Bismillah.
Happy reading!
***
Januari 2023.
Setelah libur semester selama dua minggu, semua masuk kembali seperti biasanya.
Aku, yang dahulu adalah gadis yang masih menginjak bangku SMA, kini sudah hampir lulus dari sana. Janji Ku, Aku masih terikat pada janji itu lantaran sampai didetik ini ... Aku masih belum bisa mengabadikan dirinya di dalam karya Ku.
Entahlah, rasanya terlihat sulit. Aku bahkan ragu pada diri Ku sendiri akan janji yang terlanjur Ku buat itu. Apa Aku bisa? Atau Aku akan menyerah begitu saja? Entahlah.
Aku kembali hadir di sekolah sekitar pukul enam kurang sepuluh menit. Kaki Ku menginjak lapangan sekolah, raga Ku di sana. Namun tidak untuk ... Ingatan Ku.
Aku terus menyusuri lapangan sekolah, hingga Aku masuk pada koridor lantai satu. Jalan lurus melewati kelas di samping Perpustakaan. Hal yang membuat langkah kaki Ku sontak berhenti.
Aku menoleh, tersenyum tipis menatap ruangan yang gelap gulita itu. Tak ada yang bisa dilihat oleh orang lain selain kegelapan, tapi untuk Ku ... Ada banyak yang bisa Ku lihat di sana. Tidak, Aku bukan indigo. Bukan makhluk lain yang Ku lihat di dalam sana. Yang Aku lihat di dalam sana adalah ... Sesuatu yang terjadi dua tahun yang lalu.
Kak Raidhan. Aku dapat melihatnya. Melihatnya tengah duduk di deretan ketiga dengan seragam di hari Jum'at. Aku juga dapat melihat Aku, kak Ruby, kak Nadin dan kak Raidhan dari sini. Di mana pada saat itu, tanpa sengaja Aku menertawakan-nya. Semua masih terekam jelas di penglihatan dan ingatan Ku. Rasanya seperti baru saja terjadi hari kemarin.
Cukup lama Aku berdiri di sana dengan memandangi gelapnya ruangan itu. Ruang yang kini berganti menjadi ruang Laboratorium Fisika dan bukan lagi kelas. Namun apapun ruangannya sekarang, Aku masih tetap dapat mengingat dengan jelas di mana letak duduk Raidhan saat dahulu Aku melewati kelasnya. Tepat tiga tahun lalu. Di hari Jum'at, pukul setengah sebelas siang. Saat di mana peserta didik kelas dua belas melaksanakan kegiatan tambahan belajar untuk persiapan UTBK. Aku, masing sangat mengingat-nya.
Aku menunduk dengan kekehan yang keluar dari bibir Ku, Aku ingat satu hal. Yang jelas masih abu-abu kebenarannya, meski Aku percaya dan yakin bahwa ... Raidhan memang sudah memiliki kekasih.
Ya Allah, ini sesak sekali! Aku benci perasaan ini. Seandainya Aku tahu akhirnya begini ... Tidak! Aku tidak boleh berkata seperti itu. Menyesal telah bertemu dengan-nya, sama dengan menyesali takdir Tuhan.
Aku masih menunduk, tapi sedetik kemudian Aku mendongakkan kepala Ku. Kembali menatap gelapnya ruang kelas dengan senyuman yang mengembang.
Aku percaya satu hal, Allah pasti telah memiliki rencana lain untuk Ku. Maka dari itu, Aku tidak akan pernah berhenti berusah sebelum janji Ku berhasil Ku tepati dan ketika janji itu sudah berhasil Ku tepati, Aku tetap tidak ajan berhenti berusaha.
Tidak. Maksud Ku, bukan Aku tidak mau berhenti berusaha untuk mendekati Raidhan. Tapi Aku tidak akan berhenti untuk berusaha menuju kebahagiaan yang sudah direncanakan oleh Allah melalui jalan lain.
"Aku pasti bisa!" monolog Ku. "Tolong bantu gadis ini agar tetap kuat, ya Allah." Aku membatin sembaru tersenyum menatap pantulan Ku pada jendela yang gelap.
Aku terdiam sejenak. Aku merasa penasaran secara tiba-tiba. "Yang mana ya, akun instagram ceweknya kak Raidhan? Penasaran." gumam Ku sambil melangkah ke kelas.
Allah menciptakan angin untuk membisikkan sesuatu pada dahan pohon. Maka dari itu, sabarlah. Kabar akan datang kapan pun dan tentang apa pun itu jika Allah memang mau memberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilwasya Raidhanaya
Teen Fiction[Diikutsertakan dalam lomba PENSI VOL-9] DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI DI PLATFORM MANAPUN DAN DALAM BENTUK APAPUN! yang plagiat, ku doakan jari kamu disentil malaikat. *** Januari 2021. "Aku janji, aku bakal buat kak Raidhan abadi di karya-karya k...