Aghni. Kemaren dia ajak aku main kan, terus aku gak mau. Terus, dia malah main sama temen-temen aku yang lain. Yang jadi masalah, mereka pangku-pangkuan, Hikss," ujarnya disela-sela tangisnya.
"Siapa?"
"Lily," jawab kak Ruby.
Aku mengernyit. "Kak Lily itu, yang aku bilang cantik dicircle kamu?"
Kak Ruby menggeleng. "Bukan. Itu Kanaya, yang satu lagi," ujarnya membuat aku mengangguk paham.
"Terus?"
"Kalo sekali dua kali masih aku maklumin, Hil. Tapi ini udah berkali-kali. Kayaknya, dia gak akan puas kalo gak bekas aku atau yang punya aku. Semuanya yang deket sama aku di pepet, Hiksss," ujarnya lagi.
"Eh, udah, kak. Jangan nangis," ujarku menenangkan. Jujur, aku tidak tahu cara menenangkan orang yang sedang patah hati. Karna selama ini, aku hanya mengenal cinta monyet. Aku betul-betul tidak tau gimana rasanya diduakan seperti itu. "penyakit yang kayak gitu mah."
Kak Ruby menarik nafas dalam. "Circle aku tuh emang toxic, Hil. Tapi, aku gak ngerti lagi sama Lily." ujarnya kembali menangis.
"Kalo gitu, emang kak Lily kumannya yang bawa penyakit."
Kak Ruby menatap ku. "Apa aku putus aja, ya?"
Mata ku membelalak kaget. "Kok gitu?" tanya ku heran.
"Aku udah capek banget, Hil. Aghni nya juga. Padahal, dia udah tau sifat Lily kayak gimana, masih aja."
Aku mengangguk. "Kalo emang udah gak kuat, putus aja. Kasian kamu juga kalo gini," ujar ku yang sudah tidak tahu harus merespon bagaimana.
Waktu bergulir sangat cepat. Saat aku melihat ponsel, ternyata jam menunjukkan pukul sembilan malam. Aku pun memutuskan untuk pulang setelah kak Ruby tenang.
***
Siang hari yang indah. Langit kekuningan, dan angin yang berhembus kencang. Aku dan kak Ruby berada di teras rumah ku. Ya, kami sedang berbincang tentang hal-hal random. Awalnya, kami bicara tentang masalah kak Ruby dan kekasihnya, tapi itu merembet kemana-mana. Sampai, aku membuat sebuah nyanyian yang--entahlah.
"Botol-botol di nampan. Kecantol Raidhan tampan. Senyumnya oh menawan. Hey! Raidhan tampan!" senandungku dengan nada cicak-cicak di dinding.
Kak Ruby terkikik geli. "Mampus," ujarnya.
Kalian tahu? Gadis itu merekam nyanyianku tadi dengan ponselnya. Bahkan, ia memasukkannya ke snapgram. Sungguh, menyebalkan.
"Eh, apus, kak!" kesalku, dan gadis itu hanya menjulurkan lidahnya.
Tak lama, kekasih dari gadis itu datang. Ah, mungkin mereka akan menyelesaikan masalah yang ada, atau--hubungan mereka? Aku tak tahu. Kita lihat nanti, okey?
***
"Aku putus," ujar kak Ruby membuat aku membelalak kaget.
"Kok?"
"Aku udah capek banget, Hil. Aku juga bakal keluar dari circle aku deh. Tapi, gak langsung keluar gitu, pasti agak lama," ujarnya.
Aku mengangguk paham. "Betul juga sih. Aku aja capek denger kamu."
"Apalagi aku," ujar kak Ruby dan aku mengangguk.
Seperti malam sebelumnya. Kami sedang duduk di teras rumahku, dengan kaki yang duduk bersila. Kak Ruby tidak menangis, karna ia sudah lelah memikirkan hal ini. Mungkin.
Kak Ruby menepuk pahaku pelan. "Keluar, yuk! Jajan," ujarnya.
Aku bertanya, "Motor kamu ada kan?"
Kak Ruby mengangguk sebagai jawaban."Yaudah. Itu kan motor kamu, yang bawa juga kamu, jadi suka-suka kamu."
"Sana ganti baju. Aku ambil motor," ujar gadis itu, dan aku mengangguk.
Aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang lebih pantas untuk aku jalan-jalan. Ya, celana hitam dengan baju dan kerudung yang senada. Aku rasa, orang akan mengira aku ingin takziyah. Sedangkan kak Ruby, gadis itu mengenakan hoodie abu-abu, dengan celana hitam.
"Kamu mau jajan apa?" tanyaku.
Kak Ruby berpikir sejenak. "Aku gak tau. Aku sih maunya seblak, tapi males banget kunyah makaroni nya."
"Gak usah pake makaroni," ujar ku.
Kak Ruby mengendik. "Aku mau jajan, tapi males ngunyah," ujarnya membuat aku mendelik sebal.
"Kalo gitu, kamu beli cimol aja sana. Langsung telen," ujar ku dengan menyengir lebar. "ck. Jalan dulu aja deh, siapa tau nanti kamu dapet jawaban dari segala kebingungan kamu."
"Naik," ujarnya. Ya, jika kalian pikir aku bertanya saat sudah di jalan. Maka jawabannya salah. Karna inu masih di halaman rumahku.
Setelah aku menaiki motor milik kak Ruby, gadis itu mulai menancap gas menuju surga para remaja. Tempat yang kerap dipanggil menara air itu, menjadi tempat para remaja yang suka jajan. Contohnya, aku dan kak Ruby.
Kami menyusuri setiap gerobak yang ada disana. Dan kalian tahu? Hasilnya, nihil. Kak Ruby selalu menggeleng jika aku tanya ingin ini atau itu. Menyebalkan, bukan? Tapi tak apa, aku akan menemani kak Ruby yang sedang patah hati itu.
"Ke Alfamei aja deh, Hil. Aku tiba-tiba mau mie," ujarnya.
Aku menghembuskan nafas kasar. Pada akhirnya, mie akan tetap menjadi pilihan paling disukai umat manusia. "Yaudah," ujar ku dengan lesu. Akhirnya, kami berjalan menuju minimarket yang tak jauh dari tempat kami parkir.
Aku merogoh saku celanaku. Tunggu--aku lupa membawa uang. Sial, sial! Aku jajan menggunakan apa? Daun? Hilwa, kamu bodoh sekali! Sungguh, bagaimana ini? Ini bukan kali pertama aku lupa bawa uang saat jajan. Dan, ya, kak Ruby juga sering akan hal itu.
"Kak, lupa bawa uang," ujar ku.
Kak Ruby tetap berjalan menuju rak yang berisikan mie instan. Ia mengambil dua bungkus mie, dan dua kotak susu. Gadis itu melangkah menuju kasir, dan membayarnya. Kalian tahu? Gadis itu membelikan aku satu bungkus mie, dan satu kotak susu. Ah, gadis ini sangat baik walau terkadang menyebalkan dan ceroboh.
"Nanti di rumah, aku ganti ya?"
"Gak usah," ujarnya menggeleng.
Aku tetap kekeuh untuk menggantinya. "Kan aku--"
"Sut! Diem aja deh, aku tendang kamu sampe ke arab, mau?" kesal kak Ruby, dan aku menggeleng pelan.
Kak Ruby. Dia gadis yang sangat cantik dan baik, meski kadang menyebalkan. Aku berteman sejak kecil. Tapi, kami sempat lost contact beberapa tahun. Sampai, aku dan kak Ruby satu SMA yang sama. Jadi, kami dekat lagi. Aku senang bisa berteman dengan gadis ini. Karena kebaikan dan kecantikan yang ia miliki, tak jarang orang lain iri dan tidak suka padanya. Oh ayolah, siapa pria yang tidak ingin dekat dengannya? Pria itu bodoh jika memang ada. Gadis itu cantik dan ceria.
***
Jangan lupa vote & komen, ya!!! Share ke temen-temen kalian buat baca cerita ini, terimakasih!!!
Sampai ketemu lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilwasya Raidhanaya
Teen Fiction[Diikutsertakan dalam lomba PENSI VOL-9] DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI DI PLATFORM MANAPUN DAN DALAM BENTUK APAPUN! yang plagiat, ku doakan jari kamu disentil malaikat. *** Januari 2021. "Aku janji, aku bakal buat kak Raidhan abadi di karya-karya k...