Bismillah.
Happy reading!
***
Hari ini. Aku dan kak Ruby akan belajar bersama salah satu teman kak Ruby lagi. Tidak, tidak, kata 'belajar' seharusnya diganti dengan kata 'menggossip' itu lebih cocok. Karena memang benar, aku dan kak Ruby niat keluar bukan karena tugas, melainkan ingin menghabiskan waktu di luar rumah. Kalian tahu sendiri, aku strict parent. Hanya menggeser tempat dari rumah ku ke rumah kak Ruby saja, aku sudah di telfon puluhan kali. Dan ya, jika bukan karna izin belajar, aku tidak akan diperbolehkan pergi dengan orang tuaku, terutama umma.
Ya walaupun, memang ada tugas yang kami bawa. Tapi, tetap saja itu hanya alibi. Kami punya ponsel, untuk apa gunanya aplikasi whatsapp kalau kami bertukar jawaban dengan cara bertemu? Kecuali, menukar rasa rindu, itu tidak masalah. Aku bercanda. Maaf, kalau mau muntah, keluarkan saja. Aku tau kata-kata ku semenjijikan itu, hehe.
Aku dan kak Ruby sudah sampai di tempat yang kami tuju. Tempat kekinian, dengan wangi kopi yang sangat menyeruak di indera penciumanku. Aku dan kak Ruby memesan minuman, dan mencari tempat duduk yang pas untuk kami--mengerjakan tugas(?) ralat, menggibah maksudku.
"Temen kamu kapan dateng, kak?" tanya ku penasaran.
Kak Ruby yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, mendongkak. "Lagi di jalan," ujarnya dan aku mengangguk.
Cuaca siang ini sedang tidak baik. Tidak ada matahari yang menyapa awan diatas sana. Hanya ada suara bising dari air yang terjatuh ke atap-atap rumah. Daun di pepohonan bergoyang kencang kesana-kemari. Orang-orang berlari mencari tempat untuk berteduh. Seakan sedang hancur, langit tega membasahi kota Bekasi di hari minggu ini.
Aku menatap pancaran kilat yang membentang diatas sana. Meringis pelan, dan aku bertanya, "Temen kamu naik apa kesini?"
"Ojek online," ujarnya.
Aku tersentak kaget. Di luar, hujan masih sangat deras. Sedangkan gadis itu, berangkat kemari menaiki ojek online? Keren. Itu adalah kata yang bisa aku ucapkan.
Tak berselang lama, ponsel kak Ruby berdering. Setelah mengangkatnya, kak Ruby menatapku. "Tunggu ya, Hil, aku samperin temen aku dulu," ujarnya, dan aku mengangguk.
Tak lama kemudian, kak Ruby kembali dengan temannya. "Hil, kenalin, namanya Nadin," ujar kak Ruby.
Aku tersenyum ke arah kak Nadin. Gadis dengan nama Nadindra Kenzi Athalla, atau yang sering disebut dengan Nadin. Gadis cantik, baik, ramah, dan pintar.
"Ini, Din, yang aku bilang gak boleh keluar samsek sama orang tuanya," ujar kak Ruby.
Dapat aku lihat, dahi kak Nadin berkerut. "Terus ini?"
Aku menyengir lebar sebagai jawaban. "Izinnya belajar, makanya dibolehin. Hehe," ujar ku.
Setelah perkenalan singkat itu, kami bertiga pun memutuskan untuk mengerjakan tugas. Ya, hanya lima menit. Setelahnya, kami menggossip. Mulai dari, teman sekelasku atau teman sekelas kak Ruby dan kak Nadin, sampai pada puncaknya--yaitu, kakak kecil berkedok pria dingin di sekolah. Ya, Raidhan.
"Eh iya, Hil, kemaren kan Raidhan bikin video lomba loh," ujar kak Ruby.
Sumpah demi nenek Tapasya. Aku ingin menyumpal mulut gadis di samping ku saat ini dengan gelas kopi yang ada di hadapan ku. Sungguh, terkadang aku heran, kenapa mulut gadis yang satu ini sangat amat menyebalkan? Selalu membocorkan rahasia negara, walaupun terkadang tidak sengaja.
Kak Nadin menatapku horror. Jujur saja, yang aku takutkan, kak Nadin adalah salah satu penggemar Raidhan yang sikap dan sifatnya sama seperti yang dibicarakan kak Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilwasya Raidhanaya
Teen Fiction[Diikutsertakan dalam lomba PENSI VOL-9] DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI DI PLATFORM MANAPUN DAN DALAM BENTUK APAPUN! yang plagiat, ku doakan jari kamu disentil malaikat. *** Januari 2021. "Aku janji, aku bakal buat kak Raidhan abadi di karya-karya k...