aku yang salah

35 2 0
                                    

- Runtuh -

Tak perlu khawatir, ku hanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah
Sekali saja ku menangis?
Sebelum kembali membohongi diri.

~

"Capek boleh, tapi jangan sampai kamu berpulang pada Tuhan dengan cara bunuh diri, itu tidak baik. tunggulah takdir tuhan, jika memang sudah waktu nya pasti kamu akan pulang."

- shanum flora rosie

***
Happy reading 🌷🌷

Hari ini adalah hari Rabu. Suasana pagi memang tenang, apalagi subuh.


Shanum sudah mandi, dan sudah melaksanakan sholat subuh.

Dia kini sudah rapih dengan pakaian seragam sekolah nya hari ini, shanum membuka jendela agar ada udara yang masuk.

Setelah hari kemarin shanum telah bersenang-senang, apakah untuk hari ini akan bersenang-senang juga?

Ia tidak tau, karena hanya tuhan yang tau.

Sesudah membuka jendela, dia segera pergi ke bawah untuk sarapan pagi.

Tetapi untuk hari ini Abang dan ayahnya tidak ada di ruang makan seperti biasanya, kemana mereka?

"Bun, ayah sama bang darel kemana?" Tanya shanum pada sang bunda.

"Abang kamu ada lomba di kampusnya, tapi lomba nya di Adain di Bandung, jadi dari tadi pagi Abang kamu udah pergi bareng ayah," jelas bundanya yang masih pokus pada masakannya.

Shanum hanya mengangguk paham.

"Bun, obat aku udah habis, kayanya aku harus control lagi ke rumah sakit," kata shanum sambil melihat bunda nya yang sibuk memasak.

"Yaudah, nanti pulang sekolah ibu kasih aja uang nya, kamu pergi control sendiri kaya biasa," ucap sang bunda, padahal harapan shanum bukan seperti ini, dia sangat ingin control di temani oleh bunda nya atau ayahnya kalo bisa keduanya.

"Bun, aku pengen banget control di temani sama bunda, tapi kenapa bunda selalu gak bisa?" Tanya shanum karena kepo mengapa bunda nya benar-benar tidak ada waktu untuk dirinya?

Elena langsung saja membalikkan badan nya dan menatap datar ke arah shanum.

"Kamu kalo mau di temani suruh aja bi rani, ngapain harus ke bunda? Lagian bunda gak ada waktu buat kamu, waktu bunda hanya untuk darel sama alin. Jadi kamu jangan harap akan di temani oleh bunda," jelas elena dengan nada penuh tekanan.

"Tapi kenapa, bun? Lagian kan bi rani udah berhenti kerja karena aku udah gede," ucap shanum, matanya sekuat mungkin menahan air mata yang mungkin saja akan turun.

"Kalo tau kamu udah gede kenapa harus di anter bunda? Mandiri, jangan kaya anak kecil! Bunda gak suka punya anak yang manja, dan jujur aja kalo bunda itu malu punya anak penyakitan kaya kamu, shanum! Ibu bener-bener nyesel lahirin kamu!" Bentak elena dengan rasa kesal yang sudah memuncak.

Sementara itu shanum hanya mematung mendengar perkataan yang di lontarkan oleh bundanya, tanpa di sadari matanya sudah tak sanggup untuk membendung air mata nya lagi, sehingga air mata shanum telah menetes.

"Nangis kamu, hah?! Dasar cengeng, cuma digituin aja nangis. Liat Abang kamu, dia mandiri, gak cengeng kaya kamu! Udah deh, hari ini kamu makan di sekolah aja, bunda males bikinin sarapan buat kamu," kata sang bunda yang membuat hati shanum semakin hancur.

Shanum Flora Rosie | [ON GOING] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang