- rela 🥀
Tanpa berpamitan kamu
Menghilang bagaikan di telan samudraKu ingat-ingat apakah aku salah
Dan menyinggung perasaan mu..Meski sejuta senja aku
Menangis merindukan bayanganmu
Namun hidupku harus terus berjalan
Dengan hati...
Rela..~~~~~
Happy reading 🌷
Pagi ini shanum sudah ada niat untuk pergi menjenguk Evan lagi, walaupun dirinya juga masih sangat lemas, dia memaksakan diri.
Mati-matian dia membujuk dokter untuk mengizinkan nya, dan akhirnya shanum mendapat izin itu.
Kini dia sedang dalam perjalanan, kemungkinan shanum naik grab.
Saat sampai dia langsung masuk ke dalam gedung rumah sakit itu, dan melangkah dengan semangat menuju ruangan Evan.
Saat telah sampai dia melihat kedua orang tua Evan yang sedang duduk dengan ibu Evan yang sedang menangis.
"Assalamualaikum. Tante kok nangis?" Ucap nya dengan cepat berjongkok di depan ibu Evan.
"Evan.." ucap ibunya di sela-sela tangisan.
"Evan kenapa tan? Pliss jawab shanum," tanyanya mulai panik, shanum benar-benar bingung ada apa dengan Evan.
"Dia tadi subuh pingsan, dan waktu di periksa katanya Evan kritis.." jawab ayah Evan dengan suara yang bergetar.
Shanum menggeleng tidak percaya.
"Engga, gak mungkin. Kemarin Evan baik-baik aja kan? Masa sekarang bisa kritis tiba-tiba?" Shanum benar-benar tak percaya, dia terduduk lemas di lantai.
"Sepertinya kami harus mengatakan sesuatu. Jadi sebenarnya Evan mengidap penyakit leukemia sudah cukup lama, dan kemarin sore evan coba-coba untuk kemoterapi karena memang leukemia nya sudah parah, dan tadi subuh evan sempat kesakitan lalu pingsan, dan dokter bilang ini bisa jadi dari efek kemoterapi atau penyakit Evan yang memang sudah benar-benar parah sehingga tidak bisa terobati," jelas ayah Evan sambil mengelus bahu shanum.
Shanum tak percaya, mengapa Evan menyembunyikan semua ini darinya?
Hatinya sakit, tapi ada rasa takut juga. Shanum takut Evan akan pergi.
"gak mungkin..." Lirih shanum dengan tangisan yang mulai pecah. "Kita berdoa saja ya, nak?" Ucap ibu evan berusaha membuat shanum sedikit tenang walau dirinya pun tidak bisa tenang.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan Evan.
Ketiga orang yang sedang duduk langsung berdiri dan menghampiri dokter.
"Alhamdulillah, masa kritis nya bisa Evan lewati dengan sangat cepat, sekarang dia sudah sadar dan meminta kalian semua untuk masuk ke dalam, kalo ada apa-apa panggil saja saya, saya akan menunggu disini," jelas dokter yang di angguki oleh ketiga orang itu.
Dengan langkah cepat mereka bertiga memasuki ruangan Evan.
Shanum sangat sakit melihat Evan yang di pasang banyak alat.
Evan melepas alat nafas nya. "Sayang, jangan dilepas pakai aja," saran ibunya.
"Susah ngomong nya bu kalo pake ini," jawab evan, suara nya hampir tidak terdengar karena memang mungking sangat lemas.
"Bu, dokter gak bilang semua tentang kondisi Evan sekarang kan?"
"Maksud kamu apa?" Tanya ibunya kebingungan dengan apa yang di ucapkan oleh Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanum Flora Rosie | [ON GOING] ✓
Teen Fictionseorang gadis yang sangat tersiksa oleh pahitnya dunia, namun ia terus saja bersabar untuk menjalani kehidupan ini. apakah dia akan bertahan? note: ini hasil pikiran aku sendiri ya, no copy! • hak cipta dilindungi undang-undang