13. Mengakhiri

37 2 0
                                    

Hallo!!!
Anyeongg!
Bila disiniiii!!

Apa kabarr ??
Jangan lupa vote ya. Semoga sukaa
Terimakasihh!!

Happy reading!!


"And finally, aku bisa menerima fakta. Kamu dan aku masanya udah habis dan kita juga ga bisa balik lagi." --Ahlya Vebby Yuwana

🍃🍃🍃🍃🍃

Hari ini Rafkha mengajak Ahlya untuk bertemu. Rafkha dengan perasaan gelisah dan takut. Sementara Ahlya dengan perasaan senang, Ahlya mengira bahwa Rafkha akan memberikan kesempatan untuknya lagi.

Mereka bertemu di sebuah taman yang cukup dekat dengan sekolah. Setelah sekitar 30 menit Rafkha menunggu Ahlya akhirnya gadis itu datang dan menghampiri laki-laki itu.

"Hai, Maaf ya agak lama. Kamu udah nunggu lama?" tanya Ahlya sambil mendudukkan dirinya di bangku yang kosong di sebelah Rafkha.

"Enggak kok santai aja," ucap Rafkha.

"Oh iya, ada apa kamu ngajak ketemuan? Tumben," ujar Ahlya sambil menatap Rafkha.

"Gini, aku cuma mau bilang sama kamu...," Rafkha menjeda perkataannya. Ahlya menganggukkan kepala.

"Sekarang kan kita udah nggak ada apa-apa lagi. Aku mau kamu jangan ganggu aku lagi, kamu harus tau kita udah bukan apa-apa lagi," ucap Rafkha melanjutkan kalimatnya.

"Tapi kenapa? Kamu udah nggak mau sama aku? Kita masih bisa mulai dari awal lagi, kita bisa perbaiki semuanya," ucap Ahlya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf, tapi aku nggak bisa Ahlya. Kita udah nggak bisa sama-sama lagi. Jalan kita beda, kita nggak cocok. Pada akhirnya kita juga nggak bisa bersatu, jadi buat apa? Semuanya sia-sia, " ucap Rafkha.

Hubungan antara Ahlya dengan Rafkha adalah hubungan yang seharusnya tidak ada. Karena mereka sudah tau apa yang terjadi pada akhirnya. Ya, hubungan mereka berdua berbeda agama. Sangan sulit bagi keduanya tapi harus bagaimana jika kenyataan nya mengharuskan seperti ini? Mereka berbeda Tuhan, lantas jika ingin berjodoh maka ada di tangan Tuhan yang mana? Tuhan Rafkha atau Ahlya? Bukankah itu hanya sia-sia jika terus dijalankan?

"Aku tau Rafkha, kita emang nggak bisa bersama. Tapi nggak ada salahnya kita coba ngejalanin dulu, mulai lagi dari awal. Aku masih sayang sama kamu," perlahan air mata Ahlya meluruh saat itu juga. Tetapi ia terus berusaha mengusap air mata itu agar tidak terjatuh kembali.

"Aku nggak bisa. Ini sulit buat aku, aku juga tau ini juga sulit buat kamu. Tapi daripada kedepannya kamu sama aku lebih sakit dari ini, kita udah tau kan akhirnya bakal gimana? Jadi buat apa, jadi berhenty berharap sama aku ya? " ucap Rafkha.

"Berat Rafkha, aku udah nyaman sama kamu. Aku nggak punya siapa-siapa lagi, kamu tau kan keluarga aku kaya gimana? Aku emang nggak seberuntung orang lain. Aku gagal dalam semua hal. Keluarga, pertemanan, juga hubungan cinta. Aku cape hidup kayak gini," ujar Ahlya, air matanya semakin terjun deras. Mengingat keluarga nya yang hancur.

Ahlya adalah anak brokenhome, bahkan ia hampir lupa bagaimana diperhatikan seorang ayah, disayang ayah, ia tak mendapatkan semua itu. Keluarganya berantakan terlebih saat ayahnya telah tiada saat ia masih berusia 4 tahun. Ahlya merupakan anak tunggal. Ibu nya sibuk bekerja dari pagi hari sampai larut malam. Sepertinya juga ibunya sudah tak peduli lagi dengannya.

"A-aku tau maafin aku, kamu masih boleh kok cerita sama aku. Kita bisa temenan, kamu bisa anggap aku teman. Aku disini kamu bisa cari aku kapan aja. Tapi maaf kamu bukan lagi prioritasku, tapi aku masih bisa ada di samping kamu saat kamu sedih," ucap Rafkha berusaha amenenangkan Ahlya.

"Kita bisa perbaikin diri masing-masing dulu kan? Habis itu kita sama-sama lagi. Kamu masih mau sama aku kan, kamu nggak akan ninggalin aku kan? Udah cukup banyak yang hilang di hidup aku, kamu jangan ninggalin aku. Aku be-beneran takut," ucap Ahlya.

"Kita udah nggak bisa sama-sama lagi Ahlya. Kita itu beda, mau diapain juga nggak akan bisa bersatu. Tapi, aku nggak akan ninggalin kamu kok. Kamu tenang aja," ucap Rafkha dengan lembut. Dan Ahlya hanya menganggukkan kepala.

Rafkha menghembuskan nafas sejenak, lalu berbicara. "Itu aja yang mau aku sampein, makasih ya dulu udah mau nerima aku," ucap Rafkha.

"Sama-sama, aku juga makasih udah mau nerima semua kekurangan ku, jangan lupain aku ya?" balas Ahlya, langsung diangguki oleh Rafkha.

Sudah sekitar 2 jam mereka berada di taman itu. Setelah cukup tenang lalu Ahlya berpamitan ingin pulang duluan. "K-kalo udah a-aku mau pulang duluan ya?" ucap Ahlya, dan Rafkha hanya mengangguk dan tersenyum. Akhirnya Ahlya pun pergi dari sana meninggalkan Rafkha seorang diri.

"And finally, aku bisa menerima fakta. Kamu dan aku masanya udah habis dan kita juga ga bisa balik lagi," gumam Ahlya di sela langkahnya yang semakin menjauh dari Rafkha.

Hallo halloo!!
Gimana sama ceritanya? suka ngga? semoga suka ya.

jangan lupa vote

⚪🔵

Tentang Aku, kamu, dan Putih Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang