Happy reading~~
Vano sekarang sudah sampai di rumah sakit, dengan gerakan cepat Vano menggendong Shanum masuk ke dalam sana.
"Suster! Tolong bantu adik saya," ucap Vano pada salah satu suster di sana.
Dengan cepat suster pun membawa brankar, Shanum pun di letakan pada brankar itu.
"Tolong tunggu di luar, biarkan dokter memeriksa adik anda." Suster itu pun menutup ruang IGD nya.
Vano langsung terduduk lemas di lantai, hatinya sangat khawatir, air mata terus saja mengalir.
Vano pun mengambil handphone nya yang ada di dalam saku, dia ingin menelpon Darel agar datang kesini.
Sementara di suatu sisi lain Darel dan Aruna sedang selfie berdua, hingga akhirnya handphone Darel bergetar.
"Siapa?" tanya Aruna
"Vano."
"Halo, kenapa Van?"
"Rel, gue mohon sekarang juga Lo datang ke rumah sakit"
"Hah? Siapa yang sakit, Lo nangis?"
"Shanum, rel. Dia tiba-tiba pingsan dan mukanya pucet banget.."
"Sharelock! Gue otw sekarang juga."
Darel pun mematikan telpon nya, dan Vano sudah mengirim alamat nya.
"Ayok, ikut."
"Kemana?"
"Rumah sakit."
•••••
Tak berselang lama, Darel dan Aruna sudah sampai di rumah sakit.
Darel melihat vano yang terduduk lemas di lantai sambil menyenderkan punggungnya ke dinding rumah sakit, tak lupa juga matanya yang sembab.
Aruna masih bingung, sebenernya apa?
"Van, mana Adek gue?!" tanya Darel dengan nada yang sangat khawatir.
"Dia masih di periksa.."
"Ini ada apasih? Coba jelasin," ucap Aruna yang sangat membutuhkan penjelasan.
"Tadi tuh gue sama Shanum lagi ke makan Evan, karena emang kemauan Shanum, tapi shanum tuh nunduk lama banget dan tiba-tiba pingsan, mukanya bener-bener pucet, padahal sebelumnya masih seger banget mukanya.."
"Shanum.." lirih Aruna
Dokter pun keluar dari ruangan itu, membuat Vano, Darel dan Aruna menghampiri dokter itu.
Kalian pasti masih ingat dengan dokter Nares? Ya, yang memeriksa Shanum dalam dokter nares.
Dokter nares tampak menunduk sebentar lalu mengangkat kepalanya kembali. "Kondisi jantung Shanum sudah sangat memburuk, dan kalian tau sendiri bahwa shanum memang memiliki kanker jantung yang sekarang sudah parah sekali, kemungkinan besar taruhannya adalah kematian."
Aruna tampak tak percaya, bahkan dirinya baru tau bahwa Shanum memiliki penyakit itu dan bahkan Vano juga tidak tau.
Hanya keluarga nya saja yang tau.
"Terus keadaan adik saya bagaimana dok?" tanya Darel pada dokter nares dengan nada yang sangat cemas.
"Keadaan Shanum sekarang sedang koma, kalian hanya perlu berdoa kepada Allah agar Shanum bisa melewati masa koma nya dengan cepat, kami disini akan terus memantau keadaan Shanum dan melalukan yang terbaik bagi Shanum."
Tangis Darel, Vano, dan Aruna pecah saat itu juga.
"Kalau begitu saya akan memindahkan Shanum ke ruang rawat sekarang, saya pamit." Dokter nares pun pergi.
"Shanum, Abang mohon bertahan.." lirih Darel terdengar sangat menyakitkan.
'Shanum, bangun yuk, kita jalan-jalan keliling kota lagi, hari ini jalan-jalan nya belum selesai loh..' batin Vano.
"Shanum, bangun dong, nanti gue sama siapa di sekolah kalau lo nya tiduran Mulu di rumah sakit?" gumam Aruna.
••••••
Di ruangan yang dingin, terlihat seorang perempuan yang terbaring di brankar dengan beberapa alat yang dipasangkan oleh dokter pada Shanum.
Aruna pun masuk kedalam ruangan itu, sementara Darel dan Vano hanya duduk di luar karena belum siap untuk melihat wajah nya Shanum.
Mata Aruna sudah sembab, tangis nya sedari tadi tak bisa berhenti. Dia sangat berharap ini hanya mimpi, karena jujur saja bahwa Aruna takut kehilangan Shanum.
Aruna memegang tangan Shanum yang terpasang infusan. Aruna pun duduk di kursi yang sudah di sediakan di sebelah brankar.
Ia mengusap kening Shanum dengan lembut, berharap bahwa Shanum akan membuka matanya.
"Shanum.. bangun yuk, apaan banget tiduran disini, bentar lagi kita ujian loh dan kita bisa lulus bareng, masa lo gak mau lulus?" Aruna tak dapat menahan air matanya lagi, entah sudah berapa lama dirinya menangis.
"Lo harus bangun, harus sembuh, jangan tinggalin gue, ya? Gue gak ada temen lagi selain lo.."
Aruna langsung menjatuhkan kepala nya di atas perut Shanum, dia menangis.
Darel dan Vano pun akhirnya masuk.
Darel langsung menghampiri Aruna yang sepertinya sangat butuh pelukan.
"Sayang.. sini, peluk aku," ucap Darel.
Aruna pun mengangkat kepalanya dan tanpa waktu lama langsung memeluk tubuh Darel.
"Shanum bakal sembuh kan?" tanya Aruna.
"Pasti bakal, sayang.. kamu tau kan kalau adik aku itu kuat, jadi pasti bisa bertahan," kata Darel berusaha menenangkan Aruna.
"Sha, semoga kamu bisa lewatin semua ini ya, kita berjuang bareng-bareng, aku bantu lewat doa.." gumam Vano.
-end-
"Pengen ikut evann!!"
- Shanum Flora Rosie
••••
Gimana nihh???
Semoga aja seru yaa, kalo misalkan feel nya gak dapet maaf banget ini mahh, hehe..Jangan lupa pencet bintang dan komen ya 🙌
Makasih buat yang masih setia baca cerita akuuuu
See you di bab selanjutnya 👋💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanum Flora Rosie | [ON GOING] ✓
Roman pour Adolescentsseorang gadis yang sangat tersiksa oleh pahitnya dunia, namun ia terus saja bersabar untuk menjalani kehidupan ini. apakah dia akan bertahan? note: ini hasil pikiran aku sendiri ya, no copy! • hak cipta dilindungi undang-undang